Pengalaman Pahit Manis Andang Bachtiar Membuat Album Bersama Splendid Dialog di Kumparan.com
Sumber: Kumparan
MALANG - Menjadi musisi kerap terlihat menyenangkan karena setiap hari ditemani melodi dan lantunan musik. Namun ternyata, menjadi musisi tidak semudah yang terlihat. Banyak proses menyakitkan yang dilewati saat menciptakan lagu dan musik.
Pengalaman inilah yang dirasakan Ahli Geologi asal Malang yang kini tinggal di Perancis, Andang Bachtiar. Dia bersama band Splendid Dialog yang digawangi Charles Jalu dan Endri Wahyu ini, membuat album bertajuk Melembutkan Batu.
Awalnya, Andang hanya suka menuliskan perasaannya di dalam secarik kertas. Dia sebenarnya tidak berniat menulis sebuah puisi. Namun entah bagaimana tulisan-tulisan tersebut justru menjadi sajak-sajak puisi.
"Aku bukan penyair, aku geologist. Aku gak nulis puisi. Aku hanya nulis perasaanku begitu saja pada setiap peristiwa yang berkesan dengan memakai bahasaku sehari-hari. Karena sehari-hari aku mengerjakan geologi, maka meluncurlah idiom-idiom geologi dalam catatan-catatanku," tulisnya, kepada seluruh pihak yang terlibat dalam produksi albumnya sebelum kembali berangkat ke Perancis, beberapa waktu lalu.
"Dan karena sehari-hari aku merasa indah, maka meluncurlah rima-rima yang menyamankan rasa begitu saja. Makanya aku jarang mencorat-coret atau mengkoreksi tulisanku saat proses penulisannya. Karena memang aku tidak dengan sengaja menuliskan puisi. Aku hanya menuliskan catatan khusus sehari-hari," sambungnya.
Puisi-puisi dengan idiom-idiom geologi tersebutlah yang dijadikan lirik-lirik lagu dalam album Melembutkan Batu yang rencananya akan dirilis pada bulan Februari 2021 mendatang.
"Makanya ada typo (dalam puisi), ada salah letak kata dan tanda baca, ada penulisan idiom spontan yang setelah lama diendapkan jadi keliatan nyleneh dan jadi aksen dalam rangkaian. Ada pula baris-baris yang tertukar yang harusnya di belakang jadi di depan, karena ide dan rasanya datang duluan atau yang harusnya judul jadinya isi karena semangat tinggi menguraikan visi," terangnya.
ADVERTISEMENT
"Nah, saat tulisan-tulisan itu diberi label puisi, dan kemudian dicoba untuk dinyanyikan dan dimaknai lagi, barulah terlihat betapa perlu dia dikoreksi di sana-sini. Itulah yang di 5 hari kemarin terjadi di interaksiku dengan Jalu, Endri, Andika, Retno, dan Redy di proses kristalisasi tulisan-tulisan itu jadi lagu," ungkapnya.
Lulusan Doktoral di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, juga mengenang proses pembuatan album yang menyakitkan tapi menyenangkan itu.
"Proses itu menyakitkan, sekaligus menyenangkan. Menyakitkan karena beberapa kali membuat gas di lambungku naik dan endasku (kepalaku) sering cenat-cenut ngelu (pusing)," kenangnya.
"Menyenangkan karena begitu mendengarkan dan menikmati hasilnya, rasanya koyok gak percoyo iku maeng kabeh huruf, kata, kalimat sing tak tulis gak sengojo beberapa waktu yang lalu. Ternyata iso dadi sworo sing enak dirungokno yo," sambungnya dalam campuran bahasa Jawa.
Artinya, menyenangkan karena begitu mendengarkan dan menikmati hasilnya, rasanya seperti tidak percaya itu tadi semua huruf, kata, kalimat, yang aku tulis tidak sengaja beberapa waktu yang lalu. Ternyata bisa menjadi suara yang enak didengarkan.
Mantan ketua IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) ini, juga mengucapkan salut kepada Splendid Dialog yang sudah bekerja keras menjadikan album ini menjadi nyata.