Profil

Ilustrasi: I Made Agus Satrya Prathama

Ilustrasi: I Made Agus Satrya Prathama

Saat menulis profil ini (2020) saya sedang tinggal dan bekerja di Paris sejak awal 2018, merencanakan dan mengeksekusi eksplorasi migas di sepuluh negara (Eropa, Amerika Utara-Kanada, Amerika Latin, dan Afrika) bersama perusahaan Maurel et Prom, Perancis.


Lahir di Malang, 7 Oktober 1961, saat website ini diluncurkan umur saya sudah menjelang 59 tahun. Almarhum bapak saya guru/dosen Sastra Indonesia. Almarhumah ibu saya tadinya juga sekolah guru, tapi setelah menikah ibu menjadi guru khusus bagi kami 11 bersaudara dan juga bagi banyak keponakan kerabat teman yang sempat mampir ngenger hidup di rumah kami di Malang.

Saya sekolah di SD Laboratorium IKIP Malang, kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 3 Malang, dan lulus 1977 saat berumur 16 tahun. Pada waktu SMA saya mendirikan Teater Putih di Malang. Saya main teater, baca puisi, main musik, dan ikut banyak kegiatan kesenian di Malang, Surabaya, dan sekitarnya di kurun waktu 1976 - 1977. 

Ketika mau melanjutkan sekolah dan inisiatif mendaftar di Institut Kesenian Jakarta saya dimarahi bapak; lebih baik di Sastra Inggris IKIP Malang saja, katanya. Maka saya pun sempat jadi mahasiswa IKIP Malang tiga bulan — bahkan sempat ikut orientasi mahasiswa juga. Saat mulai kuliah, ada teman yang batal mau ikut tes SKALU (Sistem Kerjasama Antar Lima Universitas) karena dia sudah diterima di UNBRA dan formulirnya diberikan ke saya. Penerimaan mahasiswa untuk SKALU (UI, ITB, IPB, UGM, UNAIR) lebih lambat daripada perguruan tinggi lainnya waktu itu. Berbekal formulir yang tidak jadi dipakai oleh almarhum teman saya, saya pun setengah ogah-ogahan mendaftar juga ikut tes SKALU dengan pilihan pertama ITB. Koq ndhilalah lulus, diterima.

Akhirnya, Maret 1978 saya masuk ITB — pada saat kampusnya diduduki oleh tentara karena demo-demo anti Soeharto waktu itu.

Saya sebenarnya tidak suka bidang teknik, lha wong dua tahun terakhir sebelum ke Bandung kegiatan saya di Malang isinya baca puisi, main teater, dan nyanyi saja ke mana-mana. Makanya, ketika sudah kecemplung masuk ITB saya bingung mau pilih jurusan apa. Ketika dalam keadaan bingung memilih jurusan itu, saya melihat sejumlah mahasiswa gondrong di salah satu pojok belakang kampus ITB di bawah pohon karet. Gondrong, pakai jaket, tampang agak seram, tapi bukan mahasiswa Seni Rupa. “Enak sekali, mereka nyanyi terus.. Sepanjang waktu.” Ternyata, mereka mahasiswa Geologi. Saya pun kuliah di Geologi ITB sampai lulus Maret 1984.

Sejak kesasar di Geologi ITB itu sampai sekarang saya mencintai Geologi. 

Setelah lulus saya kerja di perusahaan minyak, HUFFCO Indonesia, sampai November 2000. Lumayan lama, hampir 17 tahun. Sempat juga disekolahkan perusahaan dengan cost recovery ke Colorado School of Mines di Golden, Colorado, USA, tahun 1988 - 1991; pulang dapat gelar MSc.

Untuk mendokumentasikan ide-ide saya tentang sistem minyak bumi di daerah kerja di Cekungan Kutai yang tidak sempat dijadikan laporan lengkap perusahaan, saya menginisiasi penelitian untuk topik disertasi sekaligus mendaftar program doktor di ITB sejak 1995. Saya selesaikan disertasi doktor tersebut di tahun 2004.

Di tahun 2000 saya keluar dari HUFFCO/VICO. Sambil terus menulis disertasi, saya menjadi ketua IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) selama dua periode: 2000 - 2002 dan 2002 - 2005. Sampai sekarang saya masih terus menjadi bagian dari Tim/Dewan/Board penasehat IAGI.

Karena tidak mungkin menjadi Ketua IAGI dengan status pengangguran, maka sejak 2000 saya mendirikan perusahaan konsultan geologi, GDA (dulu singkatan dari GDA Daya Ayfedha, sekarang berubah menjadi Geosains Delta Andalan), dan memproklamirkan diri sebagai Geologist Merdeka. Agak-agak sukses dengan GDA, saya mendirikan perusahaan bersama beberapa rekan profesional di tahun 2007 berjuluk ETTI (Exploration Think Thank Indonesia). ETTI aktif dari 2007 sampai 2014, sementara GDA masih aktif hingga sekarang. Secara formal, saya sudah tidak menjabat di GDA sejak 2007 — walaupun masih sering bantu teknis sebagai tenaga ahli sampai 2017. Selama 17 tahun menjadi konsultan geologi saya berkeliling ke hampir seluruh penjuru Indonesia untuk kepentingan pekerjaan. Saya juga ke Myanmar, Kanada, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Australia, Qatar, Sudan, Iran, Aljazair, dan Amerika sesuai dengan lokasi proyek yang dipesan oleh klien.

Sejak 2002, saya aktif sebagai anggota Dewan Pakar FKDPM (Forum Konsultasi Daerah Penghasil Migas) yang pada 2014 berubah nama menjadi ADPM (Asosiasi Daerah Penghasil Migas). Pada Maret 2015, setelah 13 tahun ikut membangun FKDPM/ADPM di Dewan Pakar, saya menyediakan diri untuk mengurus organisasi menjadi Sekertaris Jenderal ADPM hingga sekarang. Harusnya di tahun 2020 ini jabatan Sekjen saya selesai dan tidak akan diteruskan karena posisi keberadaan saya yang tinggal di luar negeri saat ini.

Sepulang dari Amerika pada 1991, saya terlibat di KLHK (dulu namanya KLH) sebagai anggota Tim Ahli Kementerian Lingkungan Hidup untuk Limbah B3, AMDAL Migas dan Pertambangan, dan Sumur Injeksi untuk Air Terproduksi. Menyumbangkan pemikiran penerapan ilmu geologi untuk pemecahan masalah-masalah lingkungan melalui posisi saya di KLHK itu berlangsung sampai akhir 2017 karena saya harus pindah, tinggal, dan kerja di Paris pada tahun 2018 hingga sekarang.

Saya suka mengajar — terutama mengajar geologi. Selepas kerja di VICO, awal 2000-an saya mulai mengajar di kursus-kursus singkat geologi terutama terkait sedimentologi, stratigrafi, geokimia, dan sistem minyak bumi untuk kalangan migas dan perguruan tinggi. hampir di setiap kursus yang saya ajarkan selalu ada lebih dari 50% kegiatan lapangan: memahami proses-proses geologi dan sedimentologinya, juga menganalisis inti batuan. Prinsip dasar saya dalam mengajar adalah “Back to Basic, Look at the Rocks”. Pada tahun 2009 saya mulai mengajar rutin S1 di jurusan Geologi Institut Teknologi Medan (ITM), lalu tahun 2011 saya mulai mengajar rutin S2 di program Magister Geofisika Reservoir FMIPA Universitas Indonesia (UI). Mata kuliah saya di ITM yaitu Sedimentologi (semester ganjil) dan Stratigrafi (semester genap), sementara di UI saya mengajar Sedimentologi (semester ganjil) dan Seismic Stratigraphy (semester genap). Kedua pekerjaan mengajar saya hentikan pada akhir tahun 2017 karena kepindahan saya ke Paris di awal 2018.

Bersama Danny Hilman, ahli gempa LIPI, saya bergabung membentuk Tim Peneliti Katastrofi Purba tahun 2012 yang difasilitasi oleh Andi Arief sebagai Staf Khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono waktu itu. Saya berperan sebagai Koordinator Geologi Lapangan dan Pemboran sampai akhirnya tim itu berevolusi menjadi TTRM (Tim Terpadu Riset Mandiri) Gunung Padang yang meneliti Gunung Padang sampai akhir 2014.

Saya pernah membantu Pemerintah dengan menjadi Anggota DEN (Dewan Energi Nasional) masa bakti 2014 - 2019, yang untuk itu saya harus ikut saringan sampai tiga tahap Fit & Proper Test di DPR. Dari 103 orang yang mendaftar, akhirnya hanya delapan orang yang dilantik pada April 2014 untuk berkantor di DEN sebagai AUPK (Anggota Unsur Pemangku Kepentingan). Delapan orang anggota lainnya disebut sebagai AUP (Anggota Unsur Pemerintah) yang notabene adalah menteri-menteri terkait urusan Energi; Menteri ESDM, Menteri Perindustrian, Menteri Perhubungan, Menteri Keuangan, Menteri Bappenas, Menteri Ristek, Menteri Pertanian, dan Menteri KLH. Ketua DEN adalah Presiden dan Ketua Hariannya adalah Menteri ESDM. Berhubung satu dan lain hal akhirnya saya mundur resmi dari keanggotaan DEN pada September 2017 setelah 3,5 tahun lebih mencoba menyesuaikan diri dengan birokrasi - politik pemerintahan yang ada di sana.

Saya juga pernah membantu Menteri ESDM dengan menjadi Tenaga Ahli di tahun 2015 - 2016 dan juga jadi Ketua Komite Eksplorasi Nasional (KEN) dari April 2015 sampai Agustus 2016, yaitu sampai komite ini dibubarkan oleh pengganti Menteri ESDM yang baru pada saat beberapa program “quick win” mulai dijalankan (yang akhirnya juga dihentikan karena KEN sendiri dibubarkan).

Untuk melengkapi profil ini perlu kiranya saya ceritakan bahwa saya juga pernah jadi produser album Hitam Putih Orche Konser Rakyat Leo Kristi, yang diluncurkan pada tahun 2014 dengan label “Andang Bachtiar & LKers”. LKers adalah istilah yang disematkan pada kelompok penggemar lagu-lagu Konser Rakyat Leo Kristi. LK atau Leo Kristi sendiri sudah wafat pada 21 Mei 2018 di usia 67 tahun karena sakit yang dideritanya. Al-fatihah..