(Coal Bed Methane di Indonesia)
Pada sidang Dewan Eksekutif AAAPG semalam di Hangzhou, Cina, yang dihadiri perwakilan dari 14 negara, saya dan Prof Eddy Subroto (ITB) berhasil menarik Komite Eksekutif AAAPG (Association of Afro-Asia Petroleum Geochemists) untuk menyetujui pelaksanaan konferensi asosiasi berikutnya (kesembilan) Maret 2015 di Indonesia.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Pada sidang Dewan Eksekutif AAAPG semalam di Hangzhou, Cina, yang dihadiri perwakilan dari 14 negara, saya dan Prof Eddy Subroto (ITB) berhasil menarik Komite Eksekutif AAAPG (Association of Afro-Asia Petroleum Geochemists) untuk menyetujui pelaksanaan konferensi asosiasi berikutnya (kesembilan) Maret 2015 di Indonesia.
Sengaja saya perjuangkan hal tersebut karena pertimbangan strategis manfaatnya untuk komunitas ilmiah geologi perminyakan (petroleum geology) Indonesia pada khususnya dan industri migas Indonesia pada umumnya terkait dengan rintisan usaha kita untuk mulai menggarap unconventional hydrocarbon di Indonesia seperti: CBM, Shale Gas, Tight Gas, Shale Oil, dan Hydrate yang lebih dari 50% sainsnya adalah domain dari Geokimia Perminyakan (petroleum geochemistry).
Banyak negara-negara Afro-Asia juga baru memulainya, dengan Cina sebagai pelopor terdepan di ranah tersebut. CBM Indonesia baru mulai empat tahun yang lalu (2008): kontrak pertama CBM Indonesia di Sumsel (Sekayu - Ephindo/Medco). Shale Gas, Tight Gas, dan apalagi Shale Oil masih ada di laci-laci riset lembaga-lembaga pemerintah kita dan juga sebagian dari Departemen Eksplorasi - New Venture company besar di Indonesia (Chevron, Pertamina).
Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk menarik event penyelenggara tiga tahunan Konferensi AAAPG ke Indonesia untuk dijadikan ajang tukar informasi dan mempercepat - menstimulasi riset dan aplikasi unconventional hydrocarbon tersebut di Indonesia. Mudah-mudahan lembaga-lembaga Pemerintah terkait kita (BPMigas, Ditjen Migas, Badan Geologi, LIPI, BPPT) tergerak juga untuk menyambut dan mendukung event tersebut, dan juga terutama asosiasi-asosiasi profesi kita (IAGI, HAGI, IATMI, IPA) mau mendukung dan jadi supporting organization bagi pelaksanaannya.
Khusus ke para sahabat dan sekaligus supporter kawan-kawan kebumian saya mohon bantuannya kalau-kalau ada yang punya jaringan bisa memfasilitasi kita untuk mendapatkan izin penggunaan Gedung Konferensi Asia Afrika di Bandung sebagai tempat penyelenggaraan event tersebut. Supaya ada gaung semangat sejarah Asia-Afrikanya lah....
AAAPG terbentuk pada 1985 (27 tahun yang lalu) di India dengan founder members dari Cina dan India, yang nampaknya memang sedang getol-getolnya "memerdekakan diri" dari pengaruh internationalisasi gaya barat di asosiasi-asosiasi seperti AAPG (dengan dua ‘A'), IAGC (International Assoc. of Geochemistry), Geochemical Association (penerbit buku Geochemica et Cosmochemica Acta), Association of Applied Geochemistry (AAG), North America Geochemical Society (NAGC), European Assoc. of Geochemistry (EAG), European Assoc. of Organic Geochemistry (EAOG), dan lain-lain. Selain itu di akhir 80an itu, Cina (dan India) juga mulai melangkah ke Afrika dan Timur Tengah, sehingga mereka merasa perlu juga untuk merangkul "Afrika" dalam asosiasi, sehingga nama asosiasi menjadi "Afro-Asia".
Konferensi pertama AAAPG di Dehradu, India, 1985; kedua di Beijing, Cina, 1988; ketiga di Melbourne, Australia, 1992 (orang cina bilangnya: Odalia), yang keempat di Arusha, Tanzania, 1996; tahun 1998 dari Ong Han Ling dan dari Eddy Subroto siap untuk melaksanakan di Indonesia tapi karena kerusuhan ‘98 maka dibatalkan; kelima di New Delhi, India, 2000; keenam di Beijing lagi, Cina, 2004; ketujuh di Abuja, Nigeria, 2008, dan kedelapan di Hangzhou Chona 2012 sekarang ini. Jadi karena ada sejarah pembatalan itu, ketika Indonesia mengajukan lagi untuk diadakan di Jakarta, Bandung, atau Bali, board menyetujuinya (setelah bersaing dengan India).