No Seep on Giant Field: No Artifact on Great Archeological Site?
Di dalam prinsip eksplorasi geologi minyak bumi, kami para praktisi eksplorasi punya semacam pedoman empiris terkait dengan tanda-tanda permukaan (tanah/laut) adanya migas di bawah permukaan.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Di dalam prinsip eksplorasi geologi minyak bumi, kami para praktisi eksplorasi punya semacam pedoman empiris terkait dengan tanda-tanda permukaan (tanah/laut) adanya migas di bawah permukaan. Apabila banyak ditemukan rembesan migas di permukaan tanah atau air laut berarti memang di bawah sana ada cebakan migas yang oleh karena penutupnya bocor halus atau perangkapnya tidak kuat menahan (breach) maka keluarlah rembesan-rembesan migas itu ke permukaan. Biasanya rembesan itu keluar lewat patahan yang membatasi (atau memotong) suatu perangkap migas. Dengan demikian, adanya rembesan migas di permukaan mengindikasikan adanya cebakan migas di bawah permukaan, tetapi cebakannya sudah bocor dan besar kemungkinan cadangannya juga sudah berkurang dari isi asalnya.
Nah, di daerah-daerah yang jauh dari rembesan dan atau sama sekali tidak punya rembesan migas di permukaan tanah/lautnya, kemungkinannya ada dua. Satu, memang sama sekali tidak ada migas terjebak di bawah permukaan, atau dua, cebakan migas di bawah permukaan itu begitu besar dan kuatnya (penutup dan perangkapnya) sehingga menghalangi migas untuk merembes keluar ke atas permukaan tanah atau air laut.
Lapangan migas raksasa Badak di Kalimantan Timur percis di bagian atas permukaannya tidak didapati rembesan migas. Tetapi 20 kilometer di sebelah baratnya, di mana lapisan-lapisan reservoir seumuran tersingkap di permukaan Lapangan Semberah, rembesan-rembesan migas keluar dari patahan-patahan pembatas. Cadangan migas Lapangan Semberah jauh lebih kecil dari cadangan migas Lapangan Badak.
Apakah mungkin prinsip serupa juga berlaku di dunia Arkeologi dan Sejarah? Di sekitar temuan-temuan candi atau situs megalit biasanya ditemukan artefak-artefak yang terkait dengan kehidupan/kebudayaan manusia yang berhubungan dengan keberadaan situs tersebut. Arca kecil, alat tukar perdagangan dari logam, terakota, dan sebagainya ditemukan di sekitar situs-situs Majapahit Jawa Timur atau situs Istana Tenggarong, Kalimantan Timur. Juga di sekitar Gunung Padang di mana ditemukan situs Megalitikum, di perkampungan sekitar kaki bukitnya banyak diceritakan temuan artefak seperti alat memasak, membuat api dan sebagainya. Apakah mungkin temuan situs-situs yang di sekelilingnya terdapat artefak tersebut sebenarnya adalah situs-situs yang tidak begitu sentral perannya dalam keseluruhan tata budaya pada saat itu sehingga di sekelilingnya ditemukan peninggalan-peninggalan "orang kebanyakan" (gerabah, terakota, alat tukar, bikin api, dan sebagainya).
Sementara untuk situs-situs yang eksklusif, punya tingkat harga yang lebih tinggi, milik para petinggi, punya derajat kerahasiaan yang tinggi, berteknologi lebih tinggi, malahan sengaja disembunyikan oleh para proponen pembangunnya untuk kepentingan masa datang, jauh dari jangkauan masyarakat kebanyakan? Apakah prinsip "no-seep on giant field"-nya Geologi migas itu bisa juga diterapkan di arkeologi? No-artefak around "giant sites" yang berarti meskipun tidak ada ditemukan artefak kebanyakan di sekitar suatu area yang dicurigai sebagai situs, bukan berarti bahwa di daerah tersebut tidak ada situs. Tetapi malahan kalau ketemu situs itu berarti situs tersebut punya harga yang sangat tinggi bahkan di masa kebudayaan lalu. Bisa jadi punya teknologi yang tinggi sedemikian rupa, diisolasikan dari masyarakat kebanyakan, dalam rangka menjaga "secrecy" (kerahasiaanya).
Skeptisisme kalangan akademisi arkeologi – purbakala yang meragukan adanya situs "man-made" di Gunung Sadahurip karena tidak pernah diketemukannya artefak di kaki gunung kemungkinan bersumber dari pemikiran linear mainstream keilmuan yang berlogika bahwa no-artefak no-sites! Tapi kalau kita terapkan prinsip "no-seep on giant field" bisa jadi temuan situs Sadahurip nantinya merupakan salah satu dari situs paling rahasia, paling berteknologi tinggi, paling terisolasi, dari yang selama ini kita tahu. Atau sama sekali memang tidak ada bangunan buatan manusianya di dalam situ.
Kalibrasi data geofisika bawah permukaan dengan pemboran inti yang sedang berlangsung saat ini di Gunung Padang yang akan disusul dengan pemboran inti Maret nanti di Gunung Sadahurip, insyaAllah akan menguak sedikit misterinya.