Tanya Jawab tentang Merapi
Pengetahuan kita tentang tipe letusan Merapi yang "non wedus-gembel" yaitu letusan eksplosif membentuk kolom vertikal yang seperti kita lihat sekarang agak terbatas, karena selama ini yang berulang hampir 5 tahun-an adalah letusan tipe "nue ardentee atau wedus gembel" itu.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Sampai kapan Merapi akan terus bergejolak? Bisa kah diperkirakan dan dipastikan?
Seperti jawaban atas pertanyaan tentang proses berdimensi besar geologi lainnya yang menyebabkan bencana (rangkaian gempa-tsunami) perkiraan tentang kapan mulai dan kapan berakhirnya suatu periode proses tertentu mempunyai derajat ketidakpastian berbanding terbalik dengan pengetahuan kita akan proses tersebut dan seberapa lengkap/banyak jumlah data statistik empiris yang menunjang prediksi. Pengetahuan kita tentang tipe letusan Merapi yang "non wedus-gembel" yaitu letusan eksplosif membentuk kolom vertikal yang seperti kita lihat sekarang agak terbatas, karena selama ini yang berulang hampir 5 tahun-an adalah letusan tipe "nue ardentee atau wedus gembel" itu. Secara teori kegiatan letusan akan berkurang dan berhenti saat kandungan gas dalam magma berkurang dan atau energinya melemah, yang akan didahului dengan keluarnya lava leleran atau sumbat lava (lagi). Selain itu juga kegiatan gempa vulkaniknya akan mulai berkurang frekuensi dan besarannya, yang mana sampai tadi siang (7 November 2010) berita yang di-release mengindikasikan bahwa trend bacaan seismogram belum menunjukkan kecenderungan turun. Jadi masih belum dapat dipastikan berapa hari, minggu atau bulan lagi aktivitas Merapu periode ini akan berakhir. Pengamatan visual atas leleran lava di puncak dan juga monitoring trend gempa akan sangat membantu. Cek terus dengan kawan-kawan PVMBG di BPPTK Yogyakarta.Bagaimana penjelasan ilmiahnya?
Lihat jawaban nomor 1.Faktor-faktor apa yang menyebabkan Merapai bergolak dan berhenti? Hitung-hitungannya bagaimana?
Lihat jawaban nomor 1, plus tambahan bahwa adanya penunjaman lempeng samudra di selatan Jawa yang menyusup di bawah lempeng benua Asia yang bagian pinggiran atasnya menjadi tempat kita hidup di Sumatra-Jawa-Kalimantan ini yang penyusupannya di arah tersebut dimulai dan berlangsung terus sejak 32 juta tahun lalu (Oligocene) telah menyebabkan dinamika pembentukan jalur gunung api pada jarak 150km dari titik penujaman tersebut, yaitu dalam hal ini Merapi termasuk di dalam jalur tersebut. Merapi jadi paling aktif (empat - lima tahun sekali bergolak) kemungkinan karena posisinya pada blok Jawa Tengah yang selain disusupi dari selatan juga ditekan dari utara (lihat bentuk kelurusan pantai-pantai Jawa Tengah yang menjorok masuk ke dalam baik di utara maupun di selatan, lebih sempit dari luasan Jawa Barat dan atau Jawa Timur, itu sebagai ekspresi penekanan tersebut.)Benarkah letusan kali ini lebih besar dari tahun-tahun tahun sebelumnya? Mengapa?
Ya, menurut data dalam 70 tahun terakhir memang ini yang terbesar, tapi pernah juga dicatat letusan tahun 30an yang hujan kerikilnya sampai di Madura, kemungkinan itu juga besar, dan kemungkinan juga tahun 1006 seperti dituliskan oleh van Bemmelen dalam bukanya Geology of Indonesia (1949), di mana disebutkan letusan besar tahun itu telah menghancurkan kerajaan Mataram Purba, mengubur candi Borobudur dan sebagainya.Benarkah letusan kali ini menciptakan alur baru lahar? Mengapa? Alur baru itu wilayah mana saja?
Mungkin lebih tepatnya adalah aktifasi (pengaktifan kembali) alur-alur lahar lama, karena sebenarnyalah semua alur sungai di daerah radius seputaran Merapi yang tersusun dari aliran lahar memang merupakan alur-alur lahar sejak dulu kala, hanya saja dalam periode tertentu arahnya lebih ke barat, selatan atau timur dan sebagainya. Nah saat ini alur-alur lama kembali terisi efek endapan-endapan lahar maupun wedhus gembel Merapi.Jika demikian, berarti radius daerah rawan lebih meluas? Berapa ukurannya? Banyak desa yang harus dikosongkan?
Radius daerah rawan bencana yang diperluas dari 15 kilometer menjadi 20 kilometer Jumat kemarin menurut saya tidak berhubungan langsung dengan alur-alur baru atau lama tapi dengan kekuatan energi luncuran dan jumlah material yang diluncurkan oleh proses awan panas wedhus gembel yang lebih besar dari sebelum-sebelumnya. Karena lebih besar maka radius jangkuannya menjadi lebih luas. Bukan karena alur-alurnya baru.Bagaimana dengan perhitungan mistik? Sering cocok kah? Atau tidak tepat? termasuk soal mitos asap Mbah Petruk?
Saya tidak begitu mendalami soal hitung-hitungan mistik, tapi kalau soal mitos mBah Petruk saya cukup kenal ceritanya dari almarhum mertua saya yang asli Tompak, Ampel, Boyolali (lereng Merbabu-Merapi sebelah timur). Mbah Petruk itu kerabat moyangnya penduduk daerah lereng Merapi-Merbabu, dia sangat sakti dan gak pernah mandi, terus suatu saat menghilang saat terjerumus (dijerumuskan?) di suatu pusaran air (kedung) di sungai di daerah sana. Setelah itu kadang beliau muncul dalam penampakan jika terjadi atau akan terjadi hal-hal besar di sekitar daerah tersebut mengingatkan para kerabat dan turunannya. Itu saja yang saya tahu (dan memang kita sedang mengalami bencana besar saat ini).Apakah masyarakat akan dibiarkan mempercayai kalkulasi mistik tersebut?
Lihat jawaban nomor 7. Tambahan: saya tidak tahu kalkulasinya yang mana, tapi kalau hal besar sedang terjadi, maka percaya tidak percaya memang bencana Merapi sedang terjadi.Kira-kira kapan lagi meletus? Jika rutin bagaimana melindungi penduduk?
Kita tahu dari data empiris statistik bahwa periode aktivitas letusan Merapi itu pendek (lima tahunan), makanya dia disebut sebagai Gunung Api ter-aktif di dunia. Ini menjadi satu kerutinan juga telah disadari oleh Pemerintah khususnya jajaran Badan Geologi ESDM. Level kesadaran ini harusnya juga diterapkan di BNPB dalam rangka memitigasinya mengurangi risikonya bagi penduduk. Nampaknya setelah periode letusan Merapi ini BNPB harus konsentrasi full memitigasinya, mungkin dengan menata ulang memetakan daerah bahaya dan tata ruang secara keseluruhan (tentunya lintas sektoral juga).Benarkan akan menyuburkan lahan di sekitar letusan gunung termasuk pertanian penduduk? Alasan ilmiahnya?
Benar, debu vulkanik mengandung zat yang menyuburkan tanah, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Alasan ilmiahnya bukan kompetensi kami, mudah-mudahan kawan-kawan dari Pertanian bisa lebih memberi pencerahan.Nah, soal pasir yang dihasilkan dari letusan kan biasanya menjadi ladang rezeki dan dijual? kira2 dari letusan sekarang volume-nya berapa?
Pasir-pasir terkonsentrasi di alur-alur lahar yaitu di sungai-sungai yang berhulu di Merapi, di mana lahar sendiri merupakan bagian dari produk letusan gunung api tersebut. Kalau dari info BPPTK-PVMBG bahwa material yang sudah dimuntahkan Merapi mencapai 100 juta meter kubik, maka pasir-pasir yang akan jadi rezeki di alur2 sungai tersebut pastinya tidak akan melebihi jumlah tersebut volume-nya karena mereka hanya sebagian kecil saja proporsi-nya dari keseluruhan material vulkanik yang diluncurkan Merapi.Paska letusan nanti, upaya recovery-nya bagaimana? Butuh biaya berapa? Perlu relokasi penduduk tidak?
Recovery-nya bagaimana dan butuh biaya berapa, nampaknya bukan kompetensi saya untuk menjawabnya. Tetapi jika menyangkut perlu relokasi penduduk atau tidak tergantung dari revisi peta daerah bahaya Merapi yang baru nanti. Di daerah bahaya satu yang baru nantinya tentunya perlu juga dipertimbangkan untuk merelokasi penduduknya kalau memang sebelumnya ada pemukiman di sana.