Militan tapi Tidak Amanah
Saya mengagumi militansi mereka, tapi saya kecewa dengan sikap dan perilaku khianat (tidak memegang amanah), etika sopan santun adat ketimuran, dan juga klaim sepihak yang dilakukan menyangkut keterlibatan dan pernyataan saya dalam penelitian tentang bukit-bukit aneh berbentuk piramida baru-baru ini.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Saya mengagumi militansi mereka, tapi saya kecewa dengan sikap dan perilaku khianat (tidak memegang amanah), etika sopan santun adat ketimuran, dan juga klaim sepihak yang dilakukan menyangkut keterlibatan dan pernyataan saya dalam penelitian tentang bukit-bukit aneh berbentuk piramida baru-baru ini.
Video yang dia rekam pada waktu kita sama-sama jalan di Garut dan video yang direkam Retno (bojoku) yang secara sukarela di-copy untuk Agung di lapangan, telah di-salah guna-kan tidak sesuai dengan amanah yang kami berikan waktu itu, yaitu: jangan dulu disebarkan ke publik, ini masih butuh penelitian dan konfirmasi lebih lanjut, cukup gunakan untuk kepentingan internal saja. Kenyataannya, tanpa minta izin, nampaknya telah ditunjukkannya video itu ke pihak-pihak publik, paling tidak ke wartawan VivaNews, dan juga ke forum presentasinya dengan Wagub Jabar. SMS teguran yang dikirimkan oleh Danny Hilman (sebagai pihak yang mengajak saya untuk ikut terlibat dalam pembuktian memakai alat-alat geofisika) juga tidak ditanggapinya. Perlu diketahui bahwa sudah bertahun-tahun saya selalu berusaha terus menerus mendokumentasikan perjalanan lapangan/geologi saya untuk kepentingan arsip, bagian dari dokumentasi riset, referensi, dan kalau bisa suatu saat menjadi bahan film-film geologi yang khas Indonesia. Dan itu semua biasanya dilakukan oleh Retno, apabila dia ikut bersama saya ke lapangan.
Hasil processing data geolistrik awal dari Gunung Lalakon yang masih perlu diverifikasi lagi itu pun, yang file JPEG-nya diberikan kepadanya oleh Danny Hilman, ternyata sudah pula disebar-sebarkannya ke pihak luar dengan klaim yang meyakinkan bahwa itulah satu-satunya hasil processing dan interpretasi yang keluar dari tim geologi sukarela yang secara amatir juga melakukan penelitian di Gunung Lalakon. Padahal sebagai pemilik data, Danny Hilman sudah mewanti-wanti sama persis dengan wanti-wanti saya tentang video bahwa tolong jangan disebar ke publik karena ini masih awal sekali, kita perlu pembuktian lebih lanjut. Tetapi rupanya itupun tidak dihiraukannya. Ditunjukkannya hasil processing awal yang masih mentah itu ke berbagai pihak luar, termasuk ke wartawan, dan juga ke forum presentasinya dengan pihak Wagub Jawa Barat, sebelum dilakukannya penggalian Lalakon tersebut.
Sejauh menyangkut pernyataan saya di video yang dikutip wartawan bahwa ”ini adalah man-made, unnatural, dan sebagainya” itu semua hanya bersumber pada satu lintasan dan belum dikonfirmasi dengan lintasan-lintasan lainnya, dan yang lebih penting lagi, belum dicoba processing dengan berbagai macam iterasi/metoda lainnya. Makanya ketika sekali lagi dikonfirmasi oleh wartawan lewat telefon, saya akhirnya harus berkomentar bahwa ”...hasil analisis itu masih belum bisa menyimpulkan apa-apa. Masih banyak hal yang perlu dibuktikan..”. Waktu itu saya kaget sekali bagaimana sampai wartawan tahu tentang video dan gambar-gambar sayatan geolistrik itu, ternyata dia bilang ditunjukkan oleh Agung. Dan ketika saya coba cegah wartawan VivaNews yang wawancara tersebut untuk jangan mengekspos itu karena masih terlalu awal dan spekulatif; eh, malahan yang bersangkutan mempublikasikannya. Saya juga merasa di-dzalimi oleh wartawan Viva News yang tidak bisa memegang amanah, termasuk mempublikasikan ucapan-ucapan dan cegahan-cegahan saya yang seharusnya tidak boleh dipublikasikan.
Bagaimana pun juga bentukan morfologi piramida yang terisolasi, terutama di daerah dataran-dataran adalah sangat menarik untuk diteliti. Di daerah vulkanik seperti di Cimahi (Lalakon) dan Garut (Sadahurip), kemungkinan penjelasan geologis yang bisa kita berikan sebagai mula-jadinya adalah:
Cinder-cone (seperti disitir oleh Pak Sudjatmiko di IAGINET)
Triangular facet dari patahan yang memotong terrain vulkanik (seperti ditulis oleh rekan Cipi Armandita di IAGINET juga), atau
Batuan intrusi yang pada permukaannya mengalami pengkekaran kolom dan/atau radial sedemikian rupa, sehingga melalui proses pelapukan (mekanis dan kimiawi) dan erosi (terutama oleh air) terbentuklah bentukan morfologi piramida tersebut.
Untuk alternatif cinder-cone, paling tidak kita harus bisa menemukan jejak bekas kawah/vent di bagian puncaknya, di mana dari kawah itulah dilontarkan dan dilelehkan material-material seperti tuffa, breksi, dan lava yang akan secara berlapis-lapis radial mengelilingi puncak melengser ke bawah membentuk apa yang disebut sebagai pola perlapisan gunung api strato. Perlapisannya akan sub-parallel dengan lereng dari gunung tetapi kalau dipotong melintang vertikal di kawah puncaknya maka akan terlihat lapisan-lapisan mendatar mengelilingi kawah (seperti di kawah Ratu Tangkuban Prahu)
Untuk alternatif penjelasan triangular facet dari patahan yang memotong endapan vulkanik (apapun jenis endapannya), tentunya secara morfologi juga harus kita dapatkan bagian footwal block yang punya terrain-topografi lebih tinggi daripada si triangular facet-nya sebagai tempat bersandarnya. Apabila bentukan seperti triangular facet itu terisolasi dari gunung/tinggian di sekitarnya, maka besar kemungkinan itu bukan merupakan produk/fenomena bidang patahan. Selain itu, mudah-mudahan, kalau benar itu adalah bidang patahan, maka akan banyak ditemukan struktur-struktur rekahan dan atau sekalian bidang sesarnya beserta slicken side dan sebagainya.
Untuk alternatif penjelasan batuan intrusi (mungkin juga termasuk volcanic neck seperti di area four corner Utah-Colorado), tentunya kita akan mendapatkan pola terobosan dari image geolistrik dalam (yang pada waktu itu belum dilakukan di Gunung Lalakon), di mana batuan sekitarnya juga akan terlihat mengikuti pola retak radial sesuai dengan bentuk intrusinya. Dalam kasus volcanic neck, mungkin kita masih akan mendapatkan perlapisan mirip cinder cone di sekitar “neck” tersebut.Masih banyak yang harus dilakukan, memproses ulang data dengan berbagai methoda, melengkapi carbon dating yang sudah ada, meneruskan analisis paleosol, mencocokkan soil dengan batuan dasar, mengerun geolistrik dalam (spacing lebar), georadar (gpr), dan sebagainya.
Berita terkait: