10 Daftar Pendek
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Kepada Yth.
PA, FR, SN, BH, SM, OSD, PK, RD, SK, HA, SP, AFI, AN
Bapak Ibu yang saya banggakan,
Izinkan saya menyampaikan sepuluh butir daftar pendek keprihatinan terlampir di bawah ini dengan diiringi doa semoga penjenengan semua sehat dan selalu diberi Allah kekuatan untuk terus bersama-sama memimpin negara yang sedang kritis ini – membantu/mendampingi Presiden Jokowi.
Saya yakin hal-hal yang saya sampaikan ini sudah menjadi perhatian dan sedang ditangani penyelesaiannya di atas sana.
Meskipun demikian saya memberanikan diri untuk menyampaikannya sekali lagi ke panjenengan semua.
Koq kebetulan saya punya nomor kontak panjenengan semua dari babak kehidupan saya sebelumnya dan juga beberapa waktu terakhir ini sempat pula saling menyapa saling mendoakan untuk kebaikan bersama.
Anggap saja daftar pendek keprihatinan ini sebagai pengingat, sehingga jadi penguat dan penyemangat bagi panjenengan semua untuk segera menyelesaikannya dengan baik dan benar dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kenapa dalam waktu sesingkat-singkatnya? Karena kita sedang berlomba dengan rontoknya satu persatu sendi-sendi kehidupan bernegara, bermasyarakat, berkeluarga, maupun sebagai individu makhluk hidup yang sedang hebat-hebatnya berusaha untuk tetap hidup (survival) di tengah suasana wabah dunia ini.
Mohon pemerintah lebih memprioritaskan menyelamatkan nyawa rakyat Indonesia daripada menyelamatkan pertumbuhan ekonomi.
Mohon teman-teman panjenengan diingatkan, atau sekalian mengingatkan Pak Jokowi, supaya tidak bikin bingung masyarakat, terutama dengan pernyataan yang saling bertentangan antara pembantu presiden satu dengan lainnya. Apapun itu kasusnya, terutama di masa-masa krisis seperti ini.
Kalau sudah nunjuk satu juru bicara khusus untuk penanggulangan COVID-19, ya sudah dia saja yang bicara, yang lainnya diam atau menguatkan atau merujuk saja – apapun kedudukan dia: menteri ataupun menko, apalagi yang bukan ahlinya, bukan urusannya, jangan terus bikin pernyataan sendiri yang bisa bikin bingung kita semua.
Mohon lebih tegas lah bikin kebijakan penanggulangan wabah Covid-19 ini. Jangan setengah-setengah. Sekali lagi: nyawa rakyat jangan dipakai coba-coba; please. Kalau mau lockdown total, ayo lah!! Saya yakin, dengan kesetiakawanan sosial yang saya yakin masih terus mengalir di sekujur jiwa dan semangat purba kita, seperti juga peristiwa Surabaya 10 November dahulu kala, kita semua pasti bisa menang bersama-sama menghadapi COVID-19 ini.
Mohon, kalau dimungkinkan bebaskan segera bu Siti Fadillah dan minta beliau ikut mendampingi Jendral Doni Monardo bersama-sama jadi jenderal lapangan menghadapi wabah Covid-19 ini.
Dalam kasus kebijakan pembebasan para narapidana sehingga bikin masyarakat lebih was-was karena peningkatan kriminalitas dalam dua minggu terakhir ini; tolong kalau bisa, minta maaflah ke rakyat Indonesia, dan janji nggak akan lagi bikin kebijakan blunder seperti itu lagi plus konsekuensinya: bikin operasi khusus pemberantasan kriminalitas menjamin keselamatan masyarakat. Tangkepi lagi mereka yang kriminal, masukkan penjara lagi.
Mohon hentikan pertunjukan nepotisme istana yang telanjang terkait dengan kartu pra-kerja yang sangat melecehkan akal sehat dengan segala jenis kursus online-nya itu. Tolong kasih tau Pak Jokowi supaya membubarkan saja itu lembaga staf khusus milenial itu. Nanti saja kalau sudah selesai urusan wabah ini dipikirkan ulang perlu tidaknya anak-anak muda itu nempel ke istana.
Sudah lebih dari sebulan sejak harga minyak dunia anjlok di sekitaran 20 - 30 dolar per barel dan sampai sekarang pemerintah/Pertamina belum juga menurunkan harga minyak di pompa-pompa bensinnya. Mohon kasih rakyat berita bagus penurunan harga bbm itu, meskipun tidak seberapa. Rakyat menunggu uluran tangan pemerintah meringankan beban keseharian mereka.
Lupakan dulu untuk sementara proyek-proyek istimewa luar biasa yang dipromosikan di awal-awal pemerintahan baru ini, salah satunya: pemindahan ibu kota negara ke daerah Sepaku Kalimantan Timur sana. Kita khan sudah dalam status bencana nasional wabah Covid-19. Anggap saja force majeur, sehingga nggak perlulah malu-malu untuk menghentikan proyek itu untuk sementara. Fokus saja ke perang melawan Covid-19; dana 2020 untuk studi2 dan persiapan pemindahan IKN itu dialihkan ke sini saja.
Untuk eksplorasi dan produksi migas, dalam situasi double jeopardy seperti ini (krisis wabah Covid-19 dan krisis harga minyak karena oil-gluts), lebih fokus lah pada perusahaan-perusahaan nasional untuk bersama-sama mencari jalan keluarnya dan memberi kelonggaran-kelonggaran lebih kepada mereka selain juga tetap melakukan negosiasi dan koordinasi dengan MNC dan IOC yang tentunya punya agenda lebih global dan fleksibilitasnya kaku – tergantung nilai aset mereka di Indonesia dibandingkan yang di bagian dunia lainnya. Perusahaan migas nasional, sebelum, saat, dan sesudah krisis masih akan terus ada di Indonesia karena memang domisilinya di sini. Sementara MNC/IOC bisa saja datang dan pergi tergantung menguntungkan atau tidaknya mereka terus berkegiatan di negara kita.