Di Depan Gunung, di Belakang Busur

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Perhatikan betapa kita dididik untuk lebih kenal vulkanik daripada granit, tapi mengakui benakat dan talangakar ada yang epiklastik-piroklastik sulit sekali.

Tidak peduli kau namakan dia formasi apa, ketika posisinya langsung di muka jajaran gunung-gunung belakang busur, maka jejak-jejak vulkanik dan feldspatik akan selalu ada.

Lalu cekungan-cekungan belakang busur yang posisinya percis di muka-muka gunung itu pun jarang yang menelisik dan mengertikannya; teranjak-anjak dia di sepanjang jawa dan aceh - sumatra utara.

Tapi di Mandian, Barumun, Pendalian, sentral Palembang, muara dua: anjakan-anjakan itu tak nyata; malah umumnya jadi dalaman trans-tensi; toh turbid dan vulkanik itu ngejawantah juga.

So, biarpun bukan dalaman foreland basin yang turun terus karena tinggiannya teranjakkan, semua mountain front punya ciri turbidit dan vulkanik yang sama.

Nah, karena turbidit dan vulkanik itulah maka hampir semua petroleum system di mountain front belakang busur indonesia harus mengandalkan early HC migration untuk bisa bekerja.

Implikasi dari early migration petroleum system ini adalah penyelamatan porositas dari gangguan pembentukan semen diagenesa paska-migrasi, dan juga terbentuknya kondisi overpressure di dalam reservoir.

Previous
Previous

Jakarta Turun: Bukan Hanya Karena Kompaksi Sedimen Kuarter dan Disedot Air Tanahnya!

Next
Next

Tanya Jawab tentang Merapi