Yang Tiba-Tiba Menyerang Benak Setelah Ketemuan Proyektor-Proyektor Konsultan Seberang

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Sepuluh tahun lebih bukan bertahan, sepuluh tahun lebih ini perjalanan merangsek ke depan, september 2000 sampai sekarang, bukan sekadar ikuti arus mengerjakan block study, field mapping, POD, fuld field review, lead and prospect generation sembarangan, tapi lebih ke keasyikan menemukan konsep-konsep baru cekungan, tektonik, dan sedimentasi. Menguak misteri-misteri geologi minyak bumi yang selama ini tabu untuk digonta-ganti atau mengurai-urai benang-benang kusut strategi produksi yang disesatkan oleh model-model geologi asal-asalan di awal, kemudian menerangkan semuanya jadi jelas gamblang dan nyata, dan mendapatkan manfaat ari upside potential-nya.

Sepuluh tahun lebih mencoba terus mengembangkan, pandangan-pandangan baru tentang sedimentologi yang langsung diaplikasikan dalam kerja nyata tarikan-tarian korelasi pemerian deskripsi penggolong-golongan, yang sering juga berakhir di model geologi yang jauh berbeda dari sebelum-sebelumnyanya. Mematutkan proses geologi di sekitar di negeri seputar, akhirnya juga kembali ke lingkungan-lingkungan natural di halaman rumah sendiri; Delta Mahakam, Pantai Marangkayu, Pantai Bayah, Danau Toba, Pantai Cermin, Estuary Belawan, Sungai Rokan, Sungai Siak, Sungai Naborsahor, Cimandiri, Sungai Tamiang, Gunung walat, batu-batu Karangtaraje, Gunung Pegat, Danau Ranau, Danau Singkarak, Sungai Karama, Pantai Manohara, tebing-tebing Watan Mallawa, dataran Padang Lampe, Pulau Ungar, Laibobar dan daerah sekitar, Pantai Tamban, Pulau Sempu, Ujung Tarakan, batas negara, pedalaman Papua, Teluk Bintuni, tengah laut di Natuna,  tak bisa juga sempurna tertulis semua di buku-buku catatan perjalanan.

Sepuluh tahun lebih berputar-putar dari lingkungan hidup ke lingkungan pengendapan sedimen ke lingkungan bupati, walikota, gubernur yang beraroma migas. Dari lingkungan pendaki gunung ke LSM-LSM keras, ke lingkungan asosiasi profesi, berputar-putar di sekeliling istana, di sekeliling kantor-kantor politisi, di gedung-gedung rakyat, di panggung-panggung hingar bingar podium-podium sepi, meja-meja kelas kosong bahkan sampai di hamparan rumput dan batu-batu tempat mengajar murid-murid alam ilmu bumi. Di kampus, di pasar, di lembah, kesasar-sasar…

Maaf, kalau sekadar mencari proyek dan pendapatan,

Sepuluh tahun jadi kesia-siaan.

Previous
Previous

Tanya Jawab tentang Merapi

Next
Next

Mahasiswa Kebumian: Ujung Tombak Sosialisasi Mitigasi Bencana Gempa, Tsunami, dan Gunung Api Indonesia