Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Semburan Gas di Kranggan Bekasi, 5 September 2020 (Kampanye Kepedulian Keselamatan Masyarakat dari Bahaya Gas-Gas Dangkal di Daerah Pemukiman, Bisnis, dan Aktivitas Sosial)

Menurut laporan dan berita, semburan setinggi 20 - 30 meter itu berlangsung lebih dari setengah hari sampai kemudian setelah dilakukan pengerukan lubang dengan batu dan pasir dan karung (?)  makin lama semburan makin mengecil, dan pada hari Minggu sore (36 jam kemudian) semburan tinggi tinggal hanya menjadi rembesan gas dan air saja di sekitar lubang asal. 

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Mungkin anda semua sudah pernah melihat video viral terlampir sejak Sabtu 5 September 2020 kemarin, yang menunjukkan kejadian semburan gas beserta air, pasir dan lumpur dari lubang pemboran air yang dilakukan di area halaman dekat dengan kolam renang di daerah Kranggan. Kalau belum, silakan tonton sekarang dan mengamati betapa meriahnya (sekaligus agak merinding terbayang bahayanya) semburan material-material dari dalam bumi itu ke udara. Menurut laporan dan berita, semburan setinggi 20 - 30 meter itu berlangsung lebih dari setengah hari sampai kemudian setelah dilakukan pengerukan lubang dengan batu dan pasir dan karung (?)  makin lama semburan makin mengecil, dan pada hari Minggu sore (36 jam kemudian) semburan tinggi tinggal hanya menjadi rembesan gas dan air saja di sekitar lubang asal. 

Apa yang terjadi?

Apa yang sebenarnya terjadi di dalam bumi penampangnya saya gambarkan di Gambar 1. Lokasi pemboran di Kranggan itu terltak 2 - 3 kilometer di tenggara dari area lapangan migas Jatinegara (JNG) di perbatasan DKI-Bekasi daerah Cipayung-Kranggan-Cibubur (Gambar 2 dan 3).

Pemboran air dalam rangka mencari sumber air (kemungkinan) untuk industri air kemasan atau untuk sumber air kolam renang atau kebutuhan lainnya tersebut dilakukan di area yang sejak delapan tahun yang lalu (2012) telah saya kampanyekan sebagai daerah bahaya gas dangkal baik lewat Facebook Januari 2012 maupun lewat presentasi ke Pemerintah DKI November 2012. 

Kampanye delapan tahun yang lalu itu bisa dibaca di sini. (Gambar 4)

Sayangnya waktu itu saya belum sempat presentasi ke pemerintah Kota Bekasi dan juga ke PemProv Jawa Barat. Saya berharap sih, lewat Facebook itu pemerintah atau orang pemerintahan Bekasi dan Jawa Barat bisa dapat info juga dan proaktif bertindak. Atau mungkin dalam bincang-bincang dengan dinas terkaitnya yang setara Pemerintah DKI sempat juga menyinggung hal tersebut ke rekannya di PemProv Jawa Barat ataupun di Kota Bekasi. Rupanya hal yang saya harapkan itu tidak terjadi, sampai kemudian terjadilah semburan gas-air-lumpur di Kranggan hari Sabtu kemarin ini.

Untuk melengkapi pemahaman anda semua, saya lampirkan juga capture dari bahan-bahan presentasi saya ke PemProv DKI DInas Industri dan Lingkungan Hidup pada November 2012, 8 tahun yang lalu (Gambar 5 dan 6).

Jadi, bagaimana kejadiannya?

Dari kronologi kejadian, menurut informasi verbal, terjadi hilang lumpur/air terlebih dulu ke dalam lubang pada waktu pemboran sampai di kedalaman 99 meter, kemudian pertama kali yang keluar adalah gas tanpa air. Setelah rembesan gas cukup lama, maka kemudian terjadi tendangan/semburan air bersama gas sampai setinggi 20 meter dengan suara bergemuruh (lihat Video) dan semburannya berwarna kehitam-hitaman.

Hilang lumpur disusul dengan tendangan/semburan itu sering dikenal dengan istilah loss and kick. Kemungkinan besar hal itu disebabkan oleh hisapan dari rongga batu gamping Parigi yang kemudian diikuti oleh tendangan/semburan air yang mengikut belakangan. Warna kehitam-hitaman kemungkinan disebabkan oleh pasir vulkanik Citalang/Kaliwangu yang biasanya jadi reservoir air tawar di bagian dangkal ikut tergerus dan terbawa keluar.

Fenomena serupa juga dialami oleh sumur-sumur pemboran migas di Lapangan JNG 3 - 4 kilometer di Barat Laut dari lokasi pemboran Kranggan. Tetapi, karena prosedur keselamatan lubang di pemboran migas lebih rinci dan lebih siap, maka kesemuanya itu sudah biasa diantisipasi dengan pemasangan 30” casing diikuti dengan 20” casing dan penggunaan fracseal dan berat lumpur yang tepat untuk mengatasinya. Aman-aman saja akhirnya.

Singkatnya yang terjadi adalah sumur pemboran air yang tidak dilengkapi dan dipersiapkan untuk menembus lapisan migas dangkal telah menembus kantong gas biogenik di lapisan batugamping Parigi, sehingga terjadi semburan liar gas-air-pasir dan lumpur ke permukaan atau blow out.

Apakah semburan bisa jadi seperti Lumpur Lapindo atau Bleduk Kesongo?

TIDAK! Karena di area Kranggan ini kita tidak berhadapan dengan fenomena Gunung Lumpur, tetapi fenomena gas biogenik dangkal yang terperangkap dalam Batu Gamping yang volumenya terbatas.

Gas biogenik yang terkandung di Gamping Parigi di daerah ini volumenya terbatas karena lempung penutupnya tipis dan kondisinya terpisah-pisah (kompartementalisasi) oleh patahan. Dalam dua hari saja tekanannya sudah menurun drastic, kemudian bakal merembes satu - dua bulan atau lebih lama , tergantung hubungannya dengan kompartemen lain di bawah permukaan.

Gas biogenik kompiosisinya 99% metana dan mudah terbakar.

Kemungkinan besar efek dari semburan gas di Kranggan tersebut, lapisan-lapisan akuifer air tawar yang dangkal di sekitar lokasi untuk beberapa saat akan terasa seperti tercampur / kontaminasi dengan hidrokarbon (gas metana). Hal ini akan berlangsung satu - dua bulan atau lebih, tergantung dari aktivitas rembesan gas yang masih terus terjadi di bekas lubang pemboran.

Bagaimana penanggulangannya?

Khusus untuk penanganan paska kejadian di bekas lubang bor air dan sekitarnya, sebaiknya pemilik lahan menutup lubang dengan teknik penyemenan sedemikian rupa sehingga lubang dapat tertutup permanen dan rembesan gas terhenti, sehingga tidak membahayakan area sekitar.

Selama rembesan gas masih berlangsung, harus dipasang tanda peringatan bahaya di perimeter tiga - lima meter di sekitar lubang bor, supaya tidak didekati dengan membawa percik api ataupun bara yang bisa menyulut kebakaran.

Tentunya monitoring LEL level harus terus dilakukan sampai benar-benar didapatkan nilai nol di atas lubang bor (yang saat ini ditutupi batu-batu dan tanah / karung(?) menurut info berita), barulah kemudian daerah itu dinyatakan aman.  

Bagaimana langkah ke depannya?

Untuk menghindari hal serupa terjadi lagi di masa depan, Pemerintah Bekasi maupun DKI harus secara ketat menerapkan dan monitoring persyaratan pemboran air tanah dalam untuk tidak melebihi 40 meter kedalaman khususnya di daerah Cipayung-Kranggan-Cibubur ini.   

Selain itu kampanye keselamatan aktivitas pembangunan/konstruksi/industri I daerah Cipayung-Kranggan-Cibubur ini harus terus dilakukan, terutama untuk memitigasi bahaya adanya gas dangkal di daerah ini. Disarankan dengan sangat: pengeboran air tanah tidak melebih kedalaman 60 meter. Antara 60 – 100 meter hanya ada lempung saja, tidak ada lapisan pembawa air. Kalau lebih dalam lagi, bahaya gas mengancam.

 
Gambar 1

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 5

Gambar 6

Gambar 6

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Apakah Kejadian Gempa Lombok Bisa Merembet ke Bali terus ke Jawa Timur?

Bisa.

Jalur sesar naik Kendeng di Jawa Timur (yang membatasi zona Kendeng dengan zona Randublatung) GENESA nya atau mula kejadiannya hampir sama dengan Flores Back Arc Thrust system yang jadi tempat berlangsungnya Gempa Lombok.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Bisa.

Jalur sesar naik Kendeng di Jawa Timur (yang membatasi zona Kendeng dengan zona Randublatung) GENESA nya atau mula kejadiannya hampir sama dengan Flores Back Arc Thrust system yang jadi tempat berlangsungnya Gempa Lombok.

Mula jadi penyebabnya adalah tekanan penunjaman terus menerus dari arah selatan oleh lempeng Samudra Hindia ke bawah busur kepulauan (pulau Jawa – Nusa Tenggara) yang sempet “ditahan” oleh kehadiran jajaran gunung api di jalur magmatik tapi kemudian “lepas energi”nya karena sudah melewati “daya-tahan” jalur gunung api itu untuk menahan tekanan dari selatan itu. Hanya saja Flores Back Arc Thrust muncul di Laut Utara Flores-Sumbawa-Lombok-Bali. Kalau di Jawa Timur ekspresi permukaannya ada di sepanjang Selat Madura dan berlanjut ke darat di sepanjang Lembah Brantas-Bengawan Solo. Akar sebelah selatan dari thrust fold belt system ada di lereng-lereng utara jalur gunung api: Rinjani-Agung-Ijen-Semeru-Bromo-Arjuno Welirang-Lawu.

Di akar-akar selatan dari thrust fold belt system itulah kemarin pergerakan-pergerakan blok sesar naik terjadi dalam beberapa segmen.

Kejadian serupa bisa saja memicu pelepasan energi yang sama di lereng-lereng utara jalur gunung api Jawa Timur.

Pengamatan, kesiapsiagaan, dan mitigasi yang bisa dilakukan untuk Jawa Timur adalah dengan plotting time series keaktifan (seismisitas) gunung api aktif sepanjang jalur Ijen-Semeru-Lawu di Jawa Timur itu dan/atau dengan memasang beberapa GPS Station di titik-titik tertentu di bagian selatan zona Kendeng di utara jalur gunung api untuk melihat pola kenaikan elevasinya karena menahan tekanan dari arah selatan itu.

Kapan akan terjadi? Belum ada yang tahu bagaimana memprediksi kapan terjadinya, karena memang sampai sekarang tidak ada yang mempelajari secara khusus pergerakan patahan-patahan Kendeng di Jawa Timur itu. Lagipula, kalaupun sudah dipelajari, teuteup saja prediksi “kapan terjadinya” masih dengan pendekatan statistik probabilitas yang biasanya dinyatakan dalam skala waktu geologi: yang kisaran ketelitiannya bisa kurang/lebih 25 tahunan (kisaran ketelitian Carbon dating dikurangi kisaran ketelitian hasil regresi linear statistik kejadian gempa Kendeng sendiri).

Apakah pergerakan Flores Back Arc Thrust bisa memicu (atau “menyetrum” alias “nggarai”) pergerakan Thrust Fold Belt System Kendeng di Jawa Timur? Bisa saja. Tapi ya itu tadi, kita nggak tahu kapan hal itu bisa terjadi karena kita semua belum mempelajari aktivitas Zona Kendeng itu: geometri segmen-segmennya seperti apa, keaktifannya bagaimana, dan lain sebagainya. Jadi, apakah dia bisa “kesetrum” Gempa Lombok dalam waktu dekat ini? Kita juga belum tahu. Tapi, paling tidak, secara teori dan pemahaman Tektonik Modern kita tahu itu semua mungkin saja terjadi. Yang lebih penting: ayo ramai-ramai mulai lebih peduli! Pelajarilah itu geologi kebencanaan daerah kita sendiri. Sesar-sesar yang ada di sekitar kita musti kita teliti. Jangan kalau sudah kejadian begini baru kita ramai-ramai turun ke lapangan dan bikin justifikasi. Ayo, mitigasi! Mitigasi! Mana itu arek-arek Jawa Timur!! Ayo dimainkan rek.

Siap-siap

Siap-siap.

Tak lengkapi dengan puisi yang aku tulis tiga tahun yang lalu, ya...

Gempa Bumi dan Tsunami di Indonesia ini seperti “kematian”

Untuk apa juga memprediksi kapan kita mati.

Jauh lebih manfaat mempersiapkan diri, kapanpun mati itu jadi.
Karena mati itu pasti.

Untuk apa juga memprediksi kapan gempa dan tsunami lagi di sini.
Jauh lebih manfaat mempersiapkan diri, kapanpun peristiwa itu terjadi
Karena gempa dan tsunami di sini itu pasti.

Perkuatlah imanmu - perkuat bangunan tempat tinggalmu.

buatlah jalan ke surgamu, bangunlah jalur evakuasimu.

beramal solehlah untuk sekitarmu, perkuat sistim tanggap bencanamu.

rajin-rajinlah memakmurkan tempat ibadahmu, rajin2lah riset geologi kebencanaanmu.

Gempa bumi dan tsunami di sini seperti mati
Tak banyak manfaat waktunya diprediksi

Kalau besarannya,
lokasinya,
efek sampingnya,
hubungannya dengan sumber daya,
penyebaran gelombangnya,
run-up-nya,
inundasinya,
daerah paling amannya dan sejenisnya ¾itu semua perlu penting dan kifayah untuk diuraikan.
Karena langsung bisa kita manfaatkan untuk “menghadapinya”
Karena tidak sia-sia Allah menciptakan semuanya ....

Kalaupun toh sampai ilmumu memprediksi waktunya, manfaatkanlah baik-baik untuk yang lainnya.

Gempa bumi dan tsunami di sini seperti mati
Tak banyak manfaat waktunya diprediksi
Bersiap diri jauh lebih berguna
Daripada sibuk menduga
- kapan tiba waktunya

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

(Prediksi Semburan Lumpur Lapindo)

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Pada dasarnya sebenarnya tidak ada verifikasi tentang metode yang disetujui dan disepakati sama-sama secara ilmiah untuk menentukan besarnya volume semburan Lumpur Lapindo selain yang pasti-pasti mengukur penambahan volume per satuan waktu (itu pun diperdebatkan data apa yang dipakai) tanpa pernah memperhatikan “additional volume” yang ter-absorb oleh penurunan tanah setiap waktu.

Secara pengamatan pribadi, saya lebih cenderung menganggap angka-angka yang dilaporkan BPLS maupun Badan Geologi adalah angka-angka kira-kira yang minimal — optimistic berkurang — dan kita semua harus sedikit menambahkan besarannya dari apa yang mereka laporkan secara resmi untuk mengakomodasi faktor ketidakpastian metode pengukuran dan juga tidak diperhitungkannya volume yang ikut subsidens tanah.

Agak aneh ketika laporan tersebut  menyetir hasil penelitian Davis 2012 yang menyatakan bahwa dalam lima tahun ke depan (2012 – 2017) semburan akan menurun jadi tinggal 3000-5000 m³/hari saja, di mana metodologi pengukuran dan prediksinya dipertanyakan plus data Agustus 2013 versus data Agustus 2012 yang dinyatakan BPLS dalam ekspedisi Agustus lalu sama sekali tidak mendukung prediksi Davies tersebut .

Dan lebih parah lagi, setelah menyetir prediksi Davis tersebut, kemudian disimpulkan “tidak diperlukan upaya untuk menghentikan luapan apabila biaya untuk menghentikan terlalu besar.”

Menurut saya masalah utama Lumpur Lapindo bukan hanya Volume Semburan, tapi juga keadaaan bawah permukaan yang tak seorang ahli pun dapat mengklaim bahwa dia tahu apa yang sedang terjadi dan bagaimana dinamikanya ke depan tanpa data yang dapat dipertanggungjawabkan (3D seismik, 4D microgravity, pengukuran terus menerus penurunan tanah, dan sebagainya) yang semua itu tidak dilakukan karena secara operasional tidak mungkin dilakukan karena menghadapi resistensi masyarakat (sebab masalah sosial belum dibereskan).

Semburan boleh diprediksi secara kira-kira bahwa sudah akan berkurang beberapa tahun ke depan (walaupun kontradiksi dengan data terakhir Agustus 2013), tapi penurunan tanah dan perluasan kerusakan lapisan di bawah permukaan ke arah luar daerah tanggul sampai sekarang belum dapat diprediksikan. Jadi, menurut saya, masih sangat terlalu awal dan penuh risiko apabila disimpulkan/diputuskan bahwa “tidak diperlukan upaya menghentikan luapan”. Lagi pula maksud “biaya terlalu besar “ dalam menanggulangi secara teknis bencana dinamis ini sangat tidak jelas: berapa besar yang besar itu, dan berapa besar yang kecil itu?

Mohon maaf, menurut saya ancaman kerusakan bawah permukaan terhadap area-area di luar tanggul adalah ancaman nyata dalam tahun-tahun ke depan, karena kita sama sekali tidak tahu ke arah mana dinamika pergerakan lumpur tersebut akan terus merembet dan berpengaruh, tanpa "proper" data yang saya sebutkan di atas. Dan itu semuanya sangat tergantung dari apakah Pemerintahan SBY sanggup menekan Bakrie untuk menepati janjinya ke masyarakat!!!

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

(32.000 Liter Air itu Amblas Begitu Saja)

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Yups, 32.000 liter air itu amblas begitu saja ke dalam lubang, bukan meresap, tapi amblas alias total loss. Dan jumlah itu ekuivalen dengan 32.000 kubik ruang kosong.

Lebar teras 5 adalah 15 meter, tebal tembok/bangunan penutup di bagian barat dan timur masing-masing max 1,5 meter, jadi kemungkinan panjang "ruang" kosong di bawah teras 5 dari barat ke timur = 15 meter - (2x1.5) meter = 12 meter. Air mulai loss di kedalaman 8 meter, dan dari density log dan keberadaan tanah (paleosol) pada kedalaman 8 meter dan 10 meter diperkirakan tinggi ruang tersebut adalah dua meter (dikonfirmasi juga dengan alat logging densitas yang diturunkan ke dalam lubang yang menunjukkan adanya anomali densitas rendah banget di kedalaman 8 dan 10 meter tersebut).

Jadi, 32.000 liter air yang amblas ke dalam lokasi bawah permukaan teras 5 itu kemungkinan masuk ke dalam rongga yang minimum ukurannya 32 meter kubik alias tinggi 2 meter, lebar barat-timurnya 12 meter dan lebar utara-selatannya "sementara ini" 1,3 meter. Bisa lebih besar lagi, kalau pengisian air "diteruskan". Note: pemboran dihentikan pada kedalaman 14 meter karena sudah masuk ke zona batuan andesit segar (fresh bed-rock). Karena pemboran dihentikan, maka pemompaan air/lumpur pemboran juga selesai.

Pengisian rongga secara tidak sengaja dengan air/lumpur pemboran 32.000 liter itu masih belum memenuhi maximum capacity. Kalau maximum: maka air akan luber balik lagi ke permukaan lewat lubang pemboran. Sama sekali belum terjadi "Mud Return" sampai ke TD di 14 meter. Artinya: ya masih buanyak volume rongganya yang harus diisi supaya penuh. Makanya aku tulis: minimum 1,3 meter memanjang utara selatannya (lebar barat timur max 12 meter dan tinggi rongga sementara max 2 meter dari data pemboran dan logging, maka satu-satu variabel dimensi panjang yang belum ter-constrain adalah lebar rongga utara-selatan, yang sementara ini dihitung minimum 1,3 meter untuk mengakomodasi 32.000 liter air itu)

Perhatikan juga di GP-2 teras 5 pemboran inti Februari 2012 tahun lalu: "pasir piramida" yang membuat partial loss (bukan total loss seperti sekarang ini) dan membuat pipa terjepit-jepit itu kedalamannya juga dari 8meter sampai 10 meter!!!! What a coincident!???? Bukan kebetulan!!!

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

(Gempa Wingi Opo Ora Terdeteksi Sa'durunge?)

Yang, gempa wingi opo ora terdeteksi sa'durunge? Suwun.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

(Nanang):

Yang, gempa wingi opo ora terdeteksi sa'durunge? Suwun.

 

(Yayang):

Alat pendeteksi datangnya gempa iku gak onok sing spesifik langsung, Nang. Gak koyok letusan gunung api sing iso dideteksi gejala awal-e beberapa hari-minggu sebelumnya. Memprediksi - mendeteksi aktivitas segmen patahan yang mengakibatkan gempa dilakukan saintis dengan cara mempelajari statistika daur ulang dan besaran kejadian gempa (seismisitas) di suatu segmen patahan tertentu dan kalau ada duit ya dengan pemasangan alat GPS real time untuk mendeteksi anomali pergerakan skala mikro. Nah di segmen onshore Aceh yang bergerak kemarin itu belum ada data khusus GPS tersebut dan tidak ada yang secara khusus mempelajari daur ulangnya. Ada puluhan segmen serupa di sepanjang jalur sesar Sumatra, sementara ahli gempa dan fasilitas riset kita paling bisa meng-handle kurang dari lima segmen saja untuk waktu yang sama. Bisa dibayangkan: setiap saat kita akan selalu "caught by surprise" oleh gempa-gempa serupa!

 

(Nanang):

Cukup memprihatinkan yo ... Suwun infone Yang.

 

(Yayang):

Mangkakno sing luwih penting maneh iku sakjan-e nyiapno awak, keluarga, bangunan, lingkungan supaya pas gempa iku teko: omah-e kuat gak ambruk, awak dewe gak panik, fasiltas-fasilitas umum kuat-aman gak terganggu! Iku ngono kabeh sing disebut: Penguatan kapasitas dan penurunan kerentanan dhadi bagian-e mitigasi. Wong-wong matek iku dhuduk kenek gempa-ne, tapi ke-brugh-an omah, bangunan, plus kesamber tsunami lek ndik pinggir pantai. Dhadi, lek omah-e, bangunan-e wis bener lokasi dan konstruksi-ne, terus wis tersedia bangunan-bangunan penyelamat dari terjangan tsunami, terus sistim-e iso dilatih terus - insyaAllah korban akan berkurang! Iku ngono kabeh tetep hulu-ne: butuh riset tentang gempa di segmen-segmen tertentu tersebut. Tanpa info dari riset tersebut, para insinyur bangunan dan tata ruang gak akan iso bener ngrancang dan nggawe bangunan-bangunan aman tahan gempa!!! Ngono lho, rek!

Read More