Titik Geser

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Orang-orang oil patch yang paham tentang konstelasi politik energi dunia mestinya sih sekarang ini sudah mulai bikin strategi titik geser (atau titik belok?) mengantisipasi job scarcity di Oil & Gas Industry yang bahkan sudah terjadi —saat catatan ini dibikin— di tengah euphoria transisi energi yang makin menguat.

Dua tahun pandemi, krisis harga minyak tahun 2020 lalu yang sampai minus di bawah $0/bbl, dan COP26 Oktober - November kemarin, semuanya memberikan aba-aba untuk segera berubah haluan. Itu kalau paham.

Kalau gak (mau) paham, ya monggo saja. Dalam dua - tiga tahun ke depan mereka yang berpegangan pada kesetiaan buta pada gemerlap semu dunia migas (khususnya Indonesia) akan mengalami kejutan tiba-tiba: begitu saja terlempar keluar dari dunia kerja. Perubahan-perubahan strategi perusahaan IOC ex-7 sister yang drastis dalam dua tahun terakhir untuk mengurangi portofolio eksplorasi migas mereka, terutama minyak bumi, termasuk baru-baru ini pemisahan Shell dari Royal Shell, dan efek berantai dari lay-off massal di perusahaan-perusahaan itu, termasuk di Indonesia, semuanya mengindikasikan bahwa perubahan sedang terjadi.

Bahkan sekarang pun susah sekali untuk membayangkan kebanggaan mengumumkan discovery lapangan minyak raksasa seperti jaman hey-day discovery minyak di laut dalam dunia beberapa tahun yang lalu di West Africa, Gulf of Mexico, dan Guyana-Suriname. Karena begitu discovery, untuk mencari dana pengembangannya dari uang publik sudah makin susah dilakukan. Publik sudah banyak termotivasi untuk investasi di energi hijau daripada minyak bumi (dan gas bumi). Kalaupun dana itu tersedia, bunganya selalu lebih mahal daripada dana-dana untuk energi hijau. Sebagai catatan: sebagian besar discovery deep water lima - tujuh tahun terakhir di West Africa pun sampai sekarang banyak yang masih kesulitan untuk cari dana pengembangannya.

Nah, mau geser ke mana, mau belok ke mana G&G sub-surface Oil & Gas kita? Lihat AAPG/SEG/SPE,tahun ini dan tahun depan makin banyak acara kumpul-kumpulnya membahas tentang CCS/CCUS, Zero Emmision, Shifting to Transition Energy, dan lain-lain. AAPG pun sudah punya rencana besar merger dengan SPE tahun depan ini. Di level organisasi induknya lho, bukan sekedar di event convention-nya. Nah, apakah kita di Indonesia juga terus akan berlupa-lupa dan asyik membahas ilmu subsurface untuk menemukan migas kita saja tanpa mempedulikan tren dunia itu semua, atau kita mau ikutan bersiap untuk berubah?

Monggo saja.

 
Previous
Previous

Empat Puluh Lima Tahun ITB-78

Next
Next

(Buat yang Pusing, …)