Risiko Eksplorasi
Harusnya pengusaha asing itu juga sudah mengerti: begitulah risiko eksplorasi.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yang minta pendapat saya sebagai konsultan independent tentang potentiality and risk blok CBM-nya itu (yang pernah saya ingatkan daerah situ gak ada batu baranya — kalau pun ada pasti gak komersial): sekarang malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yang bisa kita tuntut? Karena mereka merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi pertama yang mengusulkan blok CBM ke mereka, kemudian merasa "ditipu" juga oleh pemerintah yang memverifikasi hasil joint study yang mereka biayai yang dilakukan oleh perguruan tinggi kedua, dan yang terakhir merasa wakil-wakil pemerintah yang ngawasi rencana dan pelaksanaan pemboran eksplorasi sumur-sumur CBM-nya pun kayaknya membiarkan saja mereka merisikokan uang sampai 15 juta dolar untuk ngebor dan sebagainya, padahal harusnya mereka ngerti juga-lah bahwa daerah itu tidak prospek. Selain bingung mau nuntut siapa, mereka juga bingung mau ngapain lagi dengan blok yang mereka punya. Lha wong sudah gak ada apa-apanya.
Wah, kalau nuntut secara hukum ya nggak bisa lah, pak. Harusnya pengusaha asing itu juga sudah mengerti: begitulah risiko eksplorasi. Bisa ilang samasekali duit 15juta dolar plus plus gak kembali. Meskipun itu menyangkut CBM yang bukan konvensional oil-gas yang lebih berisiko lagi. Mestinya khan mereka juga punya explorationist sendiri yang mempertimbangkan semua risiko venture-nya secara lebih hati-hati, bukan sekadar modal duit dan menganggap ini semua seperti dagang sapi - sapinya ada tinggal dibeli, disembelih dan dijual lagi dapat untung rezeki.
Tapi bagaimana pun juga, nDang, sangat disayangkan kenapa koq dengan data yang sama-sama menunjukkan batu bara di atas dan di bawah tanah-nya itu hanya beberapa seam tipis: para pengusul, para pen-studi dan panel pem-verifikasi koq menyimpulkan CBM-nya cadangannya besarnya luar biasa sekali? Malah dengan terang-terangan mereka memakai density 1.8 sampai dengan 2.0 untuk menghitung volume batu bara yang mana menurut saya itu sudah keterlaluan gak profesionalnya: membesar-besarkan angka potensi. Khan harusnya pakai 1.3an lah density. Belum lagi ketebalan yang direkayasa jauh lebih besar dari data yang ada tanpa alasan yang jelas sama sekali.
Wah, kalau masalah yang seperti itu, pak: ini yang ke-4 yang saya temui. Jangan heran kalau sejak beberapa tahun terakhir ini banyak berkeliaran profesional (kadang dengan label akademisi) yang membuat analisis blok-blok untuk oil and gas dan juga CBM (dan sebentar lagi shale gas) untuk kemudian ditawarkan — dijual ke calon-calon investor yang termakan oleh iming-iming jumlah "cadangan" yang dibikin besar sekali (bahkan tidak tahu beda sumber daya dengan cadangan dan berbagai skenario penamaannya yang tidak pasti). Kemudian setelah sang investor yang umumnya tidak ber-latar belakang oil gas E&P itu yakin diajaklah mereka melakukan/ membiayai joint study, dan seterusnya sampai akhirnya nanti diverifikasi/disetujui oleh pemerintah untuk jadi blok yang ditawarkan dengan skema "direct-offer" bukan "open tender". Padahal blok-blok yang ditawarkan itu juga nggak nambah data apapun selain pembaruan peta-peta lead-prospect dari kumpeni-kumpeni terdahulu atau bahkan dibikin lead-prospect baru dengan data baru yang didapat dari "pasar gelap" yang pemerintah juga gak punya inventory.
Bagi sebagian pihak di pemerintahan: performance mereka dinilai dari berapa banyak bisa jualan blok migas/CBM/shale gas tanpa peduli apakah blok-blok itu punya potensi yang bener-bener sudah terevaluasi. Bagi sebagian pihak petualang eksplorasi hal tersebut menjadi peluang untuk terus menerus melakukan "studi" — apapun kualitas studinya — dengan alasan ikut membantu pemerintah menggalakkan eksplorasi. Bagi kalangan investor yang tidak punya latar belakang new venturing eksplorasi: hati-hati!!!!
Sayang banget ya, nDang. Saya koq malah khawatir: secara profesional kita-kita ini di akademisi maupun di industri jadi kena imbasnya: gak dipercaya lagi oleh publik karena mempermainkan ketidaktahuan publik atas ketidakpastian / risiko eksplorasi untuk alasan-alasan komersial sempit dan tujuan pemenuhan kinerja aparat. Jangan-jangan mereka nanti - terutama orang-orang luar negeri - jadi sinis melihat IAGI atau HAGI yang membiarkan saja kasus-kasus unethical itu terjadi.
Kalau begitu mari kita bicarakan di forum organisasi, pak. Saya akan sampaikan nanti insyaAllah ke kawan-kawan G&G supaya bisa jadi bahan untuk ditindaklanjuti.
Ironi dan Komedi Eksplorasi di Republik Mimpi
Karena memang kami dulu dididik untuk memproduksi minyak dan gas bumi, bukan mencari dan menemukannya sendiri!!!
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Eksplorasi adalah:
Menjual blok migas sebanyak-banyaknya dengan komitmen sebesar-besarnya, tanpa peduli apakah ada data baru dan atau konsep baru tektonik - petroleum sistem di blok-blok baru itu.
Eksplorasi adalah:
Memberikan izin spec survey/joint study ke siapa pun yang minta daerah terbuka asal tidak overlap satu dengan lainnya. Dan jangan lupa joint study itu maksudnya anda membayar studinya kami memberi izinnya. Nah, karena kami ikut mengawasi dan juga bikin panel ahli reviewer-nya (yang seringkali tdd dari para pelaksana studi itu juga), maka tolong dipikirkan jugalah kami-kami. (tau sendiri khan maksudnya?)
Eksplorasi adalah:
Menitipkan dana-dana APBN ke spec-spec surveyor untuk akuisisi data baru dengan mengikuti saja tren di mana pun mereka rasa data itu bakal laku. Perkara teori tektonik apa dan mengapa daerah-daerah itu dipilih untuk spec survey biarlah orang-orang asing itu yang mengerti. Terlalu ruwet buat kami mikiri.
Eksplorasi adalah:
Bikin proyek-proyek studi persiapan lahan yang dikerjakan lembaga-lembaga riset dan perguruan tinggi menggunakan data yang itu-itu juga dengan beberapa pengaturan. Supaya kelihatan sebagai blok baru maka namanya harus baru. Perkara data seismiknya yang itu-itu juga (bahkan sebagian juga sudah nggak ada entah ke mana). Publik juga harus paham dan mengerti, cuma itulah yang mampu dilakukan oleh Republik ini. Apalah kita ini.. Mana mungkin kita mikir konsep-konsep terobosan yang canggih-canggih.. Mending jual beli data dan blok yang kita recycle saja. Toh persiapan juga dibiayai rakyat ini.
Apa? Studi Tektonik? Studi Cekungan? Wah.. Apa pula itu? Rasa-rasanya itu semua nggak ada kaitannya dengan eksplorasi. Itu khan kerjaan para akademisi/periset dasar yang jauh panggang dari api. Apa pula hubungannya dengan penemuan minyak dan gas bumi? Sori, kami kurang mengerti. Karena memang kami dulu dididik untuk memproduksi minyak dan gas bumi, bukan mencari dan menemukannya sendiri!!!
(Coal Bed Methane di Indonesia)
Pada sidang Dewan Eksekutif AAAPG semalam di Hangzhou, Cina, yang dihadiri perwakilan dari 14 negara, saya dan Prof Eddy Subroto (ITB) berhasil menarik Komite Eksekutif AAAPG (Association of Afro-Asia Petroleum Geochemists) untuk menyetujui pelaksanaan konferensi asosiasi berikutnya (kesembilan) Maret 2015 di Indonesia.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Pada sidang Dewan Eksekutif AAAPG semalam di Hangzhou, Cina, yang dihadiri perwakilan dari 14 negara, saya dan Prof Eddy Subroto (ITB) berhasil menarik Komite Eksekutif AAAPG (Association of Afro-Asia Petroleum Geochemists) untuk menyetujui pelaksanaan konferensi asosiasi berikutnya (kesembilan) Maret 2015 di Indonesia.
Sengaja saya perjuangkan hal tersebut karena pertimbangan strategis manfaatnya untuk komunitas ilmiah geologi perminyakan (petroleum geology) Indonesia pada khususnya dan industri migas Indonesia pada umumnya terkait dengan rintisan usaha kita untuk mulai menggarap unconventional hydrocarbon di Indonesia seperti: CBM, Shale Gas, Tight Gas, Shale Oil, dan Hydrate yang lebih dari 50% sainsnya adalah domain dari Geokimia Perminyakan (petroleum geochemistry).
Banyak negara-negara Afro-Asia juga baru memulainya, dengan Cina sebagai pelopor terdepan di ranah tersebut. CBM Indonesia baru mulai empat tahun yang lalu (2008): kontrak pertama CBM Indonesia di Sumsel (Sekayu - Ephindo/Medco). Shale Gas, Tight Gas, dan apalagi Shale Oil masih ada di laci-laci riset lembaga-lembaga pemerintah kita dan juga sebagian dari Departemen Eksplorasi - New Venture company besar di Indonesia (Chevron, Pertamina).
Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk menarik event penyelenggara tiga tahunan Konferensi AAAPG ke Indonesia untuk dijadikan ajang tukar informasi dan mempercepat - menstimulasi riset dan aplikasi unconventional hydrocarbon tersebut di Indonesia. Mudah-mudahan lembaga-lembaga Pemerintah terkait kita (BPMigas, Ditjen Migas, Badan Geologi, LIPI, BPPT) tergerak juga untuk menyambut dan mendukung event tersebut, dan juga terutama asosiasi-asosiasi profesi kita (IAGI, HAGI, IATMI, IPA) mau mendukung dan jadi supporting organization bagi pelaksanaannya.
Khusus ke para sahabat dan sekaligus supporter kawan-kawan kebumian saya mohon bantuannya kalau-kalau ada yang punya jaringan bisa memfasilitasi kita untuk mendapatkan izin penggunaan Gedung Konferensi Asia Afrika di Bandung sebagai tempat penyelenggaraan event tersebut. Supaya ada gaung semangat sejarah Asia-Afrikanya lah....
AAAPG terbentuk pada 1985 (27 tahun yang lalu) di India dengan founder members dari Cina dan India, yang nampaknya memang sedang getol-getolnya "memerdekakan diri" dari pengaruh internationalisasi gaya barat di asosiasi-asosiasi seperti AAPG (dengan dua ‘A'), IAGC (International Assoc. of Geochemistry), Geochemical Association (penerbit buku Geochemica et Cosmochemica Acta), Association of Applied Geochemistry (AAG), North America Geochemical Society (NAGC), European Assoc. of Geochemistry (EAG), European Assoc. of Organic Geochemistry (EAOG), dan lain-lain. Selain itu di akhir 80an itu, Cina (dan India) juga mulai melangkah ke Afrika dan Timur Tengah, sehingga mereka merasa perlu juga untuk merangkul "Afrika" dalam asosiasi, sehingga nama asosiasi menjadi "Afro-Asia".
Konferensi pertama AAAPG di Dehradu, India, 1985; kedua di Beijing, Cina, 1988; ketiga di Melbourne, Australia, 1992 (orang cina bilangnya: Odalia), yang keempat di Arusha, Tanzania, 1996; tahun 1998 dari Ong Han Ling dan dari Eddy Subroto siap untuk melaksanakan di Indonesia tapi karena kerusuhan ‘98 maka dibatalkan; kelima di New Delhi, India, 2000; keenam di Beijing lagi, Cina, 2004; ketujuh di Abuja, Nigeria, 2008, dan kedelapan di Hangzhou Chona 2012 sekarang ini. Jadi karena ada sejarah pembatalan itu, ketika Indonesia mengajukan lagi untuk diadakan di Jakarta, Bandung, atau Bali, board menyetujuinya (setelah bersaing dengan India).
Mengingatkan: 5 Jenis Semen yang Umum Mengikat Butir-Butir Sedimen Kita
(Sambil nunggu boarding di lounge garuda, JKT-BPN untuk fieldtrip Mahakam dengan talisman malaysia.)
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Silika
Keras berkilau berseri karena kristalnya tumbuh di kwarsa asli, dikubur sampai suhu 120-an di dalam bumi.Lempung
Direndam lama di air bisa mrotoli, pelapukan feldspar oleh air asal atau air tawar dengan pCO2 tinggi, hati-hati manasi reservoir untuk secondary recovery, bisa kesumbat lubang karena lempung migrasi.Kalsit
Keras tapi getas, membuih ramai saat ditetes asam klorida; air asalnya laut atau kalsium tinggi, bisa juga muncul dalam dan panas bersama besi.Dolomit
Berdesir memasir seperti gula, membuih sedikit di asam klorida, dari kalsit jadi dia ditambah rongga, bisa karena air asin cekungan dalam atau air tawar kaya magnesia, tidak brwarna di alizarin merah.Besi
Keras tegar dan merah, berdenting bila ditempa, bisa efek akhir permukaan di singkapan-sigkapan, menunjukkan akses utama pada oksigen bila jumpa di kedalaman sana)
(Sambil nunggu boarding di lounge garuda, JKT-BPN untuk fieldtrip Mahakam dengan talisman malaysia.)
(Dulu Kupikir Cukup Saja Menguasai Sains dan Teknologi)
Dulu ku pikir cukup saja menguasai sains dan teknologi; dan tidak terlalu banyak paham yang bertentangan dalam menerangkan proses-proses bumi: no worry!
Makin ke sini ternyata harus juga belajar manajemen bisnis dan ekonomi, untuk memahami nilai-nilai aplikasi sains dan teknologi bagi manfaat langsung sehari-hari, ...
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Dulu kupikir cukup saja menguasai sains dan teknologi; dan tidak terlalu banyak paham yang bertentangan dalam menerangkan proses-proses bumi: no worry!
Makin ke sini ternyata harus juga belajar manajemen bisnis dan ekonomi, untuk memahami nilai-nilai aplikasi sains dan teknologi bagi manfaat langsung sehari-hari, ...
Eee ... ternyata kemudian harus mengerti juga politik dan ideologi,… Karena nilai-nilai tadi jadi sangat kontras berbeda dari sisi politik dan ideologi yang berwarna-warni. Contohnya: ketika membahas blok-blok migas yang mau habis masa kontraknya di negeri ini, para ahli ekonomi sumber daya bumi yang punya ideologi politik ekonomi sebagai turunan dari kapitalisme dan liberalisasi akan dengan serta merta menegasikan peran perusahaan negeri sendiri untuk memegang kendali, mereka lebih suka semua dihitung dalam angka efisiensi ekonomi, lupa memasukkan faktor nasionalisme, kerakyatan, kemerdekaan energi sebagai angka-angka yang musti juga di-kali bagi; ...
Dan itu semua belum selesai, karena puncaknya adalah kita harus belajar juga ilmu sosial, psikologi, dan tasawuf-filosofi: untuk bisa faham kenapa kelompok-kelompok seperti mereka itu susah sekali percaya pada kemampuan bangsa sendiri, dan lebih suka mengkalkulasi semua keputusan hanya dengan dasar ekonomi pasar untung rugi, ...
Ya Allah, susah sekali bikin perubahan di negeri ini ... Segala kepintaran, pemahaman, pengertian dan keahlian kayaknya harus dikerahkan di atas landasan ikhlas dan mengabdi, baru kemudian revolusi bisa terjadi!!! Bismillah...