(Justifikasi Penyerahan Aset Cadangan Migas ke Pihak Asing)
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Segala macam cara penyesatan opini dilakukan oleh penguasa dalam rangka menjustifikasi perlunya aset cadangan migas kita diserahkan kepada pihak asing. Ya, Allah, apa nggak malu ya, orang-orang ini pada dirinya sendiri?
Jero Wacik (Men ESDM):
Pertamina dan perusahaan nasional ada kemungkinan hanya mampu menguasai 40% kepemilikan blok Mahakam. Asumsi ini didasari pertimbangan kemampuan finansial Pertamina dan perusahaan minyak nasional. Calon pembeli lapangan tersebut harus berhati-hati karena wajib menyetor triliunan rupiah.
Rudi Rubiandini (Ka SKMigas):
Operator harus menggenjot eksplorasi tambahan lantaran sumur-sumurnya berusia tua. Uang itu bisa hilang jika eksplorasi gagal. Kemampuan menahan risiko ini tidak dimiliki perusahaan nasional.
Kutipan diambil dari koran Tempo edisi Rabu, 20 Februari 2013: Hal. B4.
* Kalau memang berniat menguasai aset migas demi kepentingan nasional tanpa harus terpapar pada risiko eksplorasi, khan bisa saja diatur supaya perusahaan asing-nya dikasi area di luar lapangan-lapangan yang sudah berproduksi tapi masih di dalam blok Mahakam, sementara untuk pengoperasian lapangan-lapangan aset itu serahkan saja pada Pertamina. Kalau mereka masih ngotot mau ikutan di lapangan-lapangan yang produksi tersebut ya mereka harus bayar ke Pertamina sebagai premium participating interest, terus Pertamina setor ke Pemerintah. Bukannya malahan Pertamina ditakut-takuti terus dengan modal besarlah, risiko tinggilah, dan sebagainya.
** Ungkapan-ungkapan argumen mereka sama sekali tidak mencerminkan bahwa mereka mengerti tentang aliran dana dan risiko dalam industri eksplorasi dan produksi migas dan regulasi terkait PSC/KKKS. Sangat-sangat-sangat memprihatinkan.
*** Terlihat sekali kesan sangat memaksakan dengan alasan pokrol bambu (asal-asalan) yang melecehkan profesionalisme teknis dan bisnis Pertamina yang notabene adalah perusahaan milik negara kita sendiri. Kasihan juga ya, pejabat-pejabat kita ini. Mencoreng arang di muka logika, kredibilitas, dan nasionalisme mereka sendiri.