"Kuasai 47% Ladang Minyak RI, Tapi Produksi Pertamina Cuma Nomor 3"
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Hampir-hampir saya tidak percaya kalau kalimat-kalimat yang diberitakan Detik ini berasal dari RRR yang pernah saya kenal baik sebagai dosen dan konsultan pemboran/migas yang nasionalis, merah putih dan sangat percaya dengan kekuatan intelektual dan profesional bangsa sendiri sebelum dia masuk BPMigas kemudian akhirnya jadi WaMen ESDM.
Sangat terlihat bagaimana tendensiusnya pejabat kita dengan berbagai pernyataan untuk mendelegitimasi usaha-usaha Pertamina mendapatkan blok-blok migas produksi yang dikuasai MNC yang memang sudah akan habis masa kontraknya yang memang Pertamina sendiri dibenarkan secara UU dan PP untuk mendapatkan dan mengelolanya dari pemerintah, seperti halnya Blok Mahakam ini.
Pernyataan-pernyataan yang meragukan apakah Pertamina mampu mengoperasikan lapangan migas sebesar lapangan-lapangan di blok Mahakam sambil melemparkan kenyataan bahwa Pertamina belum memaksimalkan operasi di 47% penguasaannya atas lapangan migas Indonesia benar-benar terasa sebagai pernyataan politis meskipun kelihatan agak teknis karena dibungkus angka-angka. Karena pada dasarnya hanya statistik pilihan yang cocok dengan keinginan saja yang dimunculkan. Sementara itu statistik tentang bagaimana Pertamina berhasil meningkatkan efisiensi operasi dan produksi di ONWJ dan di WMO setelah mereka ambil alih dari MNC beberapa tahun lalu, dan juga di blok-blok yang bersebelahan dengan blok Cepu yang dioperasikan MNC, kesemuanya ditutupi dan tidak di-highlight. Benar-benar tidak fair dan sangat politis.
Juga pentungan-pentungan klasik untuk menakut-nakuti seperti teknologi dan biaya tinggi lagi-lagi diungkapkan di media untuk menjustifikasi bahwa pemerintah lebih suka Total yang mengoperasikan Blok Mahakam. Benar-benar menggelikan dan sangat mencolok keberpihakan yang sudah diatur dari atasnya sana ini. Kita semua di industri migas tahu: teknologi bisa dibeli, biaya tinggi bisa dipinjam dan dinegosiasi, selama kita punya aset yang bisa dijaminkan dan manajemen profesional yang bisa diandalkan, itu semua tidak akan pernah jadi masalah dalam operasi migas segede apapun dia punya dimensi. Sedih. Bener-bener sedih.
Yang lebih parah adalah pernyataan tentang: "... apakah Total mau beri data-data teknis di blok tersebut yang puluhan tahun dikerjakannya? Tentu tidak. Artinya akan mulai dari awal lagi". Seolah-olah yang bicara tidak mengerti sistem PSC di Indonesia dan tidak memahami UU Migas (baik yang lama maupun yang baru) yang menyatakan bahwa semua data migas milik negara!!!! Bukan milik Total! Parah. Bener-bener parah.
Mau dikemanakan migas, mineral, dan energi Indonesia kita ini kalau pejabat-pejabat kita sudah bicara aneh-aneh kayak begini.
Atau malah kita perlu bersikap sebaliknya: kasihan ya, Rudi!!!?
(Suka dan bangga karena Total telah lebih dari 40 tahun ikut membangun Indonesia, tapi lebih suka lagi kalau aset yang sudah mereka kuasai sekian lamanya dikuasai dan dioperasikan oleh entitas bangsa sendiri!!!!)