Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Pesan Pagi-Pagi

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

  1. Jangan mau tersedot tersebar hilang di lapisan-lapisan tipis batu, tapi lipatlah ruang dan waktu dalam cerita fasies yang ringkas dan manfaat bagimu.

  2. Dunhamm itu untuk sayatan tipis dan mata rinci, embry klovan itu untuk batang-batang core dan singkapan-singkapan geometri.

  3. Korelasi stratigrafi itu menghubungkan titik-titik kesamaan waktu, bukan kesamaan batu!!!

  4. Batuan sedimen mewarisi air dari lokasi pengendapan asalnya baik di selimut butir ataupun di dalam pori, hati-hati menerapkan harga rw air formasi.

  5. Menyedot minyak (apalagi gas) berlebihan mengundang air formasi mengerucut mendominasi sumur produksi; keserakahan memurcakan jiwa!

  6. Hati-hati dengan penentuan umur absolut dalam stratigrafi; bisa absolutely right bisa juga absolutely wrong! (Selalu ada ke-tidak pasti-an!!)

  7. Jejak vulkanik dalam deuterium Lumpur Lapindo tidak berarti penyebab njeblug-nya adalah proses gunung api; tapi sedimen-sedimen yang dibor Lapindo di Banjarpanji memang volcanogenic asli!

  8. G&G nyari cadangan migas, petroleum engiIneer ngurusi produksi; tapi produksi migas turun dan cadangan menipis juga tanggung jawab semua profesi.

  9. Jawa Timur darat dan selat Madura migas-migasnya bisa (dan sudah terbukti) raksasa, tersebar jarang-jarang berjarak antara; Jawa Timur laut utara migas-migasnya kecil menengah, tersebar hampir merata.

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

(Merekam Sifat Benda Melalui Prinsip Fisika dan Geologi)

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Geolistrik, georadar, geomagnet, borehole log, downhole camera, semuanya itu hanya alat perekam. Hasil rekamannya juga harus diinterpretasi. Alat-alat itu merekam sifat-sifat fisika dari obyek/benda fisik yang dalam domain penelitian kami di geologi biasanya berupa lapisan batuan, rongga, fluida pengisi rongga (bisa gas/udara atau cairan), dan sejenisnya. Interpretasi sifat fisik yang terekam di alat-alat tersebut dilakukan dengan menggunakan prinsip fisika dan geologi.

Tergantung dari kebiasaan, kebisaan, dan pengalaman geoscientist-nya, interpretasi bisa bermacam-macam. Pengalaman dan referensi geoscientist dalam mengenali bentuk-bentuk alami "geologi" (terobosan magma, leleran lava, patahan dan sebagainya) versus bentuk-bentuk non-alami seperti bunker (tempat persembunyian Tomy Soeharto dulu), lorong gua Jepang Dago Pakar, dan sebagainya menjadi sangat penting dalam menganalisis validitas interpretasi. Untuk membuktikan interpretasi tersebut biasanya kita lakukan trenching atau drilling pengambilan inti batuan dan sekaligus keratan (cuttings) batuannya. Kalau ketemu rongga kita akan turunkan downhole camera dan sebagainya.

Dalam kasus Gunung Padang, drilling baru dilakukan di dua lokasi, dan temuan sementara menunjukkan ada anomali dari hubungan stratigrafi perlapisan dari satu lokasi ke lokasi lainnya yang hanya berjarak sekitar 30 meter (dan minggu lalu digali-ekskavasi, ternyata memang anomali itu terbukti salah satunya: ada tanah penutup di teras lima sementara di teras tiga tidak ada tanah penutupnya). Yang diinterpretasikan sebagai "ruang" dangkal dari gambaran geolistrik/gpr di teras lima ternyata dari pemboran terbukti sebagai zona yang bagian atasnya terisi pasir kering setinggi/setebal dua meter di kedalaman 7,5 meter (setelah tembus lapisan tanah penutup), dan seterusnya. Zona tersebut tidak kita jumpai di pemboran lobang satu di teras tiga, yang mana itu juga merupakan "anomali" dari segi geologi.

Sebenarnya ultimate truth-nya berupa ekskavasi bisa secara sistematis (tidak terburu-uru) dipilah dan ditata prosedur pembuktiannya supaya efisien dan efektif: kapan dan mana dulu yang diekskavasi, dan sebagainya...

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

(Urat Emas dan Penggelontoran Dana)

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Ada pertanyaan sedikit yang mengganjal: apakah benar di gunung sebelah situs Gunung Padang (kalau tak salah Gunung Rosa) ada urat-urat emas sehingga ada pihak luar ada yang berminat menggelontorkan dana (dengan hidden agenda tentunya)?

Confirmed, untuk fenomena urat, pak! Tapi tidak confirmed untuk gelontoran dana itu!

Di arah selatan dan tenggara Gunung Padang memang banyak dijumpai mineralisasi akibat terobosan larutan magma pada aktivitas vulkanisme Plio-Pleistocene (1,5 juta tahun sampai sekarang) di mana  mineralisasi-mineralisasi itu bisa saja ada yang mengandung emas dalam bentuk urat-urat di rekahan-rekahan bumi. Di belakang Gunung Padang ke arah Gunung Malati pun sudah kita jumpai mineralisasi-mineralisasi tersebut (dalam istilah geologi juga disebut hidrotermal alteration: warna batuan jadi putih kekuningan berbau belerang dan banyak mineral-mineral pirit dan sebagainya — tapi tidak ada emasnya).

Nah, waktu pemboran di Gunung Padang pun petinggi militer setempat yang ikut meninjau waktu itu sempet nanya ke geologis saya (karena saya kebetulan tidak ada di lokasi), “itu kalo nanti ketemu urat emas di pemboran bagaimana, dik?” Dan seterusnya. Jadi memang nampaknya persepsi/kecurigaan orang awam selalu ada bahwa penelitian kita itu bisa jadi sebenarnya nyari emas atau eksplorasi urat mineralisasi emas dan sebagainya. Dengan demikian isu-isu orang awam bahwa ada yang berminat menggelontorlan dana karena mau nyari urat-urat emas jadi sangat dimengerti.

Kalaupun memang kita menemukan "endapan" emas natural berupa urat-urat emas di pemboran Gunung Padang, tentunya harus dilaporkan ke pihak yang berwenang (Dis ESDM Cianjur dan juga tentunya Balar karena ada di daerah kekuasaan mereka). Tapi apakah dengan demikian terus situs Gunung Padang akan dibongkar habis karena adanya urat emas tersebut tentunya kita semua para stakeholder ini tidak akan seceroboh itu. Jadi, akan sangat berat bagi penggelontor dana untuk nantinya menindaklanjuti kalau ada urat emas di dalamnya karena regulasi-regulasi yang terkait kepurbakalaan dan juga tantangan dari banyak kalangan (termasuk dari saya sendiri walau latar belakang saya adalah geologis ekstraktif kebumian — oil and gas — karena tidak sesuai dengan prinsip keseimbangan yang kami anut dalam eksplorasi-eksploitasi sumber daya alam).

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Aku Sering Ditanya

Dirilis pertama di Facebook Pribadi.

Apa kabarnya eksplorasi migas laut dalam Indonesia? Sembilan sumur berurutan dibor di dua cekungan yang katanya masa depan migas kita (tujuh di selat Makassar dan dua di perairan Papua) dry hole semua; biaya per sumur bahkan mencapai 200 juta dolar Amerika;

Lalu aku bilang:

Kabar kita sedang berusaha fokus, konsisten dan tidak batal puasa; karena di selat Makassar kita sedang ada di ba'da Ashar puasa sunnah, sebentar lagi juga adzan Maghrib kita berbuka; dengan chance of success 1:10 di selat Makassar sana, maka mudah-mudahan di sumur ke delapan, sembilan atau sepuluh nanti kita akan dapatkan temuan-temuan berarti.

Tapi syaratnya yang tujuh itu jangan dibikin sia-sia. Pelajari sampai tuntas kenapa sampai meleset prospeknya; demikian juga dengan yang di perairan Papua. Ayo, jangan batal puasa! Pertajam pisau analisis kita, tetap siaga jangan berleha-leha. InsyaAllah potensi migas kita masih banyak yang belum dibedah. Tuntaskan puasa sunnah kita!!!

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Tentang Bendera Merah Putih di Puncak Gunung Padang

Salah satu dari empat pertapa yaitu yang paling tua: dialah yang meminta izin kepada para Juru Kunci Gunung Padang untuk memasang bendera merah putih itu di masa-masa awal saat mereka mulai pertapaannya akhir 2011 lalu.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Salah satu dari empat pertapa yaitu yang paling tua: dialah yang meminta izin kepada para Juru Kunci Gunung Padang untuk memasang bendera merah putih itu di masa-masa awal saat mereka mulai pertapaannya akhir 2011 lalu. Mereka sudah lebih dari sebulan ada di puncak Gunung Padang, ketika kami melakukan pemboran Januari 2012. Yang paling tua itu adalah bapak mereka, umurnya 80an tahun, tapi masih tegak kuat dan segar bugar seperti 50an. Pesan pak tua itu: biarkan saja bendera merah putih berkibar di sana, jangan diganti, jangan diturunkan sejenak juga, sampai nanti saatnya dia rusak cabik dan musnah dengan sendirinya.

Selama belasan puluhan tahun menjaga Gunung Padang, para juru kunci mengakui tidak pernah sekali pun melihat, mengalami, dan merasakan ada bendera merah putih dikibarkan di sana. Baru sekali inilah peristiwanya. "Dulu pak Karno pernah naik ke sini, maka untuk memperingati itu, biarlah saya pasang bendera merah putih ini di sini,” begitu kata pak tua 80 tahun itu kepada para juru kunci. Aneh? Masih ada yang lebih aneh lagi: coba simak juga berikut ini.

Seumur pengalaman para juru kunci itu tidak pernah ada orang atau rombongan orang yang ziarah lebih dari tiga hari tiga malam berturut-turut. Ini mereka berempat bukan hanya lebih dari tiga hari tiga malam, tapi sudah berbulan-bulan di situ. Kalau siang mereka tidur di tenda kalau malam pindah ke rerumputan bebatuan situs “melekan” semedi, dzikir, tafakur sepanjang malam. Kebutuhan makan minum sehari-hari nampaknya dicukupi/diurusi oleh salah satu juru kunci, tentunya dengan pembayaran jasa dan penggantian bahan makanan minuman yang mereka konsumsi. Lama-lama akrab juga mereka dengan saya. Mereka panggil saya “prof", sayang saya tidak tahu nama mereka. Entah apa yang mereka tirakati. Soal solat lima waktu paling nggak dhuhur dan ashar yang saya lihat mereka semua tidak pernah lewat waktu. Itu yang saya tahu.

Keanehan berikutnya, seolah-olah mereka ada di situ semuanya terkait dengan rencana tim kita melakukan penelitian Gunung Padang. Satu - dua minggu setelah mereka datang, Danny mulai dengan survei Gunung Padang tahap-1 nya. Menurut cerita hampir semua juru kunci, mereka cerita bahwa mereka tahu sejak awal bahwa akan ada orang-orang seperti kita yang akan meneliti isi Gunung Padang — sampai mengebornya malahan. Hampir semua juru kunci yang saya temui menceritakan tentang ke"weruh-sak-durunge-winarah" nya orang-orang pertapa itu tentang kita.

Dan tadi pagi jam 8an (5 Februari 2012) sebelum drilling dimulai dalam dialog yang cukup panjang dengan dua diantara mereka, mereka sangat salut dan kagum karena pemahaman keilmuan saya tentang situs itu dan juga (terutama) Cihandeuleum sama percis dengan pemahaman mereka. "Meskipun jalan dan cara kita berbeda, prof", kata mereka. Mereka senang sekali karena saya berhasil menyingkap/menyibak situs Cihandeuleum lewat sketsa di buku lapangan saya (saya perlihatkan ke mereka). "Percis seperti yang ada di gambar kepala saya ketika saya pejamkan mata", kata salah satu dari mereka. "Meskipun secara fisik saya tidak ke sana, tetapi itulah memang Cihandeuleum yang saya jelajah secara batin. Yang perlu prof temukan lagi di sana adalah tengkorak orang bersemadi, yang saya sebut sebagai fosilnya di sana. Dan kalau prof mau lebih jauh, di Gunung Karuhun pun ada peninggalan serupa". Lalu saya nyeletuk. ”kalau dari analisisku, Gunung Pasir Malang di sebelah timur Gunung Padang itu pun harusnya ada situsnya, pak! Lihat saja bentuknya seperti Tangkuban Perahu yang aneh itu. Dan juga untuk keseimbangan, karena di barat Gunung Padang khan ada Cihandeuleum, harusnya di timur juga ada. Itulah Gunung. Pasir Malang!" Mereka bilang: "Subhanallah, prof ini memang orang jarang!” (Mungkin maksudnya rambut saya jarang ada hitamnya ngkali? Hehehehe).

Bahwa kemudian ketika saya ungkapkan juga tentang pencarian keliling saya untuk singkapan natural asal columnar joint basalt menemui kegagalan dan saya kuatkan penalaran bahwa kemungkinan besar bentukan-bentukan batu Gunung Padang itu buatan manusia dengan alat tertentu dan atau yang kita sebut kesaktian (teknologi), maka makin berbinar-binarlah mata mereka. Itu klop dengan penglihatan batin mereka. Tentang kujang, tentang tapak macan, tentang batu cakar lima dan tentunya batu bernada yang aku bilang karena rongga (bj lebih kecil) dan kandungan logam (modifier frekuensi). Semuanya klop dengan penglihatan mereka. Apalagi juga ketika saya ungkapkan tentang kemungkinan tiga masa kebudayaan berbeda, zaman awal pembentukan situs awal (sekitar dua - lima ribu SM), zaman Prabu Siliwangi (abad 12 - 14) dan zaman Belanda (abad 17 - 19), nanti tergantung hasil carbon dating yang sedang dan akan kita run. mereka menyalami saya dan mengangguk-angguk senang. Itu yang saya suka dari prof, anda bisa menyerap seperti  pandangan batin kami dengan jelas dan terang (lho?!!).

Tentang bendera itu, saya juga baru tahu belakangan tadi (5 Februari 2012) sekitar jam 3 sore mau bubaran. Ternyata merekalah yang mengibarkan.

Mungkin juga itu pertanda bahwa kalibrasi metodologi dan alat kita di Gunung Padang akan ikut jadi tonggak penting penemuan kejayaan kemegahan Indonesia masa lalu untuk masa depan.

Wallahu alam...

 
Tentang Bendera Merah Putih.jpg
Read More