Tapi Bukan Kami Punya
Apa? Perpanjangan kontrak Blok Mahakam Total paska 2017? Wah, rasa-rasanya antara sadar dan tidak sadar ada yang berbisik keras deh di telinga saya: itu mah udah selesai dari kemarin-kemarin, ketika Juli 2011 PM Perancis Francois Fillon ke Indonesia, terus dibales sekalian oleh SBY November 2011 ke Perancis. It was a done deal.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Apa? Perpanjangan kontrak Blok Mahakam Total paska 2017? Wah, rasa-rasanya antara sadar dan tidak sadar ada yang berbisik keras deh di telinga saya: itu mah udah selesai dari kemarin-kemarin, ketika Juli 2011 PM Perancis Francois Fillon ke Indonesia, terus dibales sekalian oleh SBY November 2011 ke Perancis. It was a done deal.
Tentu saja Indonesia tetap tidak kuasa menghadapi diplomasi Country Incorporated Company macem Total tersebut: Total tetap jadi operatornya, meskipun Total-Inpex cuma dapat 49% dan Pertamina 51%. Itu pun yang jatah Pertamina masih akan mungkin digerogoti lagi oleh rongrongan para pebisnis partai lewat daerah.
Malah rumornya kemarin itu pas IPA Mei 2012 rencananya perpanjangan kontrak Blok Mahakam tersebut mau diumumkan, tapi gak jadi — karena cuma level JW yang bisa datang membuka, bukan pak BeYe sendiri sehingga legitimasi dan nuansa pengumumannya jadi kurang menggelegar!! Lha wong Mahakam Block ini pundi-pundi kekayaan gas kita yang produksinya terbesar se-Indonesia, je; maka harus benar-benar kepala negara yang rakyatnya gampang dibodohi pemimpin-pimpinannya inilah yang pantas mengumumkannya.
Itu pula sebabnya izin kerja bu Elizabeth yang bosnya Total itu masih diperpanjang lagi setahun; selain mungkin karena beliau masih didaulat memimpin IPA, cartel perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia itu, juga mungkin sekalian menuntaskan pekerjaan mengawal pengumuman perpanjangan blok Mahakam tersebut.
Ck ck ck ck.... Koq seru banget gitu sih, cerita penggadaian kekayaan negara kita ini ... ??! Hikkss....
Kalau memang seperti itu kejadiannya, terus terang sebagai profesional migas dengan dada masih merah putih, kami merasa dikhianati dan nalar kami seakan dilecehkan oleh kenyataan bahwa huru hara ramai propaganda pemerintah yang bertekad menguasai sumber daya alam sendiri dan tidak akan memperpanjang lagi kontrak-kontrak migas raksasa yang habis masanya dalam waktu dekat ini — ternyata hanya retorika belaka.
Semua cadangan-cadangan besar kita masih dan tetap akan dioperasikan dan dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan negara adidaya: Amerika (Duri, Minas, Cepu, Natuna), Inggris (Tangguh), Cina (SES Block, Jambi), dan baru saja: dengan Perancis di Mahakam kita menyerah! Dan entah negara mana lagi nantinya!
Pertamina? Terpaksa harus mengalah demi kepentingan politik negara (atau partai? Atau golongan? Atau elit politik-bisnis semata?).
Masih buta kah mata wadag, mata intelektual dan mata batin para pemimpin terhadap kekuatan profesional nasional kita? Tidak sadar kah mereka 99% operasi Blok Mahakam itu sudah bisa dikerjakan oleh profesional nasional yang ada di sana? Tidak sadar kah mereka bahwa setelah Pertamina ambil alih BP-ONWJ maka produksinya langsung bisa dinaikkan signifikan? Demikian juga dengan operasi PHE-WMO yang makin kinclong mengoperasikan blok ex-Kodeco di Jawa Timur Utara..!!
Atau itu semua karena kepentingan sesaat menjelang pemilu saja?!!
Ah, ...mau ke mana lagi kita berkeluh kesah?!! Apakah perlu dibuka semuanya ke rakyat apa yang (akan) terjadi dengan aset-aset sumber daya alam kita? Mumpung janur belum melengkung, masih mungkin dan bisa kita berusaha!!! Terutama kalau anda yang di pusat kekuasaan mau membuka mata dan telinga terhadap hal-hal seperti ini.
Bahkan di level media pun kekuatan MNC itu bergerak diam-diam merayap seperti cicak. Coba perhatikan: betapa sangat sepinya pemberitaan mengenai Blok Mahakam menjelang IPA kemarin! Luar biasa cara menggarapnya (dan salah satu editor teman saya bilang: hmmmm,… Reward untuk mau dikoordinasikan itu lumayan lho, Yang ... Aromanya wangi seperti parfum Eropa! Apa nggak nyebelin kalau dah kayak gini?)
Alasan umum resmi dan normatif para pejabat negara kita atas lebih sukanya mereka menyerahkan pengelolaan blok-blok migas raksasa ke pihak asing daripada dikelola dioperasikan bangsa sendiri adalah:
Kita (Indonesia) belum mampu mengelola/mengoperasikan aset migas yang perlu kecanggihan, kepintaran, keahlian, hi-tech, dan super-safety,
Kita tidak punya modal sementara orang-orang asing itu punya modal, dan
Kita (Pertamina) hanya jago kandang, tidak seperti Petronas, CNOOC, dan Statoil yang jago di dunia persilatan migas luar sana
Padahal alasan sebenarnya bukan itu semua!
Soal canggih, pintar, ahli dan sebagainya, sesungguhnya para pejabat memakaikan baju mereka ke orang lain. Mereka itulah yang gak canggih, gak pintar, gak trampil, gak hi-tech dan sebagainya — rakyat kita yang terdidik dan terlatih: MAMPU! Kemampuan individual maupun kelompok individu profesional kita diakui worldwide. Brain drain professional migas ke seantero dunia, telah kita saksikan sama-sama (para pejabat itu tidak menyaksikan barangkali) terutama ke Petronas Malaysia, Brunei, Timur Tengah dan Afrika telah terjadi sejak sekitar 15 tahun lalu dan memuncak di 2006 - 2009 waktu peak harga minyak terjadi!!! Jadi kalau jago-jagoan boleh tanya siapa pun yang pernah "mempekerjakkan" profesional migas Indonesia. Dijamin referensinya positif!
Yang saya tahu modal itu akan datang sendiri kalau kita punya aset untuk dikelola! Nah, para pemilik BUMN kita yang notabene juga merepresentasikan penyelenggara negara ini seringkali malahan memanfaatkan aset itu bukan untuk nyari modal tapi malah nyari “rente"nya.
Soal jago kandang dan jago di luar kandang, dengan poin nomor satu kita sudah paparkan bahwa secara individual para profesional migas kita juga jago di luaran sana! Kalau jagoannya dikaitkan dengan kemampuan perusahaan (non individual) maka kembali ke masalah siapa "pemilik" BUMN migas kita itu. Sejarah perambahan kegiatan venturing keluar negeri oleh Pertamina sudah dimulai pertengahan 90an. Dan selalu terjadi pemboncengan oleh teman-temannya para pemilik BUMN kita itu ke luar negeri untuk kepentingan sempit bisnis golongan atau partai mereka sendiri. Hal-hal seperti itu terjadi waktu Pertamina ke Equador, di Iran, dan terakhir di Libya dan Algier! Parah!!! Menggunakan Pertamina untuk kepentingan bisnis mesin uang partai dan konco-konco-nya. Dengan tekanan, pula!!! Lalu bagaimana kita bisa jadi jagoan di luar kandang kalau hal-hal tersebut terus menerus dilakukan?
Oleh-Oleh dari Gumuk Pasir, Parangkusumo, Kretek, Bantul, DIY
Kunjungan singkat bersama GDA.Minggu, 10 Juni 2012, pukul 08.00 - 10.00.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Kunjungan singkat bersama GDA.
Minggu, 10 Juni 2012, pukul 08.00 - 10.00.
Beach-terrace yang terbentuk di sisi timur mulut Kali Opak memanjang ke timur sampai dengan sekitar 200 – 300 meter kemudian menghilang di area landasan pesawat terbang kemungkinan berasosiasi dengan aktivitas patahan Opak yang mengangkat secara perlahan sisi timur dari bidang patahan tersebut;
Pola distribusi besar butir di daerah foreshore sama seperti pola-pola yang selalu kita amati di pantai-pantai dengan energi gelombang yang cukup besar (Pantai Bayah Banten, Pantai Teluk Naga Tanggerang, Pantai Cermin-88 Sumatra): mengasar dari distal ke proximal dengan maxima bukan di ujung proximal-nya tetapi di beberapa meter sebelum batas foreshore-backshore; jadi profil mengasar ke atas endapan foreshore mustinya dimodifikasi dengan menghalus sedikit di bagian paling atasnya sebelum berpindah ke fasies backshore;
Arah umum dari “arus” angin yang membentuk sand dune dan ripple-ripple yang menumpang di atas punggungannya adalah dari N140E menuju ke N320E (dari tenggara ke barat laut);
Kalau memang gumuk-gumuk pasir yang posisinya sekarang sampai 700 meter masuk ke daratan itu adalah ex-endapana pantai yang digerakkan/didistribusikan oleh aerodinamika angin, maka berarti Pantai Parang Kusumo itu maju (regressive), tetapi jika ternyata pasir-pasir itu berasal dari pelapukan Breksi yang terlihat muncul sebagian sebagai batuan “dasar” (ada juga yang dipager tembok di Parang Kusumo sebagai tempat keramat), maka berarti pantainya diam di tempat atau malah mundur dari posisi semula. Geolistrik dan/atau GPR yang melintang menyayat dataran pantai tersebut akan sangat membantu untuk melihat geometrinya (mundur atau maju atau tetap);
Bukan tidak mungkin kita selama ini telah melewatkan endapan-endapan “angin” serupa Gumuk Pasir Parang Kusumo di bawah permukaan dan menginterpretasikannya secara sederhana sebagai endapan pantai dan atau endapan delta atau sungai biasa. Coba kita cek-ulang paleogeografi dan juga core-core batuan klastik transisi kita di berbagai cekungan di Indonesia;
Ayo ditambahi diskusi dan riset-risetnya: GDA siap bekerjasama! (Saya yakin banyak kawan-kawan dari UGM/UPN/STTNas/Akprind yang riset sedimentologi dengan serius di sana!)
Pesan Pagi-Pagi
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Jangan mau tersedot tersebar hilang di lapisan-lapisan tipis batu, tapi lipatlah ruang dan waktu dalam cerita fasies yang ringkas dan manfaat bagimu.
Dunhamm itu untuk sayatan tipis dan mata rinci, embry klovan itu untuk batang-batang core dan singkapan-singkapan geometri.
Korelasi stratigrafi itu menghubungkan titik-titik kesamaan waktu, bukan kesamaan batu!!!
Batuan sedimen mewarisi air dari lokasi pengendapan asalnya baik di selimut butir ataupun di dalam pori, hati-hati menerapkan harga rw air formasi.
Menyedot minyak (apalagi gas) berlebihan mengundang air formasi mengerucut mendominasi sumur produksi; keserakahan memurcakan jiwa!
Hati-hati dengan penentuan umur absolut dalam stratigrafi; bisa absolutely right bisa juga absolutely wrong! (Selalu ada ke-tidak pasti-an!!)
Jejak vulkanik dalam deuterium Lumpur Lapindo tidak berarti penyebab njeblug-nya adalah proses gunung api; tapi sedimen-sedimen yang dibor Lapindo di Banjarpanji memang volcanogenic asli!
G&G nyari cadangan migas, petroleum engiIneer ngurusi produksi; tapi produksi migas turun dan cadangan menipis juga tanggung jawab semua profesi.
Jawa Timur darat dan selat Madura migas-migasnya bisa (dan sudah terbukti) raksasa, tersebar jarang-jarang berjarak antara; Jawa Timur laut utara migas-migasnya kecil menengah, tersebar hampir merata.
(Merekam Sifat Benda Melalui Prinsip Fisika dan Geologi)
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Geolistrik, georadar, geomagnet, borehole log, downhole camera, semuanya itu hanya alat perekam. Hasil rekamannya juga harus diinterpretasi. Alat-alat itu merekam sifat-sifat fisika dari obyek/benda fisik yang dalam domain penelitian kami di geologi biasanya berupa lapisan batuan, rongga, fluida pengisi rongga (bisa gas/udara atau cairan), dan sejenisnya. Interpretasi sifat fisik yang terekam di alat-alat tersebut dilakukan dengan menggunakan prinsip fisika dan geologi.
Tergantung dari kebiasaan, kebisaan, dan pengalaman geoscientist-nya, interpretasi bisa bermacam-macam. Pengalaman dan referensi geoscientist dalam mengenali bentuk-bentuk alami "geologi" (terobosan magma, leleran lava, patahan dan sebagainya) versus bentuk-bentuk non-alami seperti bunker (tempat persembunyian Tomy Soeharto dulu), lorong gua Jepang Dago Pakar, dan sebagainya menjadi sangat penting dalam menganalisis validitas interpretasi. Untuk membuktikan interpretasi tersebut biasanya kita lakukan trenching atau drilling pengambilan inti batuan dan sekaligus keratan (cuttings) batuannya. Kalau ketemu rongga kita akan turunkan downhole camera dan sebagainya.
Dalam kasus Gunung Padang, drilling baru dilakukan di dua lokasi, dan temuan sementara menunjukkan ada anomali dari hubungan stratigrafi perlapisan dari satu lokasi ke lokasi lainnya yang hanya berjarak sekitar 30 meter (dan minggu lalu digali-ekskavasi, ternyata memang anomali itu terbukti salah satunya: ada tanah penutup di teras lima sementara di teras tiga tidak ada tanah penutupnya). Yang diinterpretasikan sebagai "ruang" dangkal dari gambaran geolistrik/gpr di teras lima ternyata dari pemboran terbukti sebagai zona yang bagian atasnya terisi pasir kering setinggi/setebal dua meter di kedalaman 7,5 meter (setelah tembus lapisan tanah penutup), dan seterusnya. Zona tersebut tidak kita jumpai di pemboran lobang satu di teras tiga, yang mana itu juga merupakan "anomali" dari segi geologi.
Sebenarnya ultimate truth-nya berupa ekskavasi bisa secara sistematis (tidak terburu-uru) dipilah dan ditata prosedur pembuktiannya supaya efisien dan efektif: kapan dan mana dulu yang diekskavasi, dan sebagainya...
(Urat Emas dan Penggelontoran Dana)
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Ada pertanyaan sedikit yang mengganjal: apakah benar di gunung sebelah situs Gunung Padang (kalau tak salah Gunung Rosa) ada urat-urat emas sehingga ada pihak luar ada yang berminat menggelontorkan dana (dengan hidden agenda tentunya)?
Confirmed, untuk fenomena urat, pak! Tapi tidak confirmed untuk gelontoran dana itu!
Di arah selatan dan tenggara Gunung Padang memang banyak dijumpai mineralisasi akibat terobosan larutan magma pada aktivitas vulkanisme Plio-Pleistocene (1,5 juta tahun sampai sekarang) di mana mineralisasi-mineralisasi itu bisa saja ada yang mengandung emas dalam bentuk urat-urat di rekahan-rekahan bumi. Di belakang Gunung Padang ke arah Gunung Malati pun sudah kita jumpai mineralisasi-mineralisasi tersebut (dalam istilah geologi juga disebut hidrotermal alteration: warna batuan jadi putih kekuningan berbau belerang dan banyak mineral-mineral pirit dan sebagainya — tapi tidak ada emasnya).
Nah, waktu pemboran di Gunung Padang pun petinggi militer setempat yang ikut meninjau waktu itu sempet nanya ke geologis saya (karena saya kebetulan tidak ada di lokasi), “itu kalo nanti ketemu urat emas di pemboran bagaimana, dik?” Dan seterusnya. Jadi memang nampaknya persepsi/kecurigaan orang awam selalu ada bahwa penelitian kita itu bisa jadi sebenarnya nyari emas atau eksplorasi urat mineralisasi emas dan sebagainya. Dengan demikian isu-isu orang awam bahwa ada yang berminat menggelontorlan dana karena mau nyari urat-urat emas jadi sangat dimengerti.
Kalaupun memang kita menemukan "endapan" emas natural berupa urat-urat emas di pemboran Gunung Padang, tentunya harus dilaporkan ke pihak yang berwenang (Dis ESDM Cianjur dan juga tentunya Balar karena ada di daerah kekuasaan mereka). Tapi apakah dengan demikian terus situs Gunung Padang akan dibongkar habis karena adanya urat emas tersebut tentunya kita semua para stakeholder ini tidak akan seceroboh itu. Jadi, akan sangat berat bagi penggelontor dana untuk nantinya menindaklanjuti kalau ada urat emas di dalamnya karena regulasi-regulasi yang terkait kepurbakalaan dan juga tantangan dari banyak kalangan (termasuk dari saya sendiri walau latar belakang saya adalah geologis ekstraktif kebumian — oil and gas — karena tidak sesuai dengan prinsip keseimbangan yang kami anut dalam eksplorasi-eksploitasi sumber daya alam).