Ode Satu Persatu
Masihkah akan bertegur cerita
Di pertemuan mendatang di dunia?
Satu persatu kita pergi berlalu
Dari pertemuan ke pertemuan, makin berkurang jumlah hitungan
Kawan yang tangannya kita genggam dalam lingkaran
Mungkin tak ada lagi di pertemuan mendatang
Satu persatu kita pergi berlalu
Yang mengantar kali ini
Esok lusa gantian diantar pergi
Kita semua ada di antrian
Tapi tak tahu nomer berapa yang kita pegang
Ada yang sakit tapi terus bertahan
Karena kita semua saling menggenggam, saling mendoakan
Ada yang sehat tapi tiba-tiba hilang
Langsung memenuhi panggilan
Karena kita semua percaya
Bahwa meneguhkan diri dalam silaturahmi
Jauh lebih manfaat menjelang pulang
Daripada saling bermegah sendirian mengumbar kesombongan
Selamat jalan yang sudah pergi
Lepas sudah beban dunia, dalam panggilan tiba-tiba
Semoga lekas sembuh yang sedang sakit,
Tawakkal berusaha dalam doa kita semua,
Satu persatu kita pergi berlalu
Satu persatu kita dicoba dengan raga yang meluruh
Masihkah akan bertegur cerita
Di pertemuan mendatang di dunia?
Sumpah Geologi Indonesia
Kami geologist Indonesia,
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Kami geologist Indonesia,
Bersandi satu: Sandi Stratigrafi Indonesia
Berdatum satu: Datum Peta Rupa Bumi Indonesia
Bertekad satu: Memetakan seluruh bumi Indonesia, di permukaan dan bawah permukaannya, hingga kami mengerti apa yang kami punya, supaya tidak selalu dibodohi oleh bangsa2 lain di dunia.
Kami geologist Indonesia:
Tak akan pernah berhenti menyuarakan pentingnya menata ruang kehidupan, dengan selalu mempertimbangkan potensi ancaman bencana dari proses-proses dinamika bumi Indonesia: gempa, tsunami, likuefaksi, letusan gunung api, longsoran tanah dan banjir bandang dimana-mana; sampai para pemegang amanat kuasa negara tidak sekedar membangun triliunan rupiah jalan, jembatan, bangunan, sarana dan prasarana hanya untuk lenyap semua dalam seketika disapu oleh bencana bersama dengan ribuan korban jiwa karena sama sekali tidak mempertimbangkan faktor geologi kebencanaan dalam perencanaan maupun eksekusi pembangunannya.
Kami geologist Indonesia:
Memperingati Sumpah Pemuda, bukan hanya dengan pamer keberhasilan demi pencitraan belaka, tapi terus membuka diri terhadap kritik dan evaluasi kegagalan dari masa-masa sebelumnya, untuk dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia, bukan hanya untuk kepentingan mendapatkan simpati supaya diamanahi kekuasaan oleh mereka yang terlena berita-berita indah, meskipun pada kenyataannya: masih jauh panggang dari apinya.
Apakah Kejadian Gempa Lombok Bisa Merembet ke Bali terus ke Jawa Timur?
Bisa.
Jalur sesar naik Kendeng di Jawa Timur (yang membatasi zona Kendeng dengan zona Randublatung) GENESA nya atau mula kejadiannya hampir sama dengan Flores Back Arc Thrust system yang jadi tempat berlangsungnya Gempa Lombok.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Bisa.
Jalur sesar naik Kendeng di Jawa Timur (yang membatasi zona Kendeng dengan zona Randublatung) GENESA nya atau mula kejadiannya hampir sama dengan Flores Back Arc Thrust system yang jadi tempat berlangsungnya Gempa Lombok.
Mula jadi penyebabnya adalah tekanan penunjaman terus menerus dari arah selatan oleh lempeng Samudra Hindia ke bawah busur kepulauan (pulau Jawa – Nusa Tenggara) yang sempet “ditahan” oleh kehadiran jajaran gunung api di jalur magmatik tapi kemudian “lepas energi”nya karena sudah melewati “daya-tahan” jalur gunung api itu untuk menahan tekanan dari selatan itu. Hanya saja Flores Back Arc Thrust muncul di Laut Utara Flores-Sumbawa-Lombok-Bali. Kalau di Jawa Timur ekspresi permukaannya ada di sepanjang Selat Madura dan berlanjut ke darat di sepanjang Lembah Brantas-Bengawan Solo. Akar sebelah selatan dari thrust fold belt system ada di lereng-lereng utara jalur gunung api: Rinjani-Agung-Ijen-Semeru-Bromo-Arjuno Welirang-Lawu.
Di akar-akar selatan dari thrust fold belt system itulah kemarin pergerakan-pergerakan blok sesar naik terjadi dalam beberapa segmen.
Kejadian serupa bisa saja memicu pelepasan energi yang sama di lereng-lereng utara jalur gunung api Jawa Timur.
Pengamatan, kesiapsiagaan, dan mitigasi yang bisa dilakukan untuk Jawa Timur adalah dengan plotting time series keaktifan (seismisitas) gunung api aktif sepanjang jalur Ijen-Semeru-Lawu di Jawa Timur itu dan/atau dengan memasang beberapa GPS Station di titik-titik tertentu di bagian selatan zona Kendeng di utara jalur gunung api untuk melihat pola kenaikan elevasinya karena menahan tekanan dari arah selatan itu.
Kapan akan terjadi? Belum ada yang tahu bagaimana memprediksi kapan terjadinya, karena memang sampai sekarang tidak ada yang mempelajari secara khusus pergerakan patahan-patahan Kendeng di Jawa Timur itu. Lagipula, kalaupun sudah dipelajari, teuteup saja prediksi “kapan terjadinya” masih dengan pendekatan statistik probabilitas yang biasanya dinyatakan dalam skala waktu geologi: yang kisaran ketelitiannya bisa kurang/lebih 25 tahunan (kisaran ketelitian Carbon dating dikurangi kisaran ketelitian hasil regresi linear statistik kejadian gempa Kendeng sendiri).
Apakah pergerakan Flores Back Arc Thrust bisa memicu (atau “menyetrum” alias “nggarai”) pergerakan Thrust Fold Belt System Kendeng di Jawa Timur? Bisa saja. Tapi ya itu tadi, kita nggak tahu kapan hal itu bisa terjadi karena kita semua belum mempelajari aktivitas Zona Kendeng itu: geometri segmen-segmennya seperti apa, keaktifannya bagaimana, dan lain sebagainya. Jadi, apakah dia bisa “kesetrum” Gempa Lombok dalam waktu dekat ini? Kita juga belum tahu. Tapi, paling tidak, secara teori dan pemahaman Tektonik Modern kita tahu itu semua mungkin saja terjadi. Yang lebih penting: ayo ramai-ramai mulai lebih peduli! Pelajarilah itu geologi kebencanaan daerah kita sendiri. Sesar-sesar yang ada di sekitar kita musti kita teliti. Jangan kalau sudah kejadian begini baru kita ramai-ramai turun ke lapangan dan bikin justifikasi. Ayo, mitigasi! Mitigasi! Mana itu arek-arek Jawa Timur!! Ayo dimainkan rek.
Siap-siap
Siap-siap.
Tak lengkapi dengan puisi yang aku tulis tiga tahun yang lalu, ya...
Gempa Bumi dan Tsunami di Indonesia ini seperti “kematian”
Untuk apa juga memprediksi kapan kita mati.
Jauh lebih manfaat mempersiapkan diri, kapanpun mati itu jadi.
Karena mati itu pasti.Untuk apa juga memprediksi kapan gempa dan tsunami lagi di sini.
Jauh lebih manfaat mempersiapkan diri, kapanpun peristiwa itu terjadi
Karena gempa dan tsunami di sini itu pasti.Perkuatlah imanmu - perkuat bangunan tempat tinggalmu.
buatlah jalan ke surgamu, bangunlah jalur evakuasimu.
beramal solehlah untuk sekitarmu, perkuat sistim tanggap bencanamu.
rajin-rajinlah memakmurkan tempat ibadahmu, rajin2lah riset geologi kebencanaanmu.
Gempa bumi dan tsunami di sini seperti mati
Tak banyak manfaat waktunya diprediksiKalau besarannya,
lokasinya,
efek sampingnya,
hubungannya dengan sumber daya,
penyebaran gelombangnya,
run-up-nya,
inundasinya,
daerah paling amannya dan sejenisnya ¾itu semua perlu penting dan kifayah untuk diuraikan.
Karena langsung bisa kita manfaatkan untuk “menghadapinya”
Karena tidak sia-sia Allah menciptakan semuanya ....Kalaupun toh sampai ilmumu memprediksi waktunya, manfaatkanlah baik-baik untuk yang lainnya.
Gempa bumi dan tsunami di sini seperti mati
Tak banyak manfaat waktunya diprediksi
Bersiap diri jauh lebih berguna
Daripada sibuk menduga
- kapan tiba waktunya
Yang Membedakan (Geologi Minyak Bumi dengan Kebatinan Masa Kini)
Yang membedakan minyak dengan gas adalah kondisi fisiknya di permukaan bumi.
Yang membedakan riya’ dengan ikhlas adalah niatan awalnya di dalam hati.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Yang membedakan minyak dengan gas adalah kondisi fisiknya di permukaan bumi.
Yang membedakan riya’ dengan ikhlas adalah niatan awalnya di dalam hati.
Yang membedakan pasir dengan lempung adalah besar butirnya ketika lepas.
Yang membedakan bohir dengan kacung adalah keberanian akhirnya bertindak bebas.
Yang membedakan dry hole dengan discovery adalah penampakan minyak dan uji formasi.
Yang membedakan kuli panggul dengan manajer kompeni adalah keberuntungan sepihak dan ketahanan emosi.
Yang membedakan degasser rusak dengan zona gas puncak adalah por-perm cuttingnya rendah atau tinggi.
Yang membedakan orang bijak dengan tukang menginjak adalah pilihan kata-katanya ketika emosi.
Yang membedakan tekanan abnormal regional dengan kolom hidrokarbon tinggi adalah background gas yang terus anomali atau turun kembali.
Yang membuat kita semua dapat manfaat dari diskusi adalah mendengar lebih daripada bicara emosi berapi-api.
Dalam geologi reservoir minyak bumi: kolom hidrokarbonlah yang kita cari, maka turunkanlah background gas setelah drilling break terlewati.
Catatan Merah Putih, Diponegoro, dan Sequence Boundary
Pagi ini aku email mas Agung KBRI Paris, “Upacara 17an di KBRI jam berapa?”
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Pagi ini aku email mas Agung KBRI Paris, “Upacara 17an di KBRI jam berapa?”
Sesampai ku di kantor jam 9:00 muncul jawaban email (dia sedang di Makkah naik haji, pantesan agak lama mbalesnya) dan info bahwa upacara 17an mulai jam 10:00 dan acara akan berlangsung sampai jam 13:00. Terima kasih mas Agung, semoga jadi haji mabrur. Aku pun segera bergegas nyengklak metro tekok kantor nang KBRI.
Ndik ngarep e gerbang KBRI 9:35 — sepi. Aku nanya ke penjaga, “Mas, ada upacara 17an?” “Ada pak, tapi bukan di sini, di Wisma Duta Boulevard Bineau,” “Waduh, jauh nggak, ya? “40 menitan dari sini pake kereta! Sekarang dah mulai kayaknya. Tapi ada ramah tamahnya koq pak, sampai siang.”
Tak pikir-pikir... Yo wislah, tak balik kantor ae. Upacara dewe ndik kantor. Tadi itu karepku mau ikutan bersama orang-orang sebangsa di luar negeri ini menyempatkan diri menghormat bendera menyanyikan Indonesia Raya sambil meresapi rasa syukur mendalam karena kita MERDEKA!!
Apalagi dalam satu – dua minggu terakhir ini aku sedang galau gak karuan moco buku Kuasa Ramalan e Peter Carey sing nyritakno Perang Jawa Diponegoro 1825 – 1830 dan kondisi sebelumnya dan kondisi sesudahnya sampai meninggalnya wong hebat iku. Aku galau dan getem-getem koq sampek begitunya ya sikap para penjajah itu dan sampek begitunya juga sikap raja-raja Jawa waktu itu. Opo iyo se asline sifat bangsaku koyok ngono? Kenopo koq gak setiap wong Indonesia iku koyok Ronggo, koyok Diponegoro? Misal e aku orip jaman iku mungkin aku udah dari awal-awal mati enom karena berontak, malah mungkin gak sempet melok pasukan e Diponegoro nglawan londo, karena mati disikan. Makanya sekarang ini makin tambah-tambah syukurku karena kita MERDEKA! Nggak ada lagi londo-londo penjajah iku!
Tapi beneran gitu nggak ya? Kenapa koq aku gak sregh beberapa tahun terakhir ini? Bahkan di upacara 17an tahun lalu di ESDM aku sempet mbrebes mili, ngrasakno kabeh iki. Dan ternyata jawabannya sebagian aku dapatkan setelah aku baca babad Diponegoro berbagai versi iku. Aku makin menyadari: Catatan-catatan tentang hubungan keraton, agama, dan penjajah itu, seperti terulang lagi situasinya sekarang-sekarang ini. Penjajahnya siapa? Siapa yang ribut di keraton? Agama diklaim siapa? Aku ada di mana? Sejarah seperti selalu mengulangi tragedinya sendiri. Seperti juga siklus bumi. Kalau mau memecah siklus itu, kita harus jadi anomali, jadi bagian dari sequence boundary!!!
Sampai di kantor kembali, aku injak bumi. Dunia nyata yang sedang aku hadapi.
Maka aku gambarkan bendera, aku print Garuda Pancasila, aku nyanyikan Indonesia Raya. Di ruang kerja kantorku sendiri. Sebagai ganti upacara yang tak sempat aku ikuti di KBRI.
Terima kasih ya Allah: atas kemerdekaan ini.