Beberapa Clue tentang Batuan Dasar
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Batuan dasar di tinggian punya kecenderungan berbeda litologinya dari yang di rendahan, terutama apabila kita berbicara regional graben dan horst, di mana mekanisme naik turunnya batuan dasar itu diakibatkan oleh sesar normal bongkah. Secara teori, sesar selalu melewati bidang paling lemah dari batuan dasar; jika batuan dasarnya homogen mono-litologi: kecil sekali kemungkinan berkembangnya bidang lemah tersebut; tetapi jika batuan dasarnya heterogen, maka di batas dua litologi batuan dasar lah biasanya ditemukan bidang lemah itu. Hal ini juga berlaku apabila kita pertimbangkan juga aspek brittleness dan elasticity dari berbagai jenis litologi; yang apabila dua litologi dengan brittlenes/elasticity yang ekstrem berbeda berada sebelah menyebelah, maka besar kemungkinan di bidang batasnya kita dapatkan bidang lemah yang prone terhadap gerakan patahan. Bidang-bidang lemah itu akan menjadi bidang gelincir patahan apabila terjadi dinamika tekanan/stress/strain baik horizontal mendatar, naik, maupun vertikal turun.
Apabila batuan dasar mengembangkan dirinya menjadi batuan reservoir baik melalui pembentukan rekahan (fracture) maupun pelapukan (weathered) maupun cucian (washed), maka hampir dapat dipastikan bahwa air formasi yang terkandung di dalamnya, bersama-sama dengan hidrokarbon, mempunyai salinitas relatif rendah mencirikan lingkungan ubahan (bukan lingkungan asal) yang berasosiasi dengan pemaparan batuan dasar tersebut ke air tanah. Hal ini menjadi suatu konsekuensi kewajaran, apabila kita perhatikan bahwa semua porositas (dan permeabilitas) yang berkembang di batuan dasar itu baru bisa direalisasikan apabila yang bersangkutan terpapar di permukaan; bahkan untuk fracturing yang bersifat vertikal sekalipun, di mana untuk mempertahankan fracture tersebut tetap terbuka (dan tidak terisi mineralisasi) dibutuhkan kondisi minimum overburden stress.
Seperti dituliskan oleh Tonkin dan Himawan (1999) terlampir, di banyak kasus: litologi batuan dasar dan positioning-nya satu dengan lainnya mengontrol pola sedimentasi (endapan-endapan synrift), mengontrol juga pembentukan trap (yaitu lewat reaktivasi patahan pada saat sedimentasi, maupun pinchout ke paleo-high membentuk strat trap), dan juga berpengaruh pada jalur migrasi migas sekunder. Dalam tulisan itu juga bisa kita ketahui bahwa ternyata volcanic plug di basement level dapat menjadi feature yang memicu terbentuknya drape-structure yang akhirnya bisa menjadi trap migas. Demikian juga dengan kasus dolomitic limestone yang menjadi batuan dasar dari TAF section di contoh kasus paper terlampir: bagian bawahnya dihiasi sinkholes dan struktur-strukutr runtuhan yang mana kesemuanya membekas di struktur formasi Talang Akar di atasnya (sinkholes dan collapse structure menjadi low/syncline, sementara daerah bukit-bukit karst menjadi tinggian/anticline(?)).
BASEMENT LITHOLOGY AND ITS CONTROL ON SEDIMENTATION, TRAP FORMATION AND HYDROCARBON MIGRATION, WIDURI-INTAN OILFIELDS, SE SUMATRA
P. C. Tonkin, R. Himawan
(Journal of Petroleum Geology Volume 22, Issue 2, Pages 141 - 165, 1999 SCIENTIFIC PRESS LTD)
Abstract
The Widuri-Intan oilfields produce from late Oligocene sandstones of the Talang Akar Formation, which were deposited in a fluvial-to-deltaic setting on the NW side of the Asri Basin, offshore SE Sumatra. The Asri Basin is of rift origin and formed during the early Oligocene, with its axis oriented in a NE-SW direction. Approximately 310 million brls of oil have been produced from the fields within the 12-by-12 mile (20-by-20 km) study area. The oil occurs in a series of structural and stratigraphic traps within slightly sinuous to meandering channel sandstone bodies. The reservoir sequence (sandstone interbedded with minor mudstone and coal) overlies basement rocks, which are predominantly Cretaceous in age. Forty-nine well penetrations have shown that the basement is composed of one of four lithologies: (1) hornblende granodiorite; (2) metamorphic rocks, mainly mica schist; (3) plugs of metabasalt and related volcanic rocks; or (4) dolomitic limestone.
A combination of drill cuttings, sidewall and conventional cores and FMS/FMI images has been used to identify and map the distribution of basement rock type. The basement was subjected to exposure and deep weathering prior to the formation of the Asri Basin, as evidenced by the zones of surface alteration encountered during drilling. The basement palaeotopography had a strong influence on the later distribution of major fluvial channels and sand pinch-outs. Several major faults appear to be controlled by basement lithology, especially at the boundaries of granodiorite and metabasalt intrusives. An important shear zone, oriented NW-SE, appears to have offset the basement between the main Widuri and Intan fields, and was subsequently the site of silicification of the mica schists in the basement. The Lidya field is situated where the reservoir pinches out onto eroded areas of basement silicification along this shear zone. Palaeocurrents in the upper 34–2 and 34–1 channel sandstones in the Widuri field were controlled by the orientation of this basement feature. Drape and compaction of Oligocene Talang Akar Formation sediments over eroded volcanic plugs have defined or enhanced a number of structural/stratigraphic plays, including the Widuri and Chesy fields. From seismic and well evidence, the reservoir sequence at the Indri field is underlain by dolomitic limestone and exhibits a series of unusual karst-related sinkhole and collapse structures. These are circular to slightly elliptical in shape, and extend from basement level to over 900 ft vertically into the overlying Talang Akar Formation.