The Stripping Mudstone Phenomena (Fenomena Batu Lempung Setrip-Setrip)
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Yang dimaksud dengan batu lempung di sini adalah semua jenis klastik halus yang sulit dibedakan dengan mata telanjang makroskopis baik karena percampurannya maupun kisaran besar butirnya yang overlap satu dengan lainnya dalam bentuk perlapisan, yaitu: clay, shale, siltstone dan very-fine-grained sandstone.
Perselingan yang terus menerus terjadi antara claystone dengan siltstone atau siltstone dengan very fine grained standstone, atau claystone dengan very fine grained standstone, atau antara shale dengan siltstone, dan bermacam-macam variasi lainnya menandakan bahwa telah terjadi perubahan yang berulang-ulang (periodik) dalam frekuensi tertentu pada kondisi energi di tempat lingkungan pengendapan. Bisa dari traksi ke suspensi, traksi kuat ke traksi lemah, suspensi kasar ke suspensi halus, atau biologis/chemical ke fisis, dan kombinasi-kombinasi di antara proses-proses tersebut.
Beberapa butir deduksi dari pengamatan-pengamatan empiris berikut dapat menjadi pegangan dalam menafsirkan batu lempung setrip-setrip tersebut:
Endapan pasang surut (tidal); apabila lebih banyak berkembang ripple (gelembur gelombang) dan suspensi (lempung), yang sejatinya mencerminkan kondisi lingkungan pengendapan dari traksi lemah-suspensi-traksi kuat-suspensi-traksi lemah-suspensi-traksi kuat-suspensi, dan seterusnya berulang-ulang. Traksi lemah muncul saat pasang naik, suspensi diendapkan saat slack baik waktu pasang maksimum, maupun waktu surut maksimum; sementara itu traksi (lebih) kuat muncul pada saat surut. Tentunya adanya burrowing, clay doublette, clay couplette, clay drapes, serta bentuk-bentuk struktur flaser, wavy dan lenticular akan lebih memperkuat interpretasi endapan pasang-surut ini
Endapan dataran banjir (flood-plain); apabila lebih banyak berkembang graded bedding, climbing ripple, dan suspensi, yang sejatinya mencerminkan kondisi lingkungan pengendapan yang dipengaruhi oleh turbidity banjir yang menghasilkan graded bedding, juga penambahan materi di SWI (Sediment-Water Interface) tanpa penambahan energi arus yang mana ini menghasilkan climbing ripple, dan juga secara umum pengendapan suspensi halus-lempung setelah fasa energi banjir mereda di dataran banjir (lepas dari area jebolan tanggul atau crevasse). Tentunya adanya rootlet, mudcrack, dan paleosol akan lebih memperkuat interpretasi endapan flood plain ini.
Endapan flysch turbidite; apabila lebih banyak berkembang graded bedding pada fraksi yang lebih kasar, dan suspensi pada fraksi halusnya; yang mana hal tersebut mencerminkan kondisi di ujung endapan longsoran dalam air, di mana hanya tinggal sisa-sisa fraksi terhaluslah yang memenuhi kolom air (fraksi-fraksi yang lebih kasar sudah terendapkan di lintasan sebelumnya karena kekuatan arus gravitasi yang makin melemah). Setiap pasangan graded bedding dan suspensi mencerminkan satu episode dari event longsoran. Endapan ini dulunya diinterpretasikan semata-mata sebagai produk longsoran di laut dalam. Tapi saat ini banyak riset juga yang menunjukkan bahwa bukan hanya di laut dalam longsoran-longsoran turbiditic ini terjadi, tapi di danau dalam, di lereng delta, dan juga di crevasse splay sungai saat banjir-banjir besar bisa terjadi. Tentu saja untuk interpretasi flysch longsoran turbid laut dalam akan lebih diperkuat jika indikasi fosil dan struktur sedimen lain juga ikut menunjang, seperti misalnya slump structure, load cast, dish structure, maupun khususnya trace fossil di laut dalam: zoophycos, etc.
Endapan danau (lacustrine); apabila lebih banyak ditemui perselingan antara endapan ganggang atau karbon dengan klastik (lebih) kasar berulang-ulang; di mana klastiknya bisa menunjukkan struktur graded bedding, bisa juga ripple (gelembur gelombang). Hal tersebut mencerminkan kondisi lingkungan danau antara musim basah (algal blooming/carbon fluorishing) dan musim kering (air danau menyurut, klastik dari pinggiran masuk ke danau). Warna perselingan umumnya khas dan unik, yaitu bisa hijau (ganggang)-merah/kuning (klastik), bisa juga coklat/hitam (karbon)-merah/kuning (klastik), bisa juga putih (ganggang diatomae)-merah/kuning/coklat (klastik).