CD - CSR Geologi (Pembangunan Komunitas dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang Terkait dengan Geologi)

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

  1. Kaitkan CD/CSR dengan program mitigasi bencana gempa/tsunami dan tanah longsor di sekitar daerah operasi migas dan perluas ke daerah intra-montana/fore-arc yang berdekatan. Asosiasi profesi (IAGI/HAGI/IATMI/API) atau NGO/LSM dapat ambil peran fasilitasi atau bahkan sebagai pelaksana programnya sendiri.
    Pada umumnya daerah-daerah operasi migas di Indonesia berada di posisi back-arc basin yang relatif "aman" dari jangkauan gempa yang merusak permukaan bumi. Epicenter gempa yang berlokasi di "belakang-busur" ini, kalaupun ada biasanya kedalamannya besar (lebih dari 150 KM) dan SR gempanya kecil-kecil (kurang dari 5). Hal ini disebabkan posisi penunjaman kerak samudra ke bawah kerak benua sudah terlalu dalam di daerah ini. Meskipun demikian, ada juga kasus di mana gempa di daerah back-arc yang relatif dalam dan tidak merusak ini (Indramayu 2007?) malah membuat kerusakan di tempat lain (di Sukabumi), yang hal ini disebabkan oleh adanya patahan besar di bawah kerak bumi yang kemungkinan merambatkan gempa dalam itu sampai di kedangkalan kerak di daerah jauh tersebut (Sukabumi). Sementara di Indramayunya sendiri aman-aman saja.
    Meskipun back-arc basin kita relatif aman-aman saja, bukan berarti KKKS bisa berpangku tangan begitu saja kalau terjadi gempa/tsunami/tanah longsor di daerah-daerah jalur gunung api intra-montana; di mana kalau di Sumatra hal ini ditandai dengan adanya patahan besar Sumatra yang terus menerus aktif bergerak dari waktu ke waktu. Posisinya di sepanjang Bukit Barisan; agak jauh, memang, dari lokasi-lokasi aktivitas oil and gas E&P KKKS yang umumnya ada di pantai timur Sumatra.
    Sekalian saja, selain juga diharapkan aktif pada waktu tanggap daruratnya, KKKS-KKKS yang relatif punya fasilitas, pengetahuan kebumian, dan sistem kerja yang lebih established daripada perusahaan-perusahaan lainnya bisa langsung aktif pada waktu tahapan-tahapan mitigasi. Yaitu ikut mendanai, ikut menyumbang expertise, menjelaskan dari komunitas ke komunitas tentang prinsip-prinsip mitigasi, memberi pengertian, pengetahuan tentang gempa-tsunami-tanah longsor; dan juga ikut aktif menyelenggarakan latihan-latihan evakuasi skenario pada saat gempa/tsunami terjadi. Masyarakat juga musti diajari bagaimana mengidentifikasi gejala-gejala tanah longsor, zona-2 lemah jalur gempa, dan area rawan tsunami dan membangun tempat tinggal dan fasilitas-fasilitas mereka dengan mengindahkan prinsip-prinsip keamanan dari bahaya-bahaya gempa/tsunami/tanah longsor tersebut. Kalau KKKS tidak punya ahlinya, dapatlah kiranya bekerja sama dengan asosiasi profesi atau perguruan tinggi atau institusi-institusi pemerintah yang memang punya banyak ahli tentang masalah-masalah kebencanaan ini. Selama ini gerak maju sosialisasi/mitigasi bencana itu sering terhambat oleh karena kesadaran masyarakat yang kurang terhadap pentingnya mitigasi, juga sebenarnya karena kurangnya dana untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan kebiasaan selamat (safety habit) ke masyarakat kita. KKKS-KKKS dengan CD/CSR-nya mustinya bisa ikut bermain di level ini. Sangat sangat bisa.

  2. Perlindungan dan pengelolaan situs-situs geologi yang terkait dengan sistem minyak bumi daerah KKKS tertentu perlu dilakukan sebagai bagian dari program CD/CSR. Hal tersebut punya dua sisi utama yang positif: a) membuat masyarakat menjadi lebih memahami tentang migas sehingga akan merasa terpanggil untuk ikut bersama-sama menjaga operasi KKKS untuk keberlangsungan kesejahteraan mereka, b) sekaligus menyediakan referensi analog bagi program-program eksplorasi (dan prosukdi) KKKS yang bersangkutan, dan c) juga bisa menjadi bagian dari perintisan lokasi-lokasi yang menjadi tujuan wisata khusus geologi (geowisata) yang pada gilirannya akan ikut menyumbangkan khasanah pusat guliran roda ekonomi baru di daerah tersebut.
    Contoh situs-situs geologi yang menarik umumnya berada di daerah terrain/topografi yang non-alluvial quarter; jarang terdapat di daerah paparan pantai seperti sepanjang pantai timur Sumatra atau utara Jawa. Dengan demikian besar kemungkinan daerah-daerah situs tersebut terletak di luar daerah operasi KKKS. meskipun demikian hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkannya, yaitu dengan tiga alasan utama yang disebutkan di atas. Contoh-contoh nyata di Jawa: situs Formasi Rajamandala di Padalarang Jawa Barat, situs Formasi Ngrayong di Ngepon Jawa Timur, situs Bledug Kuwu di Purwodadi Jawa Tengah, situs Formasi Sihapas di Aek Nabundong, Gunung Tua, Sumatra Utara, situs Formasi Baturaja di quarry Baturaja, Sumatra Selatan, dan sebagainya. Apabila KKKS-KKKS aktif berpartisipasi jadi pelopor melestarikan situs-situs itu dengan program CD/CSR-nya, sangat dimungkinkan jejaknya akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan kebumian lainnya. Contoh: di quarry Baturaja, kalau saja MEDCO/BPMigas aktif meminta ke PT Semen Baturaja untuk menyisakan bagian-bagian tertentu dari quarry yang perlu diselamatkan dalam rangka referensi riset geologi dan juga geowisata, maka saya yakin Pabrik Semen itu pun nantinya bukan hanya sekadar mempersilakan, tapi juga akan ikut berpartisipasi. Mudah-mudahan.

  3. KKKS juga bisa melakukan CD/CSRnya dengan cara menyumbang/mendukung terselenggarakannya pendidikan kebumian dan keteknikan migas di daerah operasi migas mereka. Hal ini bisa berupa beasiswa, sponsor riset, KP/TA/Magang bagi mahasiswa-mahasiswa asal daerah yang bersangkutan, sampai juga kalau mampu mendirikan jurusan-jurusan geologi, geofisika, keteknikan migas di universitas-universitas terdekat. Di Brunei Darussalam Shell Brunei membuat program khusus MSc Petroleum Geology di UBD (Universitas Brunei Darussalam), demikian juga di Bangkok, PTTEP bikin program serupa di University Chulangkrong. Nah, mustinya Total, VICO, Chevron juga ikut mendirikan dan menyumbang Jurusan Geologi di Universitas Mulawarman-lah. Tidak usah muluk-muluk seperti yang di Brunei maupun Bangkok. Bahkan hanya sekadar Jurusan Geologi S1-pun belum ada di Kalimantan Timur (bahkan Kalimantan keseluruhan), di mana Kutai Basin mereka telah menghasilkan minyak dan gas (dan emas dan batu bara) selama ratusan tahun. Ironis sekali memang.

Previous
Previous

Unifomitarianism: Anthropogenic(ism), Conditional(ism), and Unavailability

Next
Next

Beberapa Clue tentang Batuan Dasar