Catatan dari Diskusi di Rumah Alumni Tentang Blok Mahakam
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Kita sudah mendengar sendiri dari salah satu bekas "jenderal" total yang mengomandani operasi E&P sekitar dua miliar kaki kubik gas sehari itu bahwa, "yang menguasai dan menjalankan segala kerumitan operasi canggih itu ya orang-orang Indonesia yang kebetulan dikasi stempel sebagai pegawai total, itu pun 70% – 80% gajinya dibayari rakyat lewat cost-recovery".
Jadi, mestinya jangan lagi ada yang bicara meragukan: "bisa nggak, Pertamina mengoperasikan Blok Mahakam?" terlalu naif orang yang membayangkan bahwa kalo Pertamina mengoperasikannya terus semuanya dimulai dari nol di mana Pertamina akan mengganti para operator ahli dan terampil itu dengan orang-orang baru dari Pertamina: ya nggak mungkin lah yauwww. Yang dilakukan Pertamina tentunya tetap mempertahankan aset SDM canggih yang sudah bertahun-tahun dibayari 70% – 80% investasi pengalaman kerja dan expertise-nya oleh negara itu dan hanya mencopoti posisi-posisi manajerial utama yang ditempati oleh orang-orang bule bawaan dari total Perancis sana.
Dan bekas jenderal total yang sekarang jadi salah satu jenderal SKKMigas itu pun malah mengkonfirmasi: kemampuan orang-orang Indonesia di situ lebih bagus atau minimal sama lah dengan expat-expat bule itu. Hanya saja untuk kepentingan menjaga kepercayaan home office yang di Eropa sanalah, maka mereka diperlukan untuk mengawal Blok Mahakam ini. Kalau Pertamina yang mengoperasikan, tentunya pengawal-pengawal bule itu saja yang diganti. Kecuali kalau memang ada sebagian dari kawan-kawan kita orang Indonesia di sana lebih memilih untuk ikut total ke mana-mana daripada ikut Pertamina, maka ya kita harus merelakan mereka pergi. Mudah-mudahan saja minimal pada masa transisi nanti kawan-kawan ahli dan terampil itu masih punya merah-putih di dada sehingga mau tetap menjaga operasi Blok Mahakam atas nama Pertamina (bukan lagi atas nama total) sampai hand-over tersebut berjalan mulus dan replenishment-recruitment berjalan normal seperti biasa lagi.
Jadi, kesimpulannya: jangan lah lagi menjual cerita tentang perlunya kita tetap menggandeng total karena kita butuh expertise mereka (dan teknologi mereka dan financial mereka). Paling nggak yang soal expertise itu: sudah jelas kita uraikan di atas. Bukan total yang punya expertise itu tapi "Indonesia" lah yang memilikinya. Pertamina insyaAllah, sebagai perusahaannya "negara" Indonesia, akan legitimate dan justified untuk mengklaim dan memanfaatkan expertise nasionalis itu atas nama negara melanjutkan operasi migas di Blok Mahakam. No worry!!!
Soal teknologi? Soal finansial? Sama saja! Tapi nanti saya akan tuliskan terpisah. (Capek ngetik pake ibu jari kiri kanan di BB begini, hehehehe...)