Blok Mahakam: Mitos tentang Teknologi, Modal Besar dan Risiko Eksplorasi.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Masih dari bincang-bincang tentang Blok Mahakam kemarin 6 Maret 2013 19:00-23:00 di Rumah Alumni, yang mengocok kesadaran untuk kembali berpikir mendasar dan jernih. Hadir sebagai narasumber: Aussie SKKMigas (GEA74), Gede SKKMigas (SI79), Pri Agung Reforminer (TM94), dan Andang IAGI (GEA78) serta pembicara tamu Bobby Adityo Rizaldi Komisi 7 DPR dan Marwan Batubara IRESS.

Ada yang berpikiran bahwa teknologi migas di Blok Mahakam saat ini sedemikian tingginya sehingga hanya dengan bantuan Total lah kita bisa meneruskan - menguasai operasi E&P migas di blok tersebut. Itu adalah pikiran yang sangat keliru, yang tidak seharusnya diungkapkan oleh orang-orang yang notabene dididik di institusi pendidikan tinggi teknologi paling tua dan terkemuka di Indonesia: ITB.

Tidak ada yang mejik dengan teknologi migas, sedemikian rupa sehingga hanya eksklusif satu perusahaan saja yang mampu menguasai dan mengaplikasikannya. Lagipula penguasaan dan aplikasi teknologi itu dijalankan oleh manusia tanpa harus si manusia tersebut dituntut untuk terus-menerus menginvensi/mengembangkan teknologinya. Aplikasi berbeda dengan Riset dan Pengembangan. Dan manusia-manusia Indonesia di Total yang jumlahnya konon 97% dari keseluruhan tenaga kerja yang ada di sana telah sama-sama kita dengarkan, saksikan dan buktikan keahliannya dalam aplikasi teknologi operasi Blok Mahakam di hampir 50 tahun ini. Cerita dan keyakinan bekas salah satu "Jenderal" Total yang sekarang ada di jajaran "Jendral" SKKMigas mengonfirmasikan haL itu, seperti sudah diuraikan di bagian pertama dari tulisan ini kemarin.

Selama ini tidak pernah terdengar kabar ada hak paten khusus Total dalam teknologi platform, teknologi pemboran transisi delta dan laut dalam, teknologi geosains - seismik 3D dan segala jenis software-hardware teknologi pencitraan bawah permukaan serta berbagai macam teknologi komplesi, perpipaan, dan produksi di Blok Mahakam yang menghalangi para operator penerus operasi Total di blok tersebut untuk terus mengaplikasikan teknologi yang sudah ada itu. kalaupun ada paten itu: (aplikasi) teknologi-nya bisa (dan sudah) disewa atau bahkan dibeli.

Lebih menggugah kesadaran lagi ketika dalam acara bincang di Rumah Alumni kemarin itu salah satu kawan dari Sipil ’84 yang sudah sekitar 20 tahun malang melintang di dunia migas sebagai dedengkotnya service company menyatakan bahwa sebenarnya yang berada di garda depan aplikasi, invensi dan pengembangan teknologi migas itu adalah para service company tersebut (meskipun kita juga tau MNC besar juga punya R&D sendiri, salah satunya Total yang terkait erat dengan IFP di Paris sana). Dan siapapun boleh menyewa service company tersebut, termasuk Pertamina. Secara bisnis tidak pernah ada service company yang hanya mau melayani satu E&P company saja.

Mereka yang kurang memahami struktur dan aturan pembiayaan dalam PSC ada yang bergumam: "Lha mesin-mesin, kompresor-kompresor, platform-platform, pipa-pipa yang canggih itu punya siapa? Bukannya kalau Total hengkang mereka akan ikut pergi bersama lisensi, paten, pengalaman dan bahkan barang-barang produk teknologi itu semua?!" Nope! Semua barang, fasilitas, dan produk konstruksi yang dipakai di setiap blok PSC adalah milik negara, karena biaya pembelian, pembangunan, dan operasinya Sudah di-cost recovery oleh negara! Jadi nggak ada istilah akan terjadi tukikan operasi terjun bebas begitu Total diganti sebagai operator oleh Pertamina karena Total akan membawa mesin, fasilitas, platform, dan teknologinya pergi. Semuanya masih akan tetap akan ada di Blok Mahakam karena sudah di-cost recovery. Tinggal bagaiman kawan-kawan pegawai nasional Total saja menerusKan operasi, di bawah manajemen baru Pertamina, perusahaan negara kita sendiri.

Jadi, buang jauh-jauh pikiran "khurafat" mitos tentang teknologi yang eksklusif milik Total di blok Mahakam ini. Pertamina, bangsa Indonesia, kawan-kawan nasional employee di Total yang masih mau tinggal insyaAllah akan menjaga amanah dengan terus berprestasi menjalankan dan mengaplikasikan teknologi untuk mengelola sisa kekayaan negeri ini!

Dan di mohon kepada para pemimpin pejabat petinggi negeri, tolong Kalau berargumen menyodorkan perlunya terus ber-partner dengan asing karena alasan teknologi, ... jangan ngisin-isin-i. Silakan diresapi kontemplasi di atas tadi.

Segini dulu, nanti disambung lagi dengan Mitos Dana dan Risiko Eksplorasi (lagi-lagi pegel terus ngetik pake dua ibu Jari di BB begini! Hihihihi...)

Previous
Previous

(Untuk Kepentingan Bangsa dan Negara — Tolong PING Saya)

Next
Next

Catatan dari Diskusi di Rumah Alumni Tentang Blok Mahakam