(Dikotomi Geologi: Sains Murni dan Sains Terapan)

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Aku terheran-heran dengan dikotomi geologi sebagai sains murni dan sains terapan seperti yang dipahami oleh kaum akademisi dan para peneliti Indonesia, sementara bagiku yang lebih banyak bergerak di industri semua aspek dari geologi adalah sains terapan yang bisa langsung terkait dengan benefit maupun profit.

Kalaupun toh sebagian besar geologis yang bekerja di industri ekstraksi kebumian, konstruksi, dan lingkungan mengatakan bahwa mereka tidak perlu memakai geologi dalam pekerjaan mereka sehari-hari itu dikarenakan mereka tidak benar-benar menghayati dan menguasai ilmu geologi. Mereka mengira diri mereka adalah engineer, manager, birokrat, regulator, ahli lingkungan atau bahkan politisi kebumian. Tapi ketika mereka tidak menerapkan prinsip-prinsip geologi dalam pekerjaan mereka sehari-hari sebenarnyalah mereka sekedar membonceng masuk dalam kancah tersebut sebagai geologis, kemudian selebihnya mereka adalah manusia biasa seperti yang lainnya.

Karena sebenarnya hanya ada dua golongan manusia di dunia ini: geologis dan non-geologis. Begitulah gusti Allah membuat keseimbangan di bumi. Dan para saintis di akademi maupun lembaga-lembaga penelitian itu, karena mereka tidak pernah benar-benar masuk dalam industri maka yang mereka tahu adalah kesan dan perlakuan diskriminatif para manusia biasa yang mengaku sebagai geologis itu terhadap ilmu geologi yang salah kaprah dan tersesat ke mana-mana.

Pantesan saja tidak ada terobosan konsep-konsep geologi baru Indonesia oleh orang Indonesia selama hampir empat dekade ini, karena pada kenyataannya semua peneliti dan akademisi sedang terhanyut di arus industri dan dijadikan manusia biasa oleh para proponen industrialisasi.

Previous
Previous

Saturasi Air (Sw) di Lead & Prospekmu: Optimisme adalah Esensi Eksplorasi!

Next
Next

(Tim Kami tidak Mencari Gudang Emas di Situs Purbakala atau Piramida)