Gagal! Seismik 3D untuk Solusi Permanen Lumpur Lapindo
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Seismik 3D untuk Porong seperti yang dirancang dan diusulkan berkali-kali oleh IAGI/HAGI (akhirnya) sudah disetujui oleh pemerintah tahun 2010 lalu dan anggarannya sudah disiapkan oleh pemerintah lewat Badan Geologi (BG) tahun 2011 ini. Dalam persiapan realisasinya HAGI dan IAGI juga dengan sukarela telah membantu kawan-kawan BG sampai terakhir April - Mei yang lalu dalam usaha persiapan itu ternyata dijumpai banyak sekali sandungan-hambatan sehingga saat ini statusnya gagal alias dibatalkan. Masalah-masalah utamanya adalah:
Biaya yang diajukan/disetujui dalam APBN ternyata tidak memperhitungkan biaya-biaya non teknis terkait langsung, yaitu ganti rugi, pembebasan tanah, sosialisasi dan kehumasan tidak dimasukkan oleh kawan-kawan BG dalam usulan dan tentu saja menjadi sulit untuk dijustifikasi untuk dilelang.
Selain itu yang lebih parah: ada isu yang dihembuskan di masyarakat seolah-olah 3D seismik ini akan memverifikasi status 45RT yang terdampak hasil studi tim independen bentukan gubernur Jawa Timur 2010 tapi belum masuk Perpres. Maka dengan isu itu rakyat yang merasa takut nantinya rumah tanah dan kerugiannya tidak jadi diganti gara-gara 3D seismik menolak rencana operasi seismik ini. Belum lagi mereka-mereka yang dulu tanah miliknya di dalam area tanggul tapi pembayaran dari Bakrie masih belum beres (kalau gak salah Bakrie masih utang 1,6 trilyun lagi dari janji-janjinya), lha wong urusan mereka saja belum beres, koq udah urusan baru ganti rugi seismik.
Dan sebagai gongnya, setelah ditender (sudah diduga dari semula) tidak ada satu pun kontraktor mau partisipasi karena resiko sosial yang tinggi itu.
Maka status realisasi survei seismik 3D untuk Porong itu pun sampai hari ini dianggap gagal atau dibatalkan.
Makanya dari awal atas nama IAGI/HAGI saya selalu menyerukan penyelesaian teknis tidak bisa dilepaskan dari penyelesaian masalah sosial. Kalau urusan sosial belum beres mana mungkin seismik bisa digelar dengan aman!? Yosi Hirosiadi Presiden HAGI menginformasikan ke saya bahwa 60 - 70% biaya akuisisi seismik 3D di Porong situ bisa habis untuk hal-hal non-teknis, itu pun tidak termasuk ganti rugi yang harusnya sudah diberesi oleh pihak-pihak yang harusnya membereskan (Minarak, BPLS, dan sebagainya).
Nah permasalahan-permasalahan itu semua pun sudah kita lemparkan ke penanggung jawab paling atas negeri ini, dengan respon: "kita musti sabar dan step by step" (seperti tipikal cara respon pimpinan kita itu selama ini).
Makanya ketika kemarin 21 September 2011: ada kesempatan acara di Metro TV saya minta izin Presiden IAGI dan HAGI sekali lagi untuk meng-highlight pentingnya penanganan masalah-masalah tersebut di atas. Nah, ini bukan masalah siapa salah siapa benar, siapa memihak mana, apalagi: penyebabnya apa, tapi: bagaimana meng-image bawah permukaan "dalam" di sana untuk digabungkan dengan data time-series subsidensi dan juga fenomena-fenomena permukaan lainnya yang sudah dipelajari Badan Geologi. Kesemuanya itu untuk mendapatkan input solusi permanent Lumpur Lapindo
Tujuan Seismik 3D
Untuk mengingatkan kembali: tujuan dari pengambilan data seismik 3Dimensi di area Lumpur Lapindo di Porong itu adalah menyediakan data dasar yang diperlukan semua pihak terutama untuk merencanakan solusi permanen dari semburan Lumpur tersebut.
Diantaranya:.
Pihak-pihak yang merasa bahwa semburan bisa dimatikan dengan pemboran atau teknis lainnya bisa mengkongkritkan usulan dengan data bawah permukaan yang lebih jelas, bukan hanya asumsi-asumsi saja (yang seringkali satu dengan lainnya juga berbeda-beda), atau malah bisa juga membatalkannya karena melihat damage-nya sudah multi bidang, bukan hanya bidang tunggal; jadi “cost benefit”nya tidak matched.
Dapat dibuat analisis prediksi modeling subsidence/penurunan tanah, sampai di surface area mana kemungkinan terjadi kerusakan dan seberapa tingkat bahayanya sehingga bisa dibuat peta risiko (zonasi yang baru) yang lebih update berdasar data subsurface, yang tidak harus tiap tahun diganti dengan Perpres seperti selama ini terjadi.
Ganti-rugi dan atau pemindahan penduduk secara bertahap untuk rencana pengelolaan jangka panjang area tersebut menjadi "once for all" solution kalau menggunakan hasil nomor dua di atas.
Kalaupun nomor satu di atas tidak bisa dilakukan, lalu bagaimana solusi alternatinya. Karena sudah kita ketahui luasan daerah terdampak dengan probabilitinya maka bisa jadi berbagai skenario re-development sebagai area khusus menyusul pengosongan daerah terdampak bisa dibuat dan dilaksanakan.
Bisa jadi hasil seismik 3D nantinya dipakai untuk menijau kembali risiko kerusakan pada infrastruktur pengganti yang sedang, sudah, dan akan dibangun oleh pemerintah (seperti pemindahan jalan kereta api, jalan poros, jalan tol, dan sebagainya)
Saling Menunganggi
Tujuan partai, politisi, pebisnis, dan birokrat yang berbisnis dalam memuati berita dan acara media (TV, koran, internet) bisa saja macam-macam dengan menggunakan isu baru tanggul krisis dan mau jebol akhir-akhir ini. Tapi tujuan IAGI/HAGI jelas: ingin memberikan solusi teknis jangka panjang (dan insyaAllah permanen) dengan menyediakan data dasar yang jelas terlebih dulu demi kepentingan masyarakat yang sudah dan akan terkena dampak dan kestabilan ekonomi regional-nasional. Sama sekali tidak ada tujuan-tujuan selain dari itu. Maka saling memanfaatkanlah kita semua dalam pentas-pentas para media itu. Termasuk pada waktu disiarkannya acara Suara Anda oleh MetroTv Rabu, 21 September 2011 yang lalu, di mana saya bersama dengan Achmad Khusaeri BPLS, dan Tjatur Walhi Jawa Timur ditanggap oleh MetroTV untuk bicara tentang Lumpur Lapindo.
Kita tahu betul MetroTV itu punya Surya Paloh dedengkotnya NasDem. Kita tahu betul Lapindo itu punya grup Bakrie dedengkotnya Golkar. Kita juga tahu kabinet mau reshuffle Oktober ini dan menteri-materi dievaluasi. Kita tahu 2014 sudah dekat dan politisi-politisi saling rebutan opini. Tapi kita semua juga harus tahu derita rakyat di Porong sana sudah sampai di ubun-ubun & tanpa data scientific baru yang jelas dan dimengerti semua pihak, tidak akan ketemu solusi permanen. Maka permisi, kita teriakkan lagi hal-hal ini. Nah, makanya jangan kaget; kalau untuk menggolkan ide teknis untuk kepentingan masyarakat terdampak pun, kita harus masuk di kancah non teknis, bahkan cenderung sering politis-bisnis; seperti acara-acara di MetroTV atau (nantinya mungkin: tandingan) di tvOne dan sebagainya.