Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Gas, Gas, Gas: Pengingat untuk Para Mudlog Evaluator dan Well-Postmortemer

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Maka bergembiralah ketika C3 muncul, apalagi ketika iC4 dan nC4 ikut timbul. Biogenic gas hanya dikenal sampai C2 minornya, jadi ketika C3+ muncul: pertanda thermogenic gas mulai ambil peranan.

Thermogenic gas yang muncul bisa mengindikasikan dua hal.

Pertama, kita sudah mulai memasuki zona kematangan thermogenic. Apalagi jika iC4, nC4 dan iC5-nC5 juga muncul, maka zona kematangan minyak kemungkinan sudah kita tembus. Atau kedua, kita masih di zona belum matang, tetapi ada migrasi dari zona matang hidrokarbon yang lebih dalam ke zona tidak matang dangkal tersebut.

Kemungkinan kedua itu lebih jauh lagi bisa berarti dua hal lainnya yaitu: a) apabila section yang mengeluarkan C3+ tersebut adalah shale section alias zona serpih, maka kemungkinan besar zona serpih tersebut fractured (retak-retak) dan atau faulted alias dipotong patahan yang menjadi conduit (saluran) bagi bermigrasinya hidrokarbon thermogenic dari kedalaman ke section serpih yang dangkal, b) apabila section yang melepaskan C3+ tersebut adalah batu pasir atau batu gamping atau reservoir yang lainnya, nah... ini dia yang kita cari: migrated hydrocarbon trapped in a reservoir.

Contoh 2-a pernah dijumpai di sumur eksplorasi di Jambi dan di offshore Jawa Timur, di mana patahan pada serpih dangkal tersebut dibuktikan juga dengan indikasi di sayatan seismic yang melewati sumur dan juga dari tanda-tanda yang diinterpretasikan dari lumpur pemboran. Contoh 2-b ada di mana-mana, yaitu di lapangan-lapangan yang sudah terbukti memproduksi minyak dan gas.

Terlihat dari hasil akhir metode Haworth dkk (1985) ada tujuh penggolongan hidrokarbon yang didugakan, yaitu: 1) Dry Gas, 2) Gas, 3) Gas & Condensate, 4) Gas & Oil, 6) Oil, dan 7) Residual Oil. Dry Gas adalah domain dari zona belum matang, biogenic zone, dan juga zona overmature alias zona gosong terlalu matang. Selain itu, C3+ juga terlihat menjadi pembagi utama dari Bh (Balance Ratio), dimana apabila Bh<wh berarti="" kita="" berhadapan="" dengan="" wet="" atau="" oily="" reservoir.="" maka="" jangan="" abaikan="" begitu="" saja="" data="" gas="" chromatogram="" dari="" mudlog.="" adb="" id=3></wh>

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

The Flankers: Pengingat untuk yang Bermain-Main dengan Delta (Deltaic Plays)

Mencari minyak tidak harus selalu di puncak. Di sayap-sayap terkepak, perangkap-perangkap tergeletak. Minyak dari sinklin licin mengalir menggelincir, dari lempung ke pasir, dari pasir ke pasir.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.


The Flankers.jpg

Mencari minyak tidak harus selalu di puncak. Di sayap-sayap terkepak, perangkap-perangkap tergeletak. Minyak dari sinklin licin mengalir menggelincir, dari lempung ke pasir, dari pasir ke pasir. Saat merambat naik ke ujung penipisan, terkuncilah gerak. Tak lagi berserak.

Beban berat pasir-pasir kasar, menggelayuti bumi di batas-batas delta. Patahan listrik di ujung pasir, pengangkatan oleh isostasi beban di hulu, dan (kadang-kadang) diapirisme lempung menyundul-nyundul serpihan delta, membentuk lengkungan.

Kita sering diingatkan. Jangan meremehkan kaki tangan. Di puncak lengkungan angan-angan itu: ternyata hanya ada keketatan dan air asin. Minyak dan gas tak punya cerita disini.

Mari lengser ke bawah, merawati sayap-sayap antiklin delta kita.

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Back to Basic Corner

Back to basics is often claimed by majority of geologists as their dogma. But in reality, just like most of us practicing our religion, the use of basic geology in any sectors of our works hardly ever noticed.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

(Written 5 years ago: January 29th, 2005 - Tebet Timur Dalam)

Back to basics is often claimed by majority of geologists as their dogma. But in reality, just like most of us practicing our religion, the use of basic geology in any sectors of our works hardly ever noticed. This is especially true in an ever advancing world of tools and technology to analyze geology in oil, gas, and mining industry. We are often blinded by the fancy outlook of software products/outputs and forget about the geology data and concepts underlying the outputs.

I have an experience about these back-to-basic needs phenomena when I was working in an exploration team of a major oil company in Kutai Basin several years ago. One of the members of the team is a bright young geophysicist who was very skillful to produce many attribute maps from 3-D seismic cubes. Unfortunately he did not really aware of the regional geology models/concepts of the area, so that every time his sliced-maps showed curve, “meandering-like” forms he automatically drew meandering channels on the map and made fluvial meandering river model out of them. It happened that the regional geology synthesized from adjacent wells and outcrops indicated the area to be within inner-middle shelf environments. So, how can a fluvial meandering channel developed in inner-middle shelf environment? In the final outcome, after reconciliation with other data, the “lots-of curving-slices” maps were to be interpreted as “carbonate-patches”.

Unless they drill it, they would never know what it is (and until today, no drilling has been conducted on that part of the area..)

To give you another back-to-basic issue, especially in sedimentology topic, the following picture speaks for itself:

 
Back to Basic Corner.jpg
Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Dialog Akhir Tahun 2009: 3 Ungkapan IAGI ke Menteri ESDM yang Baru

Dalam kesempatan menghadiri undangan ngopi pagi-pagi (coffee morning) bersama menteri ESDM dan stakeholder-nya 31/12/09 08:00-10:00, sekaligus membahas kinerja dan target ESDM (2009 and the next five years), dan atas seizin pak Presiden juga Sekjen IAGI, aku coba sampaikan tiga hal.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Dalam kesempatan menghadiri undangan ngopi pagi-pagi (coffee morning) bersama menteri ESDM dan stakeholder-nya 31/12/09 08:00-10:00, sekaligus membahas kinerja dan target ESDM (2009 and the next five years), dan atas seizin pak Presiden juga Sekjen IAGI, aku coba sampaikan tiga hal:

  1. Mitigasi bencana geologi mohon dimasukkan dalam laporan kinerja dan target ESDM. Karena dari berbagai uraian yang dipaparkan sama sekali tidak disinggung tentang besaran dana, pencapaian program, dan target mitigasi tahun-tahun mendatang. Padahal di bawah ESDM ada badan geologi yang tupoksinya mitigasi bencana. Dan selama ini kita tau bahwa mitigasi selalu sepi dari riuh rendah program dan bujet, sementara kalau dilakukan mitigasi yang benar (baik program maupun bujetnya) maka pencapaian-pencapaian portofolio ESDM lainnya (bahkan pencapaian departemen lain pun) akan terlindungi dan terkurangi risikonya dari kerugian akibat bencana. Menanggapi ungkapan tersebut, seolah-olah Menteri dan segenap jajaran dirjen dan sekjennya di depan agak tersadar (saling berbisik satu dengan lainnya) dan menyatakan bahwa "kritikan" dari IAGI itu sangat diapresiasi dan mereka sangat berterimakasih. Akan dipertimbangkan untuk me-reformat pelaporan kinerja dan target ESDM dengan memasukkan juga hal-hal terkait dengan mitigasi-Badan Geologi di dalamnya.(Beberapa orang setelah acara berkomentar: untung ada IAGI yang mengingatkan menteri ESDM baru bahwa ada Badan Geologi di bawahnya, jadi dia akan ingat terus bahwa dia punya stakeholder ahli geologi juga, termasuk yang bergerak di bidang mitigasi.)

  2. Mengingatkan ESDM untuk segera membuat aturan-aturan pembuangan air dewatering CBM yang sudah akan mulai tahun depan ini, jangan sampai terlambat, karena toxic nature dari air CBM dan massive volume-nya bisa jadi masalah lingkungan. Menanggapi hal ini, Dirjen Migas menyatakan bahwa aturan-aturan tersebut sedang disiapkan di Direktorat Keteknikan, dan mudah-mudahan pas mulai pilot-pilot project dewatering dilakukan tahun depan 2010, aturan2-aturan tersebut sudah siap diimplementasikan (KLH regulasi umumnya, ESDM regulasi teknisnya). Dukungan/kontribusi IAGI dalam pembuatan aturan-aturan tersebut sangat diperlukan.

  3. Perjuangkan plow back signature bonus kembali ke sektor ESDM untuk meningkatkan perolehan data eksplorasi migas indonesia, spec survey, dan sebagainya. Dengan demikian bargaining kita kepada investor dan calon investor migas akan jadi lebih kuat. Bukan hanya sekadar mengutak-atik term PSC saja yang perlu kita lakukan untuk menarik investor, tapi menambah data dan informasi potensi migas Indonesia lewat survei umum dan eksplorasi pendahuluan (remote sensing, gravity, magnetic, seismik regional, studi-studi cekungan, dan sebagainya, juga perlu dilakukan oleh pemerintah. Bukan semata-mata mengandalkan investor (asing) untuk mendapatkan data negeri kita sendiri, tapi juga menggunakan dana plow-back signature bonus tadi untuk melakukannya. Dalam tanggapannya, Menteri maupun Dirjen ESDM (terutama) mengharapkan dukungan semua pihak untuk bisa memperjuangkan anggaran tersebut ke Departemen Keuangan? (Ke Presiden barangkali.)

Sebenarnya ada lagi beberapa point yang ingin kusampaikan, diantaranya:

  • Kenapa koq proyeksi produksi migas kita lima tahun ke depan pesimistis sekali, padahal nilai investasi migas kita lumayan meningkat beberapa tahun terakhir ini (sebenarnya yang lebih kusoroti adalah bagaimana kinerja pemerintah dalam meng-enforce investasi migas yang ada supaya bisa menghasilkan temuan-temuan baru.)

  • Bagaimana nasib stranded gas kita di berbagai tempat di offshore maupun onshore, mestinya kita bisa manfaatkan itu menyikapi permintaan revolusioner PLN (Dahlan Iskan) untuk mengganti diesel-diesel dengan gas sebagai sumber listrik sehingga kita bisa menghemat puluhan triliun tiap tahun.

Tapi karena waktu hanya cukup untuk sembilan orang penanya, dan aku adalah penanya terakhir maka aku cukupkan saja dulu tiga ungkapan diatas.

Mudah-mudahan ada gaungnya.

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Lapisan Tegak di Putak: Kesadaran Atas dan Bawah, Menghujamkan Bidang Patahan Berbeda Arah

Saat-saat perlapisan jadi tegak adalah ketika pertanyaan "mana yang atas (top) dan mana yang bawah (bottom)" jadi sangat perlu untuk tentukan arah melangkah.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Saat-saat perlapisan jadi tegak adalah ketika pertanyaan "mana yang atas (top) dan mana yang bawah (bottom)" jadi sangat perlu untuk tentukan arah melangkah. Tak perlu berbantah tentang betapa kuat hentakan tenaga menyamping TAU-1, dan betapa paling lemahnya desakan vertikal TAU-3, hingga patahan menghujam naik harus selalu ada di suasana yang seolah penuh kesombongan menantang langit ini. Padahal sebenarnya lapisan-lapisan itu pasrah, semuanya bertasbih mengikuti kehendakNya, kitalah yang memersonifikasi seolah diri kita yang luar biasa: astaghfirullahaladzim.

Di Putak, hampir mendekati Loajanan Samarinda, Rama dan Tomo dan para pejalan kaki lainnya mencabik-cabik hari berbincang dengan lapisan-lapisan tegak. Tak jenak waktu tersisa, mereka tangkaplah semua gelisah bisik-bisik makhluk-makhluk bumi yang seolah mati itu dalam jepretan foto-foto indah. Dan kemarin di lantai dua GDA, kita urai gelisah gelisah.

Kalau top perlapisan di arah kanan foto (northwest), maka bidang sesar naik Putak ini menunjam ke arah kiri (southeast), tapi bila top perlapisan di arah kiri foto (southeast), maka bidang sesar naik Putak menunjam ke arah kanan (northwest). Posisi-posisi lipatan utama yang diakibatkan oleh dua jenis sesar yang itu juga akan terpisah, karena pusat/puncak crest blok yang naik juga berbeda. Di situlah kita bicara soal perangkap-perangkap yang menggoda.

Saat semua kesadaran tegak membumbung tinggi seperti tegaknya lapisan di Putak, seringkali kita harus bertanya kembali ke dasar hati, bicara dengan bekas-bekas jejak arus traksi: ripple-bedding surface, atau arah mangkuk cross-bedding. Atau juga acakan pemboran vertikal binatang-binatang (burrows) yang tidak mungkin selama proses sedimentasi mengebor ke arah langit purba.

Dan lebih serunya lagi, gambaran Putak ini baru satu dari yang seharusnya sepasang: diciptakanNya di sana untuk membuat kita belajar tentang pop-up, positive flower, dan transpression structures.

Ketika kita tegak menjulang: selalu lah ingat: mana kaki mana kepala, agar tak terjungkir balik, saat harus terus melangkah.

 
Putak fault drag: lapisan tegak pada seri lapisan selang seling serpih karbonan, batu bara, batu pasir bersisipan lempung tipis pada formasi pulaubalang di daerah Putak, Loajanan, Samarinda. (Foto: Rama, Tomo, dkk.)

Putak fault drag: lapisan tegak pada seri lapisan selang seling serpih karbonan, batu bara, batu pasir bersisipan lempung tipis pada formasi pulaubalang di daerah Putak, Loajanan, Samarinda. (Foto: Rama, Tomo, dkk.)

Interpretasi 1 dengan top ke arah kiri dari bidang foto (southeast).

Interpretasi 1 dengan top ke arah kiri dari bidang foto (southeast).

Interpretasi 2 dengan top ke arah kanan dari bidang foto (northwest).

Interpretasi 2 dengan top ke arah kanan dari bidang foto (northwest).

Lapisan Tegak di Putak 4.jpg
Read More