Logika dan Mentalitas Bangsa Terjajah:
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Karena risikonya tinggi maka kita butuh orang asing untuk melakukan eksplorasi sumber daya kebumian di Indonesia (bangsa terjajah adalah bangsa yang tidak mau mengambil risiko).
Karena teknologinya tinggi maka kita butuh modal asing untuk maju ke depan memimpin kita dalam usaha eksplorasi sumber daya migas dan mineral Indonesia (bangsa terjajah adalah bangsa yang tidak peduli pengembangan teknologinya sendiri, bahkan untuk menyontek, mencuri, meniru teknologi luar negeri saja tidak disemangati, tidak dihidupi).
Karena menyangkut cadangan raksasa, produksi yang besar dan operasi yang luar biasa complicated dan sensitifnya, maka kita serahkan saja operatorship pengelolaan blok-blok migas yang sudah expired kontraknya ke perusahaan-perusahaan asing yang sudah pengalaman. Pertamina atau perusahaan-perusahaan nasional lainnya silakan jadi makmum saja (bangsa terjajah adalah bangsa yang tidak percaya pada kemampuan diri sendiri, bangsa terjajah adalah bangsa yang pemimpin-pemimpinnya mengukurkan baju kemajuan efisiensi teknologi kecanggihan operasional manajemen bangsa asing yang kedodoran ke tubuhnya sendiri yang bebal dan kuper padahal sebagian besar rakyatnya yang profesional sudah terbiasa memakai baju tersebut!!!!).
Nah, apakah kita mau terus pelihara logika dan mental seperti itu????
(Krisis Energi Indonesia ini Sebagian juga Karena Kesalahan Geologist)
Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan geologist, termasuk saya dan anda — yang kebetulan geologist dan membaca status saya ini — yang mendiamkan atau tidak berusaha keras mengoreksi kebijakan pemerintah yang mendasarkan program pengelolaan migas, mineral dan batu bara indonesia:
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan geologist, termasuk saya dan anda — yang kebetulan geologist dan membaca status saya ini — yang mendiamkan atau tidak berusaha keras mengoreksi kebijakan pemerintah yang mendasarkan program pengelolaan migas, mineral dan batu bara indonesia:
Hanya pada cadangan yang sudah ada bukan pada sumber daya yang harus ditemukan,
Hanya pada rekayasa pengurasan bukan pada pencarian sumber-sumber baru di daerah baru dengan konsep-konsep baru,
Hanya pada kecenderungan konsep eksplorasi dunia (itu pun telat mulainya) bukannya merunut sifat dan tahapan eksplorasi di indonesia sendiri,
Hanya pada euphoria menerapkan konsep-konsep eksplorasi baru indonesia yang diciptakan periset asing dan bukannya mendorong penemuan konsep baru oleh periset Indonesia sehingga kita lebih punya bargaining dan tidak keduluan meraup informasi tentang daerah kita sendiri,
Hanya pada spirit kemudahan perizinan spec survey oleh pihak asing dan bukannya mengalokasikan dana untuk riset gede-gedean dan spec survey sendiri sehingga data tidak dikangkangi pihak asing selama mereka mau dan kita hanya gigit jari,
Hanya pada kekinian dan bukan pada masa depan.
Lalu di mana? Ke mana? Siapa? Mana itu para geologist hebat yang katanya didikan sekaligus pewaris tradisi eksplorasi Klompe, van Bemmelen, Lasut, Katili dan senior-senior legendaris lainnya lagi? Masih sajakah kita ber-sibuk ria dengan mengerjakan proyek-proyek menguliti cadangan yang sudah ada atau paling jauh mereka-reka di mana ada prospek di blok baru di dekat blok dan sumur lama dengan konsep yang itu-itu juga? Mana riset kita? Mana doktor, profesor, spesialis, eksplorasionis, peneliti dan para penemu kita? Mana teori tektonik Indonesia baru kita? Mana rekonstruksi sejarah cekungan-cekungan baru kita? Pada ke mana para ahli mineral kita koq dari dulu cuma berkutat di mandala metalogeni yang sudah berpuluh tahun diceritakan pendahulu kita? Ketika ku tengok di ruang-ruang kuliah pun para pendidik sekaligus peneliti kita juga nggak terlalu sempurna hadir di sana; kalau pengorbanan para mahasiswa yang tidak sempat diajar dosen-dosennya itu diganjar dengan temuan riset baru kebumian Indonesia yang dapat menghasilkan temuan migas, mineral dan batu bara yang signifikan sih alhamdulillah wa syukurillah.
Tapi ternyata temuan-temuan baru itu pun tidak ada, riset pun tidak bergema! Yang kita kerjakan adalah sibuk berproyek ria menyelaraskan diri dengan kebutuhan industri yang ingin mencari gampangnya saja mendidik sekaligus memanfaatkan kedekatan dengan akademisi untuk mendapatkan jasa bagi rutinitas pekerjaan mereka, hampir tidak ada pekerjaan yang sifatnya riset breakthrough konsep dan teknologi yang dapat membawa cakrawala baru temuan baru migas, mineral, batubara Indonesia. Lalu, bagaimana kita nggak mengganggap diri kita salah kalau itu semua terjadi di sekeliling kita? Ayolah bangkit,..minimal sadarilah: kita semua punya masalah: negeri ini memerlukan anda, saya, kita semua! Serius, kita sedang krisis: bukan hanya krisis energi, tapi krisis identitas geologist Indonesia!!!!
Tantangan Utama Eksplorasionis Indonesia
Kalau kita terus diam mengekor membebek pada mereka: makin jauhlah kita terbenam dalam kebodohan massal ayam mati di lumbung padi yang disembunyikan para penjarah negeri! ayo bangkit, ayo eksplorasi!
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Tantangan utama eksplorasionis Indonesia: menemukan lagi lapangan-lapangan migas raksasa setara duri atau minas di cekungan-cekungan Indonesia lainnya atau grasberg, estberg, batuhijau di jalur mineralisasi lainnya. Melawan arus ke-putus asa-an masal yang diakibatkan oleh cara berpikir vertikal yang instan yang mudah dibentuk oleh opini bahwa tanah air kita sudah habis sumber daya migas dan mineralnya, bahwa puncak minyak sudah terjadi dan kita tinggal menuruni jalan menuju lembah dalam krisis energi.
Orang hanya baru mulai bicara discovery lagi kalau ada data, data, dan data diakuisisi, tetapi ketika disuruh berpikir di mana seharusnya menanam uang untuk menguak raksasa di dalam bumi semua angkat bahu bahkan angkat kaki sambil bertanya kembali: bukankah migas dan mineral kita sudah habis dan kita tidak punya apa-apa lagi?
Itulah lingkaran setan yang sengaja diciptakan oleh orang-orang yang mengerti tentang psikologi masyarakat yang terbiasa melihat semuanya ada di muka bumi tanpa perlu mencari menggali pun mereka dapatkan apa yang mereka ingini. Masyarakat firdaus yang hilang, masyarakat surga khatulistiwa yang sudah mati rasa eksplorasi!
Nah, tantangan tambahan eksplorasionis Indonesia juga: mengubah pola pikir para perencana dan pengambil keputusan negara ini dengan pola pikir eksplorasi. Bukan hanya membuta mengikuti para pemanen penjarah harta kekayaan bumi dari luar negeri yang bertubi-tubi menghujani kita dengan global warming, carbon credit, super health environment safety, eco-labelling, pesimisme lunglai dan anti otokrasi.
Kalau kita terus diam mengekor membebek pada mereka: makin jauhlah kita terbenam dalam kebodohan massal ayam mati di lumbung padi yang disembunyikan para penjarah negeri! ayo bangkit, ayo eksplorasi!
Tapi Bukan Kami Punya
Apa? Perpanjangan kontrak Blok Mahakam Total paska 2017? Wah, rasa-rasanya antara sadar dan tidak sadar ada yang berbisik keras deh di telinga saya: itu mah udah selesai dari kemarin-kemarin, ketika Juli 2011 PM Perancis Francois Fillon ke Indonesia, terus dibales sekalian oleh SBY November 2011 ke Perancis. It was a done deal.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Apa? Perpanjangan kontrak Blok Mahakam Total paska 2017? Wah, rasa-rasanya antara sadar dan tidak sadar ada yang berbisik keras deh di telinga saya: itu mah udah selesai dari kemarin-kemarin, ketika Juli 2011 PM Perancis Francois Fillon ke Indonesia, terus dibales sekalian oleh SBY November 2011 ke Perancis. It was a done deal.
Tentu saja Indonesia tetap tidak kuasa menghadapi diplomasi Country Incorporated Company macem Total tersebut: Total tetap jadi operatornya, meskipun Total-Inpex cuma dapat 49% dan Pertamina 51%. Itu pun yang jatah Pertamina masih akan mungkin digerogoti lagi oleh rongrongan para pebisnis partai lewat daerah.
Malah rumornya kemarin itu pas IPA Mei 2012 rencananya perpanjangan kontrak Blok Mahakam tersebut mau diumumkan, tapi gak jadi — karena cuma level JW yang bisa datang membuka, bukan pak BeYe sendiri sehingga legitimasi dan nuansa pengumumannya jadi kurang menggelegar!! Lha wong Mahakam Block ini pundi-pundi kekayaan gas kita yang produksinya terbesar se-Indonesia, je; maka harus benar-benar kepala negara yang rakyatnya gampang dibodohi pemimpin-pimpinannya inilah yang pantas mengumumkannya.
Itu pula sebabnya izin kerja bu Elizabeth yang bosnya Total itu masih diperpanjang lagi setahun; selain mungkin karena beliau masih didaulat memimpin IPA, cartel perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia itu, juga mungkin sekalian menuntaskan pekerjaan mengawal pengumuman perpanjangan blok Mahakam tersebut.
Ck ck ck ck.... Koq seru banget gitu sih, cerita penggadaian kekayaan negara kita ini ... ??! Hikkss....
Kalau memang seperti itu kejadiannya, terus terang sebagai profesional migas dengan dada masih merah putih, kami merasa dikhianati dan nalar kami seakan dilecehkan oleh kenyataan bahwa huru hara ramai propaganda pemerintah yang bertekad menguasai sumber daya alam sendiri dan tidak akan memperpanjang lagi kontrak-kontrak migas raksasa yang habis masanya dalam waktu dekat ini — ternyata hanya retorika belaka.
Semua cadangan-cadangan besar kita masih dan tetap akan dioperasikan dan dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan negara adidaya: Amerika (Duri, Minas, Cepu, Natuna), Inggris (Tangguh), Cina (SES Block, Jambi), dan baru saja: dengan Perancis di Mahakam kita menyerah! Dan entah negara mana lagi nantinya!
Pertamina? Terpaksa harus mengalah demi kepentingan politik negara (atau partai? Atau golongan? Atau elit politik-bisnis semata?).
Masih buta kah mata wadag, mata intelektual dan mata batin para pemimpin terhadap kekuatan profesional nasional kita? Tidak sadar kah mereka 99% operasi Blok Mahakam itu sudah bisa dikerjakan oleh profesional nasional yang ada di sana? Tidak sadar kah mereka bahwa setelah Pertamina ambil alih BP-ONWJ maka produksinya langsung bisa dinaikkan signifikan? Demikian juga dengan operasi PHE-WMO yang makin kinclong mengoperasikan blok ex-Kodeco di Jawa Timur Utara..!!
Atau itu semua karena kepentingan sesaat menjelang pemilu saja?!!
Ah, ...mau ke mana lagi kita berkeluh kesah?!! Apakah perlu dibuka semuanya ke rakyat apa yang (akan) terjadi dengan aset-aset sumber daya alam kita? Mumpung janur belum melengkung, masih mungkin dan bisa kita berusaha!!! Terutama kalau anda yang di pusat kekuasaan mau membuka mata dan telinga terhadap hal-hal seperti ini.
Bahkan di level media pun kekuatan MNC itu bergerak diam-diam merayap seperti cicak. Coba perhatikan: betapa sangat sepinya pemberitaan mengenai Blok Mahakam menjelang IPA kemarin! Luar biasa cara menggarapnya (dan salah satu editor teman saya bilang: hmmmm,… Reward untuk mau dikoordinasikan itu lumayan lho, Yang ... Aromanya wangi seperti parfum Eropa! Apa nggak nyebelin kalau dah kayak gini?)
Alasan umum resmi dan normatif para pejabat negara kita atas lebih sukanya mereka menyerahkan pengelolaan blok-blok migas raksasa ke pihak asing daripada dikelola dioperasikan bangsa sendiri adalah:
Kita (Indonesia) belum mampu mengelola/mengoperasikan aset migas yang perlu kecanggihan, kepintaran, keahlian, hi-tech, dan super-safety,
Kita tidak punya modal sementara orang-orang asing itu punya modal, dan
Kita (Pertamina) hanya jago kandang, tidak seperti Petronas, CNOOC, dan Statoil yang jago di dunia persilatan migas luar sana
Padahal alasan sebenarnya bukan itu semua!
Soal canggih, pintar, ahli dan sebagainya, sesungguhnya para pejabat memakaikan baju mereka ke orang lain. Mereka itulah yang gak canggih, gak pintar, gak trampil, gak hi-tech dan sebagainya — rakyat kita yang terdidik dan terlatih: MAMPU! Kemampuan individual maupun kelompok individu profesional kita diakui worldwide. Brain drain professional migas ke seantero dunia, telah kita saksikan sama-sama (para pejabat itu tidak menyaksikan barangkali) terutama ke Petronas Malaysia, Brunei, Timur Tengah dan Afrika telah terjadi sejak sekitar 15 tahun lalu dan memuncak di 2006 - 2009 waktu peak harga minyak terjadi!!! Jadi kalau jago-jagoan boleh tanya siapa pun yang pernah "mempekerjakkan" profesional migas Indonesia. Dijamin referensinya positif!
Yang saya tahu modal itu akan datang sendiri kalau kita punya aset untuk dikelola! Nah, para pemilik BUMN kita yang notabene juga merepresentasikan penyelenggara negara ini seringkali malahan memanfaatkan aset itu bukan untuk nyari modal tapi malah nyari “rente"nya.
Soal jago kandang dan jago di luar kandang, dengan poin nomor satu kita sudah paparkan bahwa secara individual para profesional migas kita juga jago di luaran sana! Kalau jagoannya dikaitkan dengan kemampuan perusahaan (non individual) maka kembali ke masalah siapa "pemilik" BUMN migas kita itu. Sejarah perambahan kegiatan venturing keluar negeri oleh Pertamina sudah dimulai pertengahan 90an. Dan selalu terjadi pemboncengan oleh teman-temannya para pemilik BUMN kita itu ke luar negeri untuk kepentingan sempit bisnis golongan atau partai mereka sendiri. Hal-hal seperti itu terjadi waktu Pertamina ke Equador, di Iran, dan terakhir di Libya dan Algier! Parah!!! Menggunakan Pertamina untuk kepentingan bisnis mesin uang partai dan konco-konco-nya. Dengan tekanan, pula!!! Lalu bagaimana kita bisa jadi jagoan di luar kandang kalau hal-hal tersebut terus menerus dilakukan?
Oleh-Oleh dari Gumuk Pasir, Parangkusumo, Kretek, Bantul, DIY
Kunjungan singkat bersama GDA.Minggu, 10 Juni 2012, pukul 08.00 - 10.00.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Kunjungan singkat bersama GDA.
Minggu, 10 Juni 2012, pukul 08.00 - 10.00.
Beach-terrace yang terbentuk di sisi timur mulut Kali Opak memanjang ke timur sampai dengan sekitar 200 – 300 meter kemudian menghilang di area landasan pesawat terbang kemungkinan berasosiasi dengan aktivitas patahan Opak yang mengangkat secara perlahan sisi timur dari bidang patahan tersebut;
Pola distribusi besar butir di daerah foreshore sama seperti pola-pola yang selalu kita amati di pantai-pantai dengan energi gelombang yang cukup besar (Pantai Bayah Banten, Pantai Teluk Naga Tanggerang, Pantai Cermin-88 Sumatra): mengasar dari distal ke proximal dengan maxima bukan di ujung proximal-nya tetapi di beberapa meter sebelum batas foreshore-backshore; jadi profil mengasar ke atas endapan foreshore mustinya dimodifikasi dengan menghalus sedikit di bagian paling atasnya sebelum berpindah ke fasies backshore;
Arah umum dari “arus” angin yang membentuk sand dune dan ripple-ripple yang menumpang di atas punggungannya adalah dari N140E menuju ke N320E (dari tenggara ke barat laut);
Kalau memang gumuk-gumuk pasir yang posisinya sekarang sampai 700 meter masuk ke daratan itu adalah ex-endapana pantai yang digerakkan/didistribusikan oleh aerodinamika angin, maka berarti Pantai Parang Kusumo itu maju (regressive), tetapi jika ternyata pasir-pasir itu berasal dari pelapukan Breksi yang terlihat muncul sebagian sebagai batuan “dasar” (ada juga yang dipager tembok di Parang Kusumo sebagai tempat keramat), maka berarti pantainya diam di tempat atau malah mundur dari posisi semula. Geolistrik dan/atau GPR yang melintang menyayat dataran pantai tersebut akan sangat membantu untuk melihat geometrinya (mundur atau maju atau tetap);
Bukan tidak mungkin kita selama ini telah melewatkan endapan-endapan “angin” serupa Gumuk Pasir Parang Kusumo di bawah permukaan dan menginterpretasikannya secara sederhana sebagai endapan pantai dan atau endapan delta atau sungai biasa. Coba kita cek-ulang paleogeografi dan juga core-core batuan klastik transisi kita di berbagai cekungan di Indonesia;
Ayo ditambahi diskusi dan riset-risetnya: GDA siap bekerjasama! (Saya yakin banyak kawan-kawan dari UGM/UPN/STTNas/Akprind yang riset sedimentologi dengan serius di sana!)