Monster & Kesatria
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Monster bernama subsidi BBM itu badannya memenuhi ruang fiskal, sementara jari-jari tangannya yang berbulu panjang berkuku tajam itu menghunjam ringan menyebarkan racun nikmat di kulit sebagian besar warga negeri ini.
Warga miskin yang gak punya kulit tentunya tidak ikut langsung terkena racun, tetapi sehari-hari mereka tergantung berayun-ayun di bulu-bulu panjang monster dan sebagian lagi justru lehernya sedang tercekik oleh tangan-tangan lembut mafia dan sebagian warga yang keracunan itu.
Yang bisa menyelamatkan rakyat dalam situasi ini bukan kesatria yang sekadar berani bertempur melawan dan membunuh monster, tapi kesatria yang juga mampu meminimalkan collateral damage dari sekarat & matinya monster dengan cara mengobati racun nikmat yang pelan-pelan mematikan di kulit warga negara itu dan juga dapat/mampu menyediakan gantungan hidup warga miskin dan melepaskan mereka dari cekikan mafia.
SBY kemarin belum bisa. Tidak tahu lagi kalau dalam dua bulan ke depan ini dia mau melakukannya, pasti akan jadi legacy sepanjang masa yang mengharumkan namanya sebelum turun Tahta.
Jokowi? Mudah-mudahan aura "nguwongake" yang memancar dari lakunya selama ini: dengan warga pasar yang dipindahkan, dengan masyarakat kumuh perkotaan, dan di berbagai kesempatan: dapat membantunya melepaskan kita semua dari situasi gendeng dan edhan perenergian negeri ini.
Sekadar Meningatkan: Proklamasi
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segenap geologis dan oleh sebab itu, maka penjajahan di dunia geologi harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kegeologian dan profesionalisme.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan geologi Indonesia belum sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan geologis Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan geologis Indonesia yang merdeka, mumpuni, berdaulat, peka nuraninya dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya bekerja sebagai geologis dengan bebas, maka geologis Indonesia perlu dengan segera menyatakan kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu sikap mental dan gerak laku geologi Indonesia yang melindungi segenap kekayaan data, analisis, dan fenomena geologi Indonesia dan seluruh sumber daya kebumian Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka perlu segera disusun Kemerdekaan Geologi Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Geologi Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Badan Geologi Indonesia (bukan Badan Geologi KESDM) yang berdaulat dengan berdasarkan kepada: Keterbukaan data, Kebebasan riset yang adil dan beradab, Persatuan Geologi Indonesia, dan Kegeologian yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Analisis/Sintesis, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh obyek/subyek geologi Indonesia.
Indonesian (Geology) “Creep”
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Cc: Radiohead
Meski batu tidak membutuhkan tanah seperti tanah membutuhkan batu, tapi bangga juga dia ketika sebutir debu di padang Sahara berteriak pada dunia: "Aku dr pelapukan kraton Nubia!"
Meskipun tanah tidak membutuhkan rumput seperti rumput membutuhkan tanah, tapi haru juga dia ketika sebatang ilalang di tepi sawah berteriak pada dunia: "Yang menyuapiku tanah vulkanik Pulau Jawa!"
Meskipun engkau tak membutuhkanku seperti aku membutuhkanmu;
Meskipun engkau tak haru;
Meskipun engkau tak bangga;
Aku mencintaimu,
Begitu saja.
Pantun Simbol Litologi - Deadline Geologi
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Simbolnya tambah padahal intrusi
Hati gelisah laporan belum jadi
Simbolnya cawang padahal tufa
Kebanyakan utang bikin sengsara
Simbolnya lipatan padahal metamorf
Kerjanya spartan melebihi jongos
Simbolnya kurang padahal lempung
Belum pulang kalau belum rampung
Simbolnya bata padahal gamping
Sendirian ketawa tandanya sinting
Menggeologikan Dikotomi
Dikotomi antara Kontinuitas dan Diskritisasi, antara Keselarasan dan Katastrofe, maupun antara Evolusi dan Revolusi; sejatinya adalah masalah dimensi.
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Dikotomi antara Kontinuitas dan Diskritisasi, antara Keselarasan dan Katastrofe, maupun antara Evolusi dan Revolusi; sejatinya adalah masalah dimensi.
Orang-orang yang berpikiran dan bertindak besar sering dijuluki "Revolusioner" oleh mereka yang berpikiran sempit dan bertindak selangkah-selangkah. Padahal bagi para "pembesar" dunia itu gerak langkah mereka terasa sebagai evolusi yang kontinu belaka.
Penunjaman lempeng dengan sederhana direpresentasikan sebagai proses kontinu yang selaras dengan enam atau tujuh atau berapa pun centimeter per tahunnya. Tetapi sebenarnya gerakan itu diwakili oleh gempa katastrofe yang melentingkan slab kerak panjang 100 – 1000 kilometer, lebar 50 – 100 kilometer, dan tebal 30 – 50 kilometer; sejauh sekitar 10 – 20 meter setiap sekitar 300 – 400 tahun periodisasi. Dan apabila kebetulan ada manusia dan kebudayaannya terlibat di dalamnya, maka diskrit katastrofe revolusi lah yang terasa!!!
Mereka yang menghayati proses-proses geologi dalam keterbatasan kapasitas rentang hidupnya adalah mereka yang mengontinukan yang diskrit dan mendisritkan yang kontinu, mereka yang merevolusikan evolusi dan mengevolusikan revolusi, dan mereka yang mengatastrofekan keselarasan dan menyelaraskan katastrofe.