Profesor Merdeka!
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Kawanku, seorang profesor di perguruan tinggi ternama, dulu dia adalah pegawai salah satu PSC Migas Indonesia, yang juga ternama.
Dia berkata:
Dulu waktu saya kerja di perusahaan minyak, memang gaji saya besar jauh berlipat kali gaji pegawai negeri. Tetapi saya selalu merasa miskin. Karena semua pemasukan sudah bisa diprediksi, sementara pengeluaran selalu penuh kejutan. Meski cuti setahun bisa dua kali dan dapat uang cuti pula yang besarnya kadang melebihi gaji, tapi saya selalu merasa miskin. Nyari hotel dan tempat hiburan untuk cuti dengan sangat berhitung dan berhati-hati. Kalau ketemu teman kerja sesama orang kompeni, yang kami bicarakan selalu: Program housing-mu seperti apa? Sudah dapat car ownrship belum? Bagaimana dengan tunjangan regional? Skala gaji di tempatmu berapa? Semuanya berkisar sekitar itu-itu saja. Kami seolah-olah terkungkung oleh tugas hidup yang membebani dengan bayaran yang jelas tanpa ada variasi, meskipun juga tiap tahun ada bonus sama-sama yang bisa dinikmati.
Tapi sejak saya putuskan kembali ke kampus mengabdi menjadi guru-dosen-peneliti di perguruan tinggi, saya jadi merasa sangat kaya. Dan yang terutama: saya merasa jadi sangat merdeka!!!! Kebutuhan lebih mudah diprediksi berdasarkan base line penghasilan dan kepantasan, sementara real income jadi penuh kejutan yang membahagiakan. Saya merasa jadi lebih kaya karena selalu merasa berkecukupan. Saya merasa lebih merdeka karena bisa melakukan lebih banyak hal yang berbeda-beda dan tetap saya suka tanpa harus ketakutan dengan status saya sebagai akademisi karena itu dimungkinkan dalam peraturan tempat kerja. Ada Pendidikan, ada Penelitian, ada Pengabdian Masyarakat instead of hanya jadi "kuli" sekrup dan baut belaka di profesi sebelumnya. Kalau mau nginep di hotel dengan keluarga atau nyari tempat libur yang wah biasanya kita jadi lebih ringan melangkah, karena toh penghasilan selalu penuh kejutan meski sebagian harus digunakan untuk leisure yang menyenangkan. Tanpa beban.
Hehehehehehehe....
Kawanku itu, ada-ada saja.
Sayang dia tidak bisa menuliskannya sendiri cerita tentang perasaannya itu dimana-mana.
Bukan maksudku untuk mengiming-imingi jadi dosen-peneliti-pengabdi ataupun pegawai negeri (apalagi untuk pegawai negeri biasa lima tahun ke depan tidak boleh tambah — moratoriumnya MenPan Kabinet Kerja).... Tapi cobalah mulai berpikir bahwa: jadi pegawai oil & gas company itu bukan segala-galanya.
Hahahahahaha.
Koreksi Cadangan Gas Indonesia!!
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Meneruskan aspirasi stakeholder saya dari IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) yang baru saja selesai menyelenggarakan konvensi tahunannya hari ini, saya meminta supaya gas Natuna D-Alpha yang 45TCFG itu dihapuskan saja dulu dari angka cadangan Indonesia untuk perencanaan Kebijakan Energi Nasional paling tidak sampai 2025.
Alasannya karena toh dalam sepuluh tahun ke depan tidak mungkin secara ekonomis sumber daya di situ dialirkan menjadi energi. CO2-nya yang tinggi dan persaingannya dengan gas-gas murah dari luar negeri maupun dalam negeri lainnya membuat peringkatnya menjadi sekedar Contingent Resources: Development not Viable.
Jadi mungkin sekarang kita hanya tinggal punya cadangan gas 105-110 TCF Gas saja — dari yang semula dianggap 150+ TCFG- untuk direncanakan dipakai sebagai modal pembangunan ke depan. Bisa jadi lebih cepat lagi kita menjadi Net Gas Importer. Kecuali hitungan ekonomi tidak menjadi dasar pertimbangan, insentif-intentsif kita obral, asalkan gas Natuna D-Alpha itu bisa diproduksi dijadikan energi. Tentu saja bukan untuk kita jual keluar. Tapi untuk menerangi kehidupan dan industrialisasi di negeri sendiri: Kalimantan Barat dan Sumatra, misalnya.
Atau biar saja dia tersimpan di bawah bumi di bawah laut Natuna sana, sebagai cadangan strategis Indonesia, yang mana hal tersebut juga diamanatkan dalam Kebijakan Energi Nasional kita. Selama ini Indonesia belum pernah punya Cadangan Strategis dan Cadangan Penyangga. Di dalam KEN kedua hal itu sekarang jadi tanggung jawab pemerintahan kita. Kalau tidak diupayakan, rakyat bisa menuntut pemimpinnya gak bener kerja. Tentu saja, supaya Cadangan Strategis Gas Natuna itu sewaktu-waktu bisa dengan cepat dipergunakan, dia harus terus menerus kita persiapkan pengalirannya (termasuk urusan CO2 dan CCS-nya) secara bertahap sesuai dengan prioritas dan kemampuan kita.
Dengan demikian, perencanaan umum energi kita ke depan, terutama gas, menjadi lebih realistis, tidak mengawang-awang dengan angka-angka resources-reserve yang tidak berkepastian juntrungannya.
Tentu saja saran di atas itu tidak terlepas dari rangkaian besar aspirasi untuk meningkatkan usaha eksplorasi sumber daya kebumian Indonesia, termasuk migas, dengan cara yang lebih cerdas dari cara yang selama ini dilakukan, sehingga Rasio Keberhasilan eksplorasi bisa ditingkatkan dan cadangan energi terbukti Indonesia jadi meningkat secara signifikan untuk menolong krisis energi yang terus menerus terjadi sampai saat ini.
Untuk cara eksplorasi yang lebih cerdas itu akan saya uraikan dalam internal memo berikut-berikutnya.
Monster & Kesatria
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Monster bernama subsidi BBM itu badannya memenuhi ruang fiskal, sementara jari-jari tangannya yang berbulu panjang berkuku tajam itu menghunjam ringan menyebarkan racun nikmat di kulit sebagian besar warga negeri ini.
Warga miskin yang gak punya kulit tentunya tidak ikut langsung terkena racun, tetapi sehari-hari mereka tergantung berayun-ayun di bulu-bulu panjang monster dan sebagian lagi justru lehernya sedang tercekik oleh tangan-tangan lembut mafia dan sebagian warga yang keracunan itu.
Yang bisa menyelamatkan rakyat dalam situasi ini bukan kesatria yang sekadar berani bertempur melawan dan membunuh monster, tapi kesatria yang juga mampu meminimalkan collateral damage dari sekarat & matinya monster dengan cara mengobati racun nikmat yang pelan-pelan mematikan di kulit warga negara itu dan juga dapat/mampu menyediakan gantungan hidup warga miskin dan melepaskan mereka dari cekikan mafia.
SBY kemarin belum bisa. Tidak tahu lagi kalau dalam dua bulan ke depan ini dia mau melakukannya, pasti akan jadi legacy sepanjang masa yang mengharumkan namanya sebelum turun Tahta.
Jokowi? Mudah-mudahan aura "nguwongake" yang memancar dari lakunya selama ini: dengan warga pasar yang dipindahkan, dengan masyarakat kumuh perkotaan, dan di berbagai kesempatan: dapat membantunya melepaskan kita semua dari situasi gendeng dan edhan perenergian negeri ini.
Sekadar Meningatkan: Proklamasi
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segenap geologis dan oleh sebab itu, maka penjajahan di dunia geologi harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kegeologian dan profesionalisme.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan geologi Indonesia belum sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan geologis Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan geologis Indonesia yang merdeka, mumpuni, berdaulat, peka nuraninya dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya bekerja sebagai geologis dengan bebas, maka geologis Indonesia perlu dengan segera menyatakan kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu sikap mental dan gerak laku geologi Indonesia yang melindungi segenap kekayaan data, analisis, dan fenomena geologi Indonesia dan seluruh sumber daya kebumian Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka perlu segera disusun Kemerdekaan Geologi Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Geologi Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Badan Geologi Indonesia (bukan Badan Geologi KESDM) yang berdaulat dengan berdasarkan kepada: Keterbukaan data, Kebebasan riset yang adil dan beradab, Persatuan Geologi Indonesia, dan Kegeologian yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Analisis/Sintesis, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh obyek/subyek geologi Indonesia.
Indonesian (Geology) “Creep”
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Cc: Radiohead
Meski batu tidak membutuhkan tanah seperti tanah membutuhkan batu, tapi bangga juga dia ketika sebutir debu di padang Sahara berteriak pada dunia: "Aku dr pelapukan kraton Nubia!"
Meskipun tanah tidak membutuhkan rumput seperti rumput membutuhkan tanah, tapi haru juga dia ketika sebatang ilalang di tepi sawah berteriak pada dunia: "Yang menyuapiku tanah vulkanik Pulau Jawa!"
Meskipun engkau tak membutuhkanku seperti aku membutuhkanmu;
Meskipun engkau tak haru;
Meskipun engkau tak bangga;
Aku mencintaimu,
Begitu saja.