Catatan Langit
Dirilis pertama di Facebook pribadi.
Sering kali kita pikir kita sudah bicarakan segalanya terangan, menjlentrehkan semua argumen dan kontra argumen di atas meja, lalu menarik kesimpulan bahwa dengan sains dan demokrasi semua yang kita perdebatkan akhirnya bisa mencapai kata akhir penyelesaian, lalu kita sepakat sama-sama jalan.
Ternyata prinsip tersebut tidak sepenuhnya berlaku untuk masalah-masalah strategis, yang butuh lebih dari pembicaraan di atas meja untuk menuntaskan. Masalah-masalah "langit" : itulah sebutan saya untuk topik tersebut. Karena masalahnya masalah langit, maka yang bisa bicara adalah penguasa langit, bukan sekadar penguasa meja, dan apalagi pemain-pemain "di bawah meja".
Soal-soal "langit" terkait apa saja itu?
Soal nuklir yang dari tahun 60 gak mulai-mulai PLTNnya,
Soal Freeport dan konsesi "tambang abadi" untuk Amerika ,
Soal cadangan gas terbesar Indonesia di Natuna yang 43 tahun gak juga dikelola,
Soal cadangan-cadangan minyak terbesar Indonesia (Rokan dan Cepu blok) dan siapa saja kontraktor/pengelolanya,
Soal preferensi investasi proyek-proyek infrastruktur,
Soal ketergantungan pasokan energi pada Singapur,
Soal mineral tanah jarang yang terus menerus "dibiarkan" dicuri,
Soal sumber intan Martapura yang sampai sekarang "tidak pernah ditemukan" ..... dan soal-soal serupa lainnya ....
Dibutuhkan lebih dari sekadar pembicaraan di atas meja untuk menyelesaikan masalah-masalah langitan yang disebutkan di atas.
Masalah-masalah teknis, pro kontra soal lingkungan, apakah mau pakai offshore atau onshore, insentif-insentif, soal bahaya atau tidaknya pengoperasian proyek, risiko yang tinggi vs. risiko rendah, teknologi CO2, CNG-LNG-pipa, royalti, IRR, dan topik-topik sejenisnya semuanya innsyaAllah bisa dibicarakan di atas meja.
Kita-kita "orang bumi" adalah pihak yang merasa paling mengetahui tentang urusan tetek bengek nitty gritty di atas meja itu. Tetapi, sementara itu keputusan-keputusan terkait dengan masalah-masalah strategis itu sering kali sudah diambil duluan dari atas langit sana, lepas dari apakah kita (mereka) memahami fakta di atas mejanya atau tidak.
Orang-orang yang mencoba untuk naik ke atas langit dengan logika dan perilaku bumi, maka dia akan terpental terpeleset jatuh atau dijongkrokno sekalian ke jurang di bumi-bumi kenyataan.
Sampai suatu saat, ada orang sakti dari bumi yang bisa membedah langit dan meneriaki dewa-dewa langit supaya melepaskan hegemoninya atas masalah-masalah strategis tadi: barulah kita bisa mengimplementasikan apa yang seharusnya diimplementasikan dari fakta di atas meja seperti yang kita pahami bersama.
Selamat pagi, orang-orang bumi.