Granit Indah, Bukit Kunyit, Pantai Klara, Pantai Ketapang: Lampung Selatan

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Melihat air meletakkan pasir, mendengarkan batu bercerita, melupakan rusuh pikir, meniupi lirih luka: perih jiwa-jiwa.

Sabtu 11 Juli 2009, aku menggerataki Bandar Lampung: Tanjung Karang, Panjang, dan Teluk Betung. Beberapa belas mahasiswa, lima dosen UNILA, dan kawan-kawan GDA. Kadang aku melayang begitu saja melakukan ini semua. Ada pusaran cahaya berkelebatan memanggil-manggil. Menyedot segala lelah luka patah dalam lebur berserah memberi apa yang ku punya.

Di Granit Indah yang sebagian sudah compang-camping tak terawat karena jalanannya hanya dapat dirayapi oleh mobil-mobil off-road, Diorit Kuarsa berupa bongkah-bongkah glundungan sebesar truk-truk tronton bertengger di puncak rata dan lereng-lereng landai perbukitan bergelombang. Ketika aku datang, mahasiswa-mahasiswa penuh semangat itu sedang di-briefing Tomo di ceruk teduh nyaman di antara dua bongkah tegak Granit dan rimbun pepohonan, serupa panggung amphitheater Red Rock di Denver sana. Tomo yang lulusan geofisika Unibraw tercepat di angkatannya itu menjelaskan tentang geologi ke anak-anak geofisika Unila; tentunya pengalaman dia keluar masuk hutan di lereng Meratus nyari batubara dan di pedalaman Wahau nyari rembesan minyak membekas di cerita-ceritanya.

Semua bayangan yang tercetak di benak tentang granit tumpah meruah. Ku-cowel dengan palu satu/dua pecahan segar dan kubiarkan mereka bicara dengan kuarsa, feldspar, mika, dan menyentuh teksturnya. Sementara itu kudongengkan tentang provenan granit yang menghasilkan sedimen-sedimen arenit kuarsa yang mantabhs sebagai reservoir migas. Dan juga tentang granit rekah dan granit tercuci (granite wash) yang keduanya bisa jadi reservoir (dan terbukti) di Cekungan Sum Sel di utara daerah tinggian yang kita injak waktu itu. Perjumpaan dengan granit yang sarat makna. Batuan dasar. Menjejak sukma, menggambar isi cekungan. Granit pasrah, ditimbuni sejarah. Sedimen-sedimen pembawa berkah. Wahai, betapa tuanya Lampung ini.

Di pantai Bukit Kunyit, backhoe, dozer dan truk-truk keras memangsa pasir dan batu, mencabik-cabik bentang alam, menghiasi hari-hari panas, hiruk pikuk manusia bertahan hidup. Semuda itu (Pliosen): telah terkoyak-koyak dia: Tuffite Lampung yang seksi menantang dan berani menjulang itu telah terdeformasikan — mungkin oleh aktifnya anak cabang patahan panjang, bagian dari sesar besar sumatra, yang mengoyak ruang kemunculannya. Jejak-jejak udara dan aliran air, piroklastik yang terlempar dan yang terseret banjir, turbidit dan traksi, kedua-duanya hadir dalam harmoni. Wahai, betapa vulkaniknya Lampung ini.

Pantai Klara, namanya eksotis, singkatan dari Kelapa Rapat. Bukan hanya jajaran kelapanya saja yang rapat, tapi pasir bioklastiknya yang bagus juga merapat dengan kepala-kepala koral di daerah fore-shore yang muncul setempat-setempat saat air surut menjejakkan kaki di sana menjelang ashar. Seratus meter ke arah ujung barat di mana pagar komersial sudah tidak jadi pembatas antara pantai dan jalan raya sejajar, sebongkah batu menantang: Konglomerat Sabu. Asiiiik, banyak sekali komponen sekis mika-nya. Ada juga rijang dan basalt muncul bersamaan sebagai tambahan. Kata peta geologi P3G, umurnya Paleosen-Oligosen. Aku mempertanyakan: atas dasar apa penentuan umur yang agak-agak menarik ini (jarang sekali disebut di Indonesia Barat ada muncul fosil penunjuk Paleosen), karena isi batunya klastik kasar semua. Atau mungkin aku belum ketemu aja dengan yang halus-halusnya.

Maka mengalirlah cerita di desau angin dan sayup debur ombak malu-malu. Tentang penyejajaran imbrikasi, sumbu C (traksi) dan sumbu B (turbid). Dan: surprise!!! Rekonstruksi arah arusnya mengabarkan kemungkinan daerah asal tinggian konglomerat itu ada di sebelah selatannya, alias di Teluk Lampung!!! Kalau ada saja yang mau memetakan daerah itu secara rinci, mungkin kita bisa mendapatkan urut-urutan pengisian sedimen dari awal terbukanya cekungan kecil di Bandar Lampung ini sampai ke penghancuran semua jejak oleh vulkanisme aktif daerah tersebut, termasuk aktivitas sesar-sesar geser Sumatra-nya. Ayo: siapa mau? Tugas akhir pemetaan permukaan sekalian gravity (alatnya dari UNILA?).

Menjelang kembali ke kota, kita sempat mampir di Pantai Ketapang, merasuk-rasuk senja, memanggil-manggil matahari yang hampir pingsan, sambil mencari-cari: di mana gerangan tahta singkapan batu pasir yang bagus di pinggir pantai situ. Tonjolan bukit di pantai Ketapang, batunya pun menyeruak: Batu Pasir Tuffaan kadang mengandung pebble vulkanik; struktur silang siur dan perlapisan sejajar, dari medium sampai kasar. Kata P3G, ini masih masuk di Formasi Sabu.

Lalu, Lampung, kemana lagi sedimenku sembunyi?

 
Granit yang seharusnya di tempat indah, bongkahan-bongkahannya menyeruak di lereng-lereng landai. (Granit Indah, Lampung)

Granit yang seharusnya di tempat indah, bongkahan-bongkahannya menyeruak di lereng-lereng landai. (Granit Indah, Lampung)

 
Kuliah Tomo di jepitan dua bongkah granit. (Granit Indah, Lampung)

Kuliah Tomo di jepitan dua bongkah granit. (Granit Indah, Lampung)

 
Tuffite Tower, di pantai Bukit Kunyit. (Lampung)

Tuffite Tower, di pantai Bukit Kunyit. (Lampung)

 
Biarpun umurnya Pilosen, deformasinya tercetak kuat di bedding-nya yang hampir tegak; masih Tuffite di Bukit Kunyit (Lampung).

Biarpun umurnya Pilosen, deformasinya tercetak kuat di bedding-nya yang hampir tegak; masih Tuffite di Bukit Kunyit (Lampung).

 
Breksi/Konglomerat Sabu dengan komponen dominan sekis mika. (Pantai Klapa Rapat Lampung)

Breksi/Konglomerat Sabu dengan komponen dominan sekis mika. (Pantai Klapa Rapat Lampung)

 
Kuliah di atas Konglomerat Sabu, di pinggir pantai Klara, menghadap Teluk Lampung. (Pantai Klapa Rapat Lampung)

Kuliah di atas Konglomerat Sabu, di pinggir pantai Klara, menghadap Teluk Lampung. (Pantai Klapa Rapat Lampung)

 
Sabu Tuffaceous Sandstone, pantai Ketapang. (Lampung)

Sabu Tuffaceous Sandstone, pantai Ketapang. (Lampung)

Previous
Previous

Migas Miscellaneous (Cuplikan Paper Bambang Istadi, Andang Bachtiar, dan Ariadi Subandrio, 2006: Masih Valid Juga)

Next
Next

Target Produksi Meningkat 5K Barel? Dari 960K BOPD di 2009 Menjadi 965K BOPD di 2010, yang Bener Aja