Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Menggeologikan Dikotomi

Dikotomi antara Kontinuitas dan Diskritisasi, antara Keselarasan dan Katastrofe, maupun antara Evolusi dan Revolusi; sejatinya adalah masalah dimensi.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Dikotomi antara Kontinuitas dan Diskritisasi, antara Keselarasan dan Katastrofe, maupun antara Evolusi dan Revolusi; sejatinya adalah masalah dimensi.

Orang-orang yang berpikiran dan bertindak besar sering dijuluki "Revolusioner" oleh mereka yang berpikiran sempit dan bertindak selangkah-selangkah. Padahal bagi para "pembesar" dunia itu gerak langkah mereka terasa sebagai evolusi yang kontinu belaka.

Penunjaman lempeng dengan sederhana direpresentasikan sebagai proses kontinu yang selaras dengan enam atau tujuh atau berapa pun centimeter per tahunnya. Tetapi sebenarnya gerakan itu diwakili oleh gempa katastrofe yang melentingkan slab kerak panjang 100 – 1000 kilometer, lebar 50 – 100 kilometer, dan tebal 30 – 50 kilometer; sejauh sekitar 10 – 20 meter setiap sekitar 300 – 400 tahun periodisasi. Dan apabila kebetulan ada manusia dan kebudayaannya terlibat di dalamnya, maka diskrit katastrofe revolusi lah yang terasa!!!

Mereka yang menghayati proses-proses geologi dalam keterbatasan kapasitas rentang hidupnya adalah mereka yang mengontinukan yang diskrit dan mendisritkan yang kontinu, mereka yang merevolusikan evolusi dan mengevolusikan revolusi, dan mereka yang mengatastrofekan keselarasan dan menyelaraskan katastrofe.

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Analogi

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Ada 3 kemungkinan:

  1. Kontaknya miring karena kondisi hidrodinamik,

  2. Terjadi water coning karena pressure drop berlebih pada kondisi water drive yang kuat sehingga minyak tersapu pergi ke daerah “attics” dan area sekitar menjadi berisi air,

  3. Reservoir pada sumur yang berisi air semua pada level yang harusnya dia masih berminyak itu ternyata berada pada fasies yang berbeda dari reservoir se-zona di sumur-sumur produksi dan dipisahkan oleh permeability barrier (main channel versus cut-off channel, meandering channel versus crevasse splay, dan sebagainya).

Jadi, jangan buru-buru menyalahkan geologis.

 

Ada 3 kemungkinan juga:

  1. Otaknya miring karena tekanan jiwa berlebihan di kondisi hidup over pressure dinamis,

  2. Terjadi physical reminiscence dan kembali ke masa kecil karena pressure drop berlebihan pada kondisi jor-joran mengejar keduniawian di mana tiba-tiba kegagalan bertubi-tubi menimpa,

  3. Perbedaan kontras fasies jiwa antara diri dan lingkungan, dipisahkan oleh psychological barrier yang kadang nampak kadang hilang.

Jadi, jangan buru-buru menyalahkan dokter jiwa.

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Patahan dan Lipatan Bukanlah Kedudukan Asal

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Patahan dan lipatan bukanlah kedudukan asal. Mata kita melihat mereka pun berbeda-beda.

Kita dapat saja mengira dan menggambarkan kenampakan perlapisan sebagai patahan dan lipatan dari apa yang kita lihat:

  1. Di singkapan-singkapan,

  2. Di bentang-bentang alam,

  3. Dari pandangan foto udara dan satelit dari jauh, maupun

  4. Pada refleksi-refleksi gelombang seismik di sayatan-sayatan penampang bawah permukaan.

Sekali lagi: mengira dan menggambarkan! Bukan memastikan.

Karena kepastian hanya bisa ditambahkan kalau kita lengkapi gambaran itu dengan cerita tentang:

  1. Bagaimana hubungan satu dan lainnya serta,

  2. Gaya tekanan - regangan apa yang menyebabkannya, dikaitkan dengan,

  3. Proses sejarah geologi daerah yang bersangkutan, yang bersesuaian dengan,

  4. Cerita geologi keseluruhan yang diyakini, diamini, diikuti oleh semua orang.

Dengan demikian barulah perkiraan gambaran model lipatan dan patahan itu menjadi lebih pasti: dalam ukuran relatif pengetahuan manusia yang hanya sejengkal.

Sejatinya: bagaimana, kenapa, dan seperti apa mereka melampar adalah sepenuhnya rahasia Tuhan. Kita hanya bisa mengira-ngira dan memperkecil ketidakpastian dengan cerita geologi: yang lagi-lagi terserah kepada Tuhan untuk memberikan kebijakan-Nya kepada kita u/dapat memahamkan.

Ada lagi yang bilang: ah, peduli apa dengan cerita-cerita geologi; yang penting gambaran kita tentang lipatan dan patahan itu bermanfaat untuk kemanusiaan. Perangkap minyak yang tepat ditembus pemboran, mineralisasi yang jalurnya melampar di rekahan, pergerakan tanah yang diantisipasi dari geometri - dinamika patahan, dsb, dsb. Azas manfaat itulah kebenaran!

Memang pada satu sisi pragmatisme seperti itu dapat dibenarkan. Tapi untuk keperluan prediksi ke ruang sekitar dan waktu ke depan (yang berarti juga asas manfaat yang lebih luas digunakan) maka sangat lah diperlukan untuk bertindak filosofis cendekiawan. Yaitu mencoba mendekati kebenaran: bagaimana sebenarnya lipatan dan patahan itu dititahkan. Mencoba lebih mengefisienkan pencarian dengan kebenaran yang mendekati makna hakiki ayat Illahiah.

Jadi, jangan sekedar mencorat-coret ketidakmenerusan lapisan bumi. Pahami. Dan semuanya akan jadi lebih berarti, sedikit lebih pasti.

 
Patahan dan Lipatan.jpg
Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

(Prediksi Semburan Lumpur Lapindo)

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Pada dasarnya sebenarnya tidak ada verifikasi tentang metode yang disetujui dan disepakati sama-sama secara ilmiah untuk menentukan besarnya volume semburan Lumpur Lapindo selain yang pasti-pasti mengukur penambahan volume per satuan waktu (itu pun diperdebatkan data apa yang dipakai) tanpa pernah memperhatikan “additional volume” yang ter-absorb oleh penurunan tanah setiap waktu.

Secara pengamatan pribadi, saya lebih cenderung menganggap angka-angka yang dilaporkan BPLS maupun Badan Geologi adalah angka-angka kira-kira yang minimal — optimistic berkurang — dan kita semua harus sedikit menambahkan besarannya dari apa yang mereka laporkan secara resmi untuk mengakomodasi faktor ketidakpastian metode pengukuran dan juga tidak diperhitungkannya volume yang ikut subsidens tanah.

Agak aneh ketika laporan tersebut  menyetir hasil penelitian Davis 2012 yang menyatakan bahwa dalam lima tahun ke depan (2012 – 2017) semburan akan menurun jadi tinggal 3000-5000 m³/hari saja, di mana metodologi pengukuran dan prediksinya dipertanyakan plus data Agustus 2013 versus data Agustus 2012 yang dinyatakan BPLS dalam ekspedisi Agustus lalu sama sekali tidak mendukung prediksi Davies tersebut .

Dan lebih parah lagi, setelah menyetir prediksi Davis tersebut, kemudian disimpulkan “tidak diperlukan upaya untuk menghentikan luapan apabila biaya untuk menghentikan terlalu besar.”

Menurut saya masalah utama Lumpur Lapindo bukan hanya Volume Semburan, tapi juga keadaaan bawah permukaan yang tak seorang ahli pun dapat mengklaim bahwa dia tahu apa yang sedang terjadi dan bagaimana dinamikanya ke depan tanpa data yang dapat dipertanggungjawabkan (3D seismik, 4D microgravity, pengukuran terus menerus penurunan tanah, dan sebagainya) yang semua itu tidak dilakukan karena secara operasional tidak mungkin dilakukan karena menghadapi resistensi masyarakat (sebab masalah sosial belum dibereskan).

Semburan boleh diprediksi secara kira-kira bahwa sudah akan berkurang beberapa tahun ke depan (walaupun kontradiksi dengan data terakhir Agustus 2013), tapi penurunan tanah dan perluasan kerusakan lapisan di bawah permukaan ke arah luar daerah tanggul sampai sekarang belum dapat diprediksikan. Jadi, menurut saya, masih sangat terlalu awal dan penuh risiko apabila disimpulkan/diputuskan bahwa “tidak diperlukan upaya menghentikan luapan”. Lagi pula maksud “biaya terlalu besar “ dalam menanggulangi secara teknis bencana dinamis ini sangat tidak jelas: berapa besar yang besar itu, dan berapa besar yang kecil itu?

Mohon maaf, menurut saya ancaman kerusakan bawah permukaan terhadap area-area di luar tanggul adalah ancaman nyata dalam tahun-tahun ke depan, karena kita sama sekali tidak tahu ke arah mana dinamika pergerakan lumpur tersebut akan terus merembet dan berpengaruh, tanpa "proper" data yang saya sebutkan di atas. Dan itu semuanya sangat tergantung dari apakah Pemerintahan SBY sanggup menekan Bakrie untuk menepati janjinya ke masyarakat!!!

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Kilas-ESDM (22/11) dan Komentar-Komentar Bebas Penyeimbang

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

  • Pemerintah siapkan rencana induk pengembangan infrastruktur migas di seluruh wilayah Indonesia.

    (Mana mungkin bisa bener merencanakan kalau potensi migasnya saja tidak jelas ketahuan?)

  • Ditjen Pajak bakal revisi aturan PBB eksplorasi migas.

    (Jangan menyerah begitu saja. Di sektor pertambangan: PBB tersebut cukup rasional koq. Turunkan saja besarannya, jangan hapus sama sekali. Tapi jangan juga gila-gilaan menerapkan tarif sembarangan. Kayak preman bego yang gak ngerti beda bemo dan mobil sedan.)

  • Pengapalan Donggi 2015

    (15 tahun sejak discovery? Ckckckckckck!!! Luar biasa ruwetnya E&P migas Indonesia. Selamat untuk ESDM dan semua jajaran yang berhasil mengulur-ulur proses sehingga economic migas kita jadi kedodoran.)

  • Total E&P kesulitan temukan tambahan cadangan migas di Blok Mahakam.

    (Gapapa gak ketemu sekarang, nanti saja 2017 pas dipegang Pertamina mudah-mudahan ketemu cadangan tambahan berlipat jumlahnya.)

  • Pertamina bangun pipa BBM untuk lengkapi Bandara Sepinggan.

    (Sementara antrian beli solar dan premium mengular panjang di sepanjang jalan Samarinda-Balikpapan: provinsi penghasil migas yang tak pernah dapat cukup migasnya untuk kebutuhan lokal. Kalau di Jakarta antrian seperti ini setiap hari, pasti sudah banyak demo di jalanan — padahal Jakarta bukan penghasil migas utama andalan.)

  • Investasi migas laut dalam harus dapat insentif.

    (Seharusnya juga dipertimbangkan untuk beri insentif berupa hasil-hasil studi regional, spec-spec survei melengkapi pengetahuan mengurangi risiko eksplorasi, dan kalau perlu pemboran-pemboran stratigrafi!! Jangan cuma invesment credit, bagi hasil yang lebih besar, atau term-term ekonomi lainnya saja. Kreativitas non-economics kita koq kayaknya sudah decline — mungkin karena pejabat-pejabat kita juga makin tidak mengerti apa yang kita punya dan bagaimana memanfaatkannya untuk bargaining dengan para pemegang konsesi di lapangan?)

  • Untuk akuisisi PGN, Pertamina harus siapkan 70 triliun rupiah saham PGN terhempas isu akuisisi.

    (Nah, ini dia. Eksperimen Menteri BUMN yang bekas tukang koran. Perusahaan negara vs. perusahaan negara yang sering kali kelakuannya seperti perusahaan-perusahaan yang tidak saling mengenal, kemudian bersaing saling menjatuhkan untuk sebesar-besar kemakmuran kantong sendiri. Padahal sebenarnya seharusnya mereka ada dan berusaha untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bukan sekedar perusahaan. Dari kantong kiri ke kantong kanan! Mau akuisisi kek, mau merger kek, mau sekedar bergandengan: harusnya lancar dan aman-aman — itu khan urusan strategi internal efisiensi Kemen BUMN. Dan mereka semua adalah sekedar kaki tangan. Sudahlah, jangan pula diperpanjang! Selesaikan!

  • Menentang program EOR, Direktur Pertamina EP diganti.

    (Semua bisa bilang: demi bangsa dan negara, demi sebesar-besar kemakmuran rakyatnya. Tapi sebenarnya yang terjadi: tidak ada satu kesepahaman yang sama tentang bagaimana menjalankan Pertamina itu supaya demi bangsa dan negara dan demi sebesar-besar kemakmuran rakyat kita itu terlaksana. Yang terlihat malahan: kepentingan-kepentingan golongan, kelompok, partai, faksi, bisnis sempalan saling tumpang tindih menguatkan-menjatuhkan. Dan di atas itu semua: mafia minyak tertawa sampai terjengkang-jengkang. Selama pemerintah (baca: Cikeas!) membiarkan saja Pertamina jadi sapi perahan berbagai kelompok kepentingan, maka selama itu pula kita tidak akan pernah bisa melihat kemajuan. Dirut Pertamina Persero saja bisa diatur-atur Menteri, apalagi cuma Dirut Pertamina EP. OK, Lam, kalau memang tidak mau tandatangan karena melawan semua akal sehat dan aturan formal, lengsermu dari Pertamina EP adalah lengser elegan! Lanjutkan!!!)

Read More