Bencana Kita: Gemes

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Ayolah.. Bangun, bangun, bangun! Pelajaran sudah diberikan berkali-kali oleh gusti Allah, utamanya sejak 2004 sampai sekarang. Yang bisa menyelamatkan saudara-saudara kita di garis depan gempa tsunami itu bukan alat-alat canggih miliaran rupiah hasil sumbangan ataupun utang itu, tapi lebih ke kesiapan tradisi-budaya internal, pengorganisasian masyarakat, latihan-latihan, dan revisi tata ruang!

Segala macam pelampung besi, pengukur tinggi gelombang, sensor satelit, dan jalur-jalur hotline komunikasi itu semua hanya dalam rangka mengingatkan bahwa ada tsunami setinggi X meter di daerah Y pada 5 - 20 menit mendatang. Bayangkan saja apa yang bisa dilakukan orang dalam waktu kurang dari setengah jam untuk menyelamatkan diri dan harta benda mereka? Itu semua sangat tergantung dari kesiapan tradisi-budaya, pengorganisasian, latihan-latihan, dan revisi tata ruang! Tak perlu pemberitahuan tentang bahaya tsunami setelah gempa! Setiap terjadi gempa, langsung saja lakukan seperti simulasi dan tradisi-budaya yang kita bangun bersama.

Tidak usah menunggu pemberitahuan BMKG akan ada tsunami atau tidak! Kalau saudara-saudara kita menunggu pemberitahuan tersebut akan percuma, mereka sudah akan digulung gelombang tsunami! Sudah semakin nyata dalam 4 - 5 tahun terakhir ini bahwa alat-alat canggih ETWS yang kita pasang dengan bangga di mana-mana itu tidak terlalu banyak manfaatnya. Bahkan sejak dari awal pun harusnya kita sadar bahwa alat-alat itu lebih berguna buat orang-orang yang ada di Hawaii, di India, di Madagaskar, dan di daerah-daerah di luar Indonesia, karena waktu tempuh tsunami ke tempat mereka masih lumayan cukup lama dari pusatnya di daerah kita, bisa 1 - 2 jam atau bahkan bisa 1 - 2 hari. Lha, kita yang ada di dekat pusat sumber tsunaminya (gempa), apa gunanya alat-alat itu buat kita selain beban pinjaman bantuan dan juga maintainance berkepanjangan. Untuk mengingatkan kita pun, waktu yang ada hanya 5 - 20 menit saja dari pusat-pusat gerakan gempa. Apa yang bisa kita perbuat? Lebih fokus lah pada usaha-usaha penguatan kesiapsiagaan masyarakat!

Previous
Previous

Mahasiswa Kebumian: Ujung Tombak Sosialisasi Mitigasi Bencana Gempa, Tsunami, dan Gunung Api Indonesia

Next
Next

Jangan Termakan Isu Tentang Prediksi Gempa Jakarta