Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Tsunami dari Selat Sunda: YES!, Rambatan gempa dari Selat Sunda: LESS LIKELY, Rambatan dari Pelabuhan Ratu: MORE LIKELY

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Atas pemberitaan akhir-akhir ini tentang potensi Gempa Jakarta 8.7 SR yang dirilis Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial (Andi Arief) dan Dr. Danny Hilman setelahnya, saya ingin memberikan perspektif yang sedikit berbeda.

Dari segi tektonik, bukan hanya jarak dari epicenter yang menentukan besar kecilnya pengaruh gempa dirasakan di suatu tempat. Tetapi juga apakah ada jalur-jalur patahan yang menghubungkan daerah epicenter dengan tempat tersebut..

Dalam hal potensi ancaman gempa yang epicenternya di terusan patahan geser Sumatra ataupun Mentawai di Selat Sunda maupun apalagi di zona penunjaman sebelah baratnya, kemungkinan besar daerah yang punya kelurusan struktur langsung dengan patahan-patahan tersebut di Banten yang mendapatkan pengaruh goncangan terbesar.

Hubungan Teluk Jakarta dengan daerah Selat Sunda nampaknya lebih difasilitasi oleh terhubungnya kedua perairan tersebut oleh kolom air Laut Jawa diantara keduanya. Sampai sekarang kita belum memperoleh bukti data adanya kelurusan patahan arah barat-timur yang menghubungkan keduanya. Dengan demikian potensi akan terjadinya tsunami sangat besar di Teluk Jakarta apabila terjadi gempa 8.7 SR Selat Sunda yang sedang diteliti ini. Perhitungan awal apabila terjadi gempa 8.5 SR di Selat Sunda, maka Kepulauan Seribu dan Teluk Jakarta akan terendam tsunami yang run up-nya sampai dengan satu meter.

Tetapi kecil kemungkinannya gempa 8.7SR tersebut merambat dan dirasakan dengan kekuatan yang sama di Jakarta, karena tiadanya jalur patahan barat-timur itu. Kalaupun toh dirasakan di Jakarta mungkin getarannya sudah jauh berkurang dari di pusatnya yang 8.7 SR itu. Tapi ya tetap saja goyang bergoncang. Berapa besaran MM nya? Kawan-kawan geoteknik perlu menghitungnya terutama dikaitkan dengan usaha mikro zonasi kegempaan untuk kode bangunan di Jakarta.

Saya malahan melihat kemungkinan Jakarta lebih rawan "serangan" gempa dari arah selatan, yaitu dari Pelabuhan Ratu - Sukabumi dan sekitarnya. Karena sampai saat ini data gravity dan seismik menunjukkan tinggian-rendahan utama yang dibatasi patahan-patahan di daerah Jakarta arahnya utara selatan. Salah satu dari patahan itu membatasi Tinggian Tanggerang di bagian barat dari Cekungan Ciputat yang melampar ke timur sampai ke Tinggian Rengasdengklok. Patahan berarah utara selatan itu trase permukaannya di sekitar jalur Sungai Cisadane. Jalur patahan di bawah permukaan bisa diamati sampai ke daerah Leuwiliang Bogor, tetapi kemudian jejaknya tertutup oleh endapan vulkanik Gunung Salak. Kemungkinan jalur utara selatan lewat patahan itu bisa menerus di bawah Gunung Salak sampai akhirnya terhubung dengan daerah Sukabumi - Pelabuhan Ratu. Jika terjadi pergeseran intra plate di penunjaman lempeng selatan Pelabuhan Ratu dan getaran gempanya bisa diteruskan ke utara lewat jalur tersebut, maka Jakarta bisa-bisa ikut bergoyang. Lebih banyak bukti menunjukkan bahwa gempa-gempa di selatan Jawa Barat seringkali juga terasa meggoyangkan Jakarta (Gempa Pangandaran 2006, Gempa Tasikmalaya 2009, Gempa Sukabumi).

Tentang kemungkinan Jakarta diancam tsunami dari gempa Selat Sunda  maupun volcanic activity Krakatau: catatan-catatan sejarah membuktikannya. Juga akhir-akhir ini penelitian Pak Danny Hilman dan lainnya di daerah BatuJaya, Krawang (Teluk Jakarta timur) tentang penyebab terkuburnya kebudayaan pra-sejarah di sana (dari situs-situs arkeologinya) mulai menunjukkan tanda-tanda bekas adanya bencana purba. Bencana purba pada lapisan-lapisan pengubur situs Batu Jaya antara abad 4 dan 5 kemungkinan adalah Tsunami atau letusan gunung api dari Selat Sunda.

Jadi, memang kita semua harus terus bersiap. Jakarta juga tidak aman-aman banget dari potensi ancaman gempa dan apalagi tsunami. Ayo lebih kita kencengin penelitian-penelitianya. Tanpa riset-riset: GPS, tomografi, monitoring patahan aktif, catatan-catatan sejarah, dating endapan tsunami, koral dan sebagainya, kita meraba dalam gelap. Dengan riset-riset mitigasi, kita jadi lebih siap, tahu segmen lempeng mana yang siap bergerak dan berapa besar besar skalanya, daerah mana yang kena, dan sebagainya. Makin banyak catatan sejarah/stratigrafi dari pemelajaran perulangan gempa-tsunami di suatu tempat, makin sempit simpangan ketidakpastian prediksi. Kita sudah sampai pada level prediksi lokasi dan besaran gempa termasuk untuk Siberut, Padang, Selat Sunda, Jawa Selatan, dan lainnya tapi prediksi kapan waktunya masih banyak tanda tanya. Masih terlalu sedikit data untuk diambil regresi linier statistiknya mendapatkan kepastian dengan simpangan rendah.

Mitigasi bukan untuk menakut-nakuti, tetapi membuat orang menjadi lebih siap mengantisipasi, mengevaluasi mana yang kurang dan harus diperbaiki.

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Penghargaan PBB untuk Juara Dunia Mitigasi Bencana untuk Indonesia: Lumpur Lapindo Bagaimana?

Menurut pemahaman saya: itu adalah penghargaan untuk usaha-usaha mitigasi yang telah dilakukan oleh pemerintah kita, yang menurut saya sampai saat ini belum begitu kelihatan realisasi programnya secara menyeluruh di Indonesia maupun di sektor-sektor.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Mungkin saya yang kuper dan tidak begitu update, tapi jujur saja: saya surprised dengan dipilihnya Susilo Bambang Yudhoyono (Indonesia) untuk penghargaan tersebut, yang notabene menurut pemahaman saya: itu adalah penghargaan untuk usaha-usaha mitigasi yang telah dilakukan oleh pemerintah kita, yang menurut saya sampai saat ini belum begitu kelihatan realisasi programnya secara menyeluruh di Indonesia maupun di sektor-sektor.

Begitu baca beritanya di internet saya jadi mahfum. Rupanya yang dihargai adalah lebih ke usaha-usaha mitigasi yang terkait dengan regulasi dan kelembagaan. Memang sangat terasa sekali sejak GTA 2004 (Gempa Tsunami Aceh 2004) aturan dan kelembagaan ini sangat pesat kemajuannya, UU Bencana dan BNPB salah dua dari hasilnya. Tetapi sebagai orang yang terlibat di urusan mitigasi bencana (geologi) tersebut, saya melihat strategi-implementasi-realisasi mitigasi-nya masih jauh dari optimal.

Fungsi mitigasi yang ada di BNPB nyaris tak terdengar. Yang banyak bergerak untuk mitigasi justru kelompok/lembaga di luar BNPB yang pada lintasannya mencoba engage dengan mereka, itu pun kalau mereka mau proaktif; dari BNPB sendiri program mitigasi-nya sering berupa fungsi koordinasi pasif saja. Tapi bagus juga sebenarnya ada penghargaan ini: kita jadi lebih punya legitimasi dan referensi untuk bergerak mitigasi proaktif. Congrats untuk semuanya!!!

Bench marking-nya nanti adalah kalau terjadi bencana-bencana lagi, berapa banyak kerugian dan korban yang kita tanggung dibandingkan dengan dulu-dulu, apakah makin berkurang, atau malah nambah. Contoh kasus bencana yang existing sebenarnya di depan mata: bencana Lumpur Lapindo yang dinamis terus menerus terjadi: sudahkah risiko ke depannya benar-benar kita mitigasi? Di mana lagi akan terjadi amblesan? Sampai sejauh mana kita berusaha meminimalisir dampak tersebut? Bagaimana kaitannya dengan penanganan korban existing?

Lumpur Lapindo adalah bencana dinamis. Test case dari validitas penghargaan PBB itu mustinya juga dilihat dari bagaimana SBY memitigasinya sekarang ini. Kalau berani terima penghargaan PBB itu hari ini 10 Mei (walau hanya diwakili Ka BNPB), berarti harus konsisten benahi mitigasi Lumpur Lapindo yang terus terjadi.

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Update Teknis Lumpur Lapindo

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Saat ini, sebulan menjelang ulang tahun bencana ini ke-5, upaya untuk lihat sejauh mana kerusakan subsurface dengan survei seismik 3D sedang dalam tahap perencanaan, desain, sosialisasi, dan tender.

Survei seismik 3D ini di bawah koordinasi dan bujet Badan Geologi ESDM, dibantu sukarela oleh IAGI/HAGI; harapannya: akhir 2011 image subsrface baru sudah ada, sehingga:

  1. Pihak-pihak yang merasa bahwa semburan bisa dimatikan dengan pemboran atau teknis lainnya bisa konkretkan usulan dengan data bawah permukaan yang lebih jelas, bukan hanya asumsi-asumsi saja (yang seringkali satu dengan lainnya juga berbeda-beda), atau malah bisa juga membatalkannya karena melihat damage-nya sudah multi planes, bukan hanya single plane; jadi cost benefit-nya gak matched.

  2. Dapat dibuat analisis prediksi modeling subsidence/penurunan tanah, sampai di surface area mana kemungkinan terjadi kerusakan dan seberapa tingkat bahayanya sehingga bisa dibuat peta risiko (zonasi yang baru) yang lebih update berdasar data subsurface, yang tidak harus tiap tahun diganti dengan Perpres seperti selama ini terjadi…

  3. Ganti-rugi dan atau pemindahan penduduk untuk rencana pengelolaan jangka panjang area tersebut menjadi "once for all" solution kalau menggunakan hasil nomor 2 di atas.

Sudah saja semua penduduk yang terdampak di sekitar daerah tersebut + dari survei tim independent prov tahun lalu + dari hasil evaluasi hazard 3D nanti, semua diganti-rugi sampai selesai dengan menggunakan duit yang ada (pinjaman dari pemerintah? yang nanti dibebankan pada Lapindo dan atau pengelola berikutnya)

Kemudian, daerah yang ditinggalkan dikelola oleh badan khusus (otorita?) untuk riset, wisata, maupun kegiatan eksplorasi lainnya bila memungkinkan...

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Migas Sumatra Utara: Masih Panjang Ceritanya!!!

Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas di cekungan Migas di Sumatra Utara masih di tingkat mula, meskipun industri migas yang dimulai dari sana (Telaga Said, lapangan minyak pertama Indonesia, 1885) telah berusia 126 tahun lamanya.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas di cekungan Migas di Sumatra Utara masih di tingkat mula, meskipun industri migas yang dimulai dari sana (Telaga Said, lapangan minyak pertama Indonesia, 1885) telah berusia 126 tahun lamanya. Hal itu diungkapkan Dr. Andang Bachtiar, anggota Dewan Pakar FKDPM dalam acara Forum Daerah FKDPM di MEdan, kemarin Senin 18 April, 2011. Dengan demikian, maka masih akan banyak kesempatan untuk mendapatkan tambahan cadangan migas di daerah tersebut, terutama dengan menerapkan konsep-konsep baru, mengarah pada target-target baru dan menerapkan teknologi-teknologi baru.

Acara Forum Daerah Penghasil Migas Sumatra Utara pada 18 April 2011 kemarin di Medan berlangsung sukses dari jam 09:00-14:00 dihadiri 40 orang dari ESDM Sumatra Utara, Pertamina Pangkalan Susu, Bappeda, Kehutanan, ISTP, ITM, IAGI, dan Wartawan. Dalam acara tersebut wakil dari FKDPM tidak hadir dan tidak mengirimkan sambutan tertulis apapun, tetapi hal tersebut bisa dimaklumi oleh jajaran Pemda dan akademisi serta masyarakat yang hadir setelah dimintakan maafnya oleh satu-satunya wakil FKDPM yang hadir sekaligus menjadi pembicara yaitu: Dr. Andang Bachtiar, yang menurut yang bersangkutan kesibukan FKDPM di Jakarta sangat luar biasa sehingga tidak sempat untuk meluangkan waktu bahkan sekadar membuat sambutan tertulisnya. Meskipun demikian secara keseluruhan acara berjalan lancar, penuh dinamika, dan sangat menginspirasi, terutama karena selain acara utama yang berupa pemaparan "POTENSI MIGAS Sumatra Utara dan SERBA SERBI MIGAS INDONESIA" oleh Andang juga ada beberapa pemaparan dan diskusi dari ESDM Sumatra Utara (Ir. Untungta Kaban M.App.Sc) tentang Situasi Migas Sumatra Utara terkini, juga dari IAGI Sumatra Utara (Ir. Lismawati MT) tentang Kegiatan Pemetaan Cekungan IAGI. Perwakilan dari Pertamina Pangkalan Susu pun ikut aktif menceritakan kondisi operasi dan harapan-harapan mereka akan terlaksananya program eksplorasi migas lebih lanjut di Sumatra Utara.

Dalam pemaparannya, Andang dari FKDPM menekankan:

  1. Perhitungan sisa cadangan migas Sumatra Utara existing yang di-release oleh Pemerintah lewat presentasi Ka Dis Tam yang 35MMBO, terlalu pesimis, karena dari perhitungan ADB masih ada 75 - 78 MMBO lagi yang ada dari lapangan-lapangan yang sedang diproduksikan di Sumatra Utara, itu pun belum termasuk lapangan-lapangan baru di Offshore (Gebang dan Glagah-Kambuna belum dihitung), 

  2. Untuk potensi ke depannya saat ini dari proses eksplorasi di delapan blok yang aktif di daerah Sumatra Utara, masih akan ditemukan lagi minimal 315 MMBO dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan,

  3. Cekungan migas di Sumatra Utara semestinya bisa diperluas dengan menggunakan teknologi kombinasi seismik dengan magnetotelurik dan gravity, sehingga kesempatan untuk eksplorasi mendapatkan cadangan-cadangan baru lebih luas; teknologi baru tersebut bisa mengatasi masalah tertutupnya hampir dua per tiga daerah Sumatra Utara oleh Toba Tuff yang meletus 74 ribu tahun yang lalu, sehingga menghalangi imaging subsurface-nya (padahal masih ada opportunity migas di daerah-daerah yang tertutup itu),

  4. Harapan mendapatkan cadangan-cadangan migas baru dan meningkatkankan produksi Sumatra Utara diperkuat saat ini dengan adanya studi-studi mengarah ke target-target siklus 2 dan 3 di cekungan Sumatra Utara maupun Sumatra Tengah,

  5. Stakeholder migas Sumatra Utara harus lebih aktif menyuarakan pentingnya spec survey, penambahan data eksplorasi baru, dan meningkatkan kegiatan migas di Sumatra Utara, juga di daerah-daerah pesisir Barat yang mungkin mengandung migas dari hasil temuan indikasi awal paska gempa aceh (Cekungan Sibolga - Meulaboh),

  6. Kalau bukan masyarakat Sumatra Utara, siapa lagi yang menyuarakan keinginan daerahnya dieksplorasi da dieksploitasi aktif dan berkesinambungan...   

Acara berakhir jam 14:00 setelah diskusi dan tanya-jawab selama satu setengah jam sambil makan siang. Dalam kesempatan itu hadir juga Dewan Pakar IAGI Sumatra Utara Jonathan Tarigan yang memberikan pesan kepada stakeholder migas Sumatra Utara supaya selalu mengedepankan nasionalisme dalam pengelolaan sumber daya alam kita. Jangan hanya menyerahkan semuanya ke pihak-pihak asing. Selain itu moralitas dan mentalitas bangsa merdeka (bukan bangsa terjajah) harus selalu diterapkan dalam setiap langkah pengelolaaan migas kita, sehingga sanggup bersaing dengan pemain-pemain migas asing khususnya dari grup Anglo Saxon yang terkenal gigih dalam E&P migas.

Sebagai tindak lanjut, ESDM provinsi Sumatra Utara akan mengirim surat ke Pusat untuk menggugah Pusat meningkatkan program-program eksplorasi migas-nya di daerah Sumatra Utara, tentunya dengan menerapkan terobosan-terobosan baru/ide-ide seperti yang mencuat dari forum daerah tersebut.

 
Migas Sumatra Utara.jpg
 

Hampir 2/3 daerah Sumatra Utara tidak masuk dalam peta cekungan existing, dikarenakan coverage dari Toba tuff dan juga status pemetaan cekungan yang belum sempurna.

 
Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Militan tapi Tidak Amanah

Saya mengagumi militansi mereka, tapi saya kecewa dengan sikap dan perilaku khianat (tidak memegang amanah), etika sopan santun adat ketimuran, dan juga klaim sepihak yang dilakukan menyangkut keterlibatan dan pernyataan saya dalam penelitian tentang bukit-bukit aneh berbentuk piramida baru-baru ini.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Saya mengagumi militansi mereka, tapi saya kecewa dengan sikap dan perilaku khianat (tidak memegang amanah), etika sopan santun adat ketimuran, dan juga klaim sepihak yang dilakukan menyangkut keterlibatan dan pernyataan saya dalam penelitian tentang bukit-bukit aneh berbentuk piramida baru-baru ini.

  1. Video yang dia rekam pada waktu kita sama-sama jalan di Garut dan video yang direkam Retno (bojoku) yang secara sukarela di-copy untuk Agung di lapangan, telah di-salah guna-kan tidak sesuai dengan amanah yang kami berikan waktu itu, yaitu: jangan dulu disebarkan ke publik, ini masih butuh penelitian dan konfirmasi lebih lanjut, cukup gunakan untuk kepentingan internal saja. Kenyataannya, tanpa minta izin, nampaknya telah ditunjukkannya video itu ke pihak-pihak publik, paling tidak ke wartawan VivaNews, dan juga ke forum presentasinya dengan Wagub Jabar. SMS teguran yang dikirimkan oleh Danny Hilman (sebagai pihak yang mengajak saya untuk ikut terlibat dalam pembuktian memakai alat-alat geofisika) juga tidak ditanggapinya. Perlu diketahui bahwa sudah bertahun-tahun saya selalu berusaha terus menerus mendokumentasikan perjalanan lapangan/geologi saya untuk kepentingan arsip, bagian dari dokumentasi riset, referensi, dan kalau bisa suatu saat menjadi bahan film-film geologi yang khas Indonesia. Dan itu semua biasanya dilakukan oleh Retno, apabila dia ikut bersama saya ke lapangan.

  2. Hasil processing data geolistrik awal dari Gunung Lalakon yang masih perlu diverifikasi lagi itu pun, yang file JPEG-nya diberikan kepadanya oleh Danny Hilman, ternyata sudah pula disebar-sebarkannya ke pihak luar dengan klaim yang meyakinkan bahwa itulah satu-satunya hasil processing dan interpretasi yang keluar dari tim geologi sukarela yang secara amatir juga melakukan penelitian di Gunung Lalakon. Padahal sebagai pemilik data, Danny Hilman sudah mewanti-wanti sama persis dengan wanti-wanti saya tentang video bahwa tolong jangan disebar ke publik karena ini masih awal sekali, kita perlu pembuktian lebih lanjut. Tetapi rupanya itupun tidak dihiraukannya. Ditunjukkannya hasil processing awal yang masih mentah itu ke berbagai pihak luar, termasuk ke wartawan, dan juga ke forum presentasinya dengan pihak Wagub Jawa Barat, sebelum dilakukannya penggalian Lalakon tersebut.

  3. Sejauh menyangkut pernyataan saya di video yang dikutip wartawan bahwa ”ini adalah man-made, unnatural, dan sebagainya” itu semua hanya bersumber pada satu lintasan dan belum dikonfirmasi dengan lintasan-lintasan lainnya, dan yang lebih penting lagi, belum dicoba processing dengan berbagai macam iterasi/metoda lainnya. Makanya ketika sekali lagi dikonfirmasi oleh wartawan lewat telefon, saya akhirnya harus berkomentar bahwa ”...hasil analisis itu masih belum bisa menyimpulkan apa-apa. Masih banyak hal yang perlu dibuktikan..”. Waktu itu saya kaget sekali bagaimana sampai wartawan tahu tentang video dan gambar-gambar sayatan geolistrik itu, ternyata dia bilang ditunjukkan oleh Agung. Dan ketika saya coba cegah wartawan VivaNews yang wawancara tersebut untuk jangan mengekspos itu karena masih terlalu awal dan spekulatif; eh, malahan yang bersangkutan mempublikasikannya. Saya juga merasa di-dzalimi oleh wartawan Viva News yang tidak bisa memegang amanah, termasuk mempublikasikan ucapan-ucapan dan cegahan-cegahan saya yang seharusnya tidak boleh dipublikasikan.

  4. Bagaimana pun juga bentukan morfologi piramida yang terisolasi, terutama di daerah dataran-dataran adalah sangat menarik untuk diteliti. Di daerah vulkanik seperti di Cimahi (Lalakon) dan Garut (Sadahurip), kemungkinan penjelasan geologis yang bisa kita berikan sebagai mula-jadinya adalah:

    1. Cinder-cone (seperti disitir oleh Pak Sudjatmiko di IAGINET)

    2. Triangular facet dari patahan yang memotong terrain vulkanik (seperti ditulis oleh rekan Cipi Armandita di IAGINET juga), atau

    3. Batuan intrusi yang pada permukaannya mengalami pengkekaran kolom dan/atau radial sedemikian rupa, sehingga melalui proses pelapukan (mekanis dan kimiawi) dan erosi (terutama oleh air) terbentuklah bentukan morfologi piramida tersebut.

    Untuk alternatif cinder-cone, paling tidak kita harus bisa menemukan jejak bekas kawah/vent di bagian puncaknya, di mana dari kawah itulah dilontarkan dan dilelehkan material-material seperti tuffa, breksi, dan lava yang akan secara berlapis-lapis radial mengelilingi puncak melengser ke bawah membentuk apa yang disebut sebagai pola perlapisan gunung api strato. Perlapisannya akan sub-parallel dengan lereng dari gunung tetapi kalau dipotong melintang vertikal di kawah puncaknya maka akan terlihat lapisan-lapisan mendatar mengelilingi kawah (seperti di kawah Ratu Tangkuban Prahu)
    Untuk alternatif penjelasan triangular facet dari patahan yang memotong endapan vulkanik (apapun jenis endapannya), tentunya secara morfologi juga harus kita dapatkan bagian footwal block yang punya terrain-topografi lebih tinggi daripada si triangular facet-nya sebagai tempat bersandarnya. Apabila bentukan seperti triangular facet itu terisolasi dari gunung/tinggian di sekitarnya, maka besar kemungkinan itu bukan merupakan produk/fenomena bidang patahan. Selain itu, mudah-mudahan, kalau benar itu adalah bidang patahan, maka akan banyak ditemukan struktur-struktur rekahan dan atau sekalian bidang sesarnya beserta slicken side dan sebagainya.
    Untuk alternatif penjelasan batuan intrusi (mungkin juga termasuk volcanic neck seperti di area four corner Utah-Colorado), tentunya kita akan mendapatkan pola terobosan dari image geolistrik dalam (yang pada waktu itu belum dilakukan di Gunung Lalakon), di mana batuan sekitarnya juga akan terlihat mengikuti pola retak radial sesuai dengan bentuk intrusinya. Dalam kasus volcanic neck, mungkin kita masih akan mendapatkan perlapisan mirip cinder cone di sekitar “neck” tersebut.

  5. Masih banyak yang harus dilakukan, memproses ulang data dengan berbagai methoda, melengkapi carbon dating yang sudah ada, meneruskan analisis paleosol, mencocokkan soil dengan batuan dasar, mengerun geolistrik dalam (spacing lebar), georadar (gpr), dan sebagainya.

Berita terkait:

Read More