Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

(32.000 Liter Air itu Amblas Begitu Saja)

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Yups, 32.000 liter air itu amblas begitu saja ke dalam lubang, bukan meresap, tapi amblas alias total loss. Dan jumlah itu ekuivalen dengan 32.000 kubik ruang kosong.

Lebar teras 5 adalah 15 meter, tebal tembok/bangunan penutup di bagian barat dan timur masing-masing max 1,5 meter, jadi kemungkinan panjang "ruang" kosong di bawah teras 5 dari barat ke timur = 15 meter - (2x1.5) meter = 12 meter. Air mulai loss di kedalaman 8 meter, dan dari density log dan keberadaan tanah (paleosol) pada kedalaman 8 meter dan 10 meter diperkirakan tinggi ruang tersebut adalah dua meter (dikonfirmasi juga dengan alat logging densitas yang diturunkan ke dalam lubang yang menunjukkan adanya anomali densitas rendah banget di kedalaman 8 dan 10 meter tersebut).

Jadi, 32.000 liter air yang amblas ke dalam lokasi bawah permukaan teras 5 itu kemungkinan masuk ke dalam rongga yang minimum ukurannya 32 meter kubik alias tinggi 2 meter, lebar barat-timurnya 12 meter dan lebar utara-selatannya "sementara ini" 1,3 meter. Bisa lebih besar lagi, kalau pengisian air "diteruskan". Note: pemboran dihentikan pada kedalaman 14 meter karena sudah masuk ke zona batuan andesit segar (fresh bed-rock). Karena pemboran dihentikan, maka pemompaan air/lumpur pemboran juga selesai.

Pengisian rongga secara tidak sengaja dengan air/lumpur pemboran 32.000 liter itu masih belum memenuhi maximum capacity. Kalau maximum: maka air akan luber balik lagi ke permukaan lewat lubang pemboran. Sama sekali belum terjadi "Mud Return" sampai ke TD di 14 meter. Artinya: ya masih buanyak volume rongganya yang harus diisi supaya penuh. Makanya aku tulis: minimum 1,3 meter memanjang utara selatannya (lebar barat timur max 12 meter dan tinggi rongga sementara max 2 meter dari data pemboran dan logging, maka satu-satu variabel dimensi panjang yang belum ter-constrain adalah lebar rongga utara-selatan, yang sementara ini dihitung minimum 1,3 meter untuk mengakomodasi 32.000 liter air itu)

Perhatikan juga di GP-2 teras 5 pemboran inti Februari 2012 tahun lalu: "pasir piramida" yang membuat partial loss (bukan total loss seperti sekarang ini) dan membuat pipa terjepit-jepit itu kedalamannya juga dari 8meter sampai 10 meter!!!! What a coincident!???? Bukan kebetulan!!!

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Batunya Salah

Aneh tapi nyata. Ada yang begitu tergila-gilanya pada bacaan alat dan interpretasi sampai-sampai ketika diunjukkan hasil pemboran inti di titik ukurnya, masih juga berkilah: SALAH! BATUAN ITU SALAH! Harusnya dengan resistiviti segitu batunya bukan itu! LHO?!

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Aneh tapi nyata. Ada yang begitu tergila-gilanya pada bacaan alat dan interpretasi sampai-sampai ketika diunjukkan hasil pemboran inti di titik ukurnya, masih juga berkilah: SALAH! BATUAN ITU SALAH! Harusnya dengan resistiviti segitu batunya bukan itu! LHO?!

Lebih seru lagi ketika diingatkan: dalam sayatan anda gambarkan lempung setebal 40 meter melampar ke mana-mana, padahal ini lingkungan pantai berpasir kasar yang dari data stratigrafi pemborannya tidak pernah ketemu lempung sebegitu tebalnya! Apa jawabnya? Saya melihat data pak, kalau datanya menunjukkan seperti itu mau apa? "Datanya apa?" Tanyaku. Lha ini: resistiviti segini ini sepanjang kedalaman ini khan harusnya lempung, pak?!!

WHATT?!!! Itu resistiviti, ... bukan BATU!! Kalau data batu dari pemboran dan dari lingkungan geologinya tidak pernah ada lempung setebal itu, ya jelas-jelas interpretasi resistiviti anda harus dikalibrasi ulang!

Nggak bisa, pak; itu batu dan geologinya yang harus dikoreksi. Alat ini canggih, resistivitinya real, fakta, tidak mungkin menipu atau salah: resistiviti segitu di mana-mana adalah lempung. Saya ini geologist juga lah pak, dan saya sudah nge-run alat resistiviti ini 25 tahun lamanya. Jadi saya tetap berpendapat: itu adalah lempung 40 meter tebalnya!!!

OK, deh kalau begitu. Silakan saja tetap dengan pendapatnya, tapi saya tidak akan tandatangan menyetujui keseluruhan program yang didasarkan pada interpretasi geolistrik anda ini!!!

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Tentang Rembesan Minyak dan Lainnya

Assalamualaikum.. Selamat berbuka puasa. Maaf menggangu, mas. Di sumur nenek saya di Bayah keluar minyak, terus sekitar lima hari yang lalu ada orang dari salah satu PT pertambangan minyak ngebor dan diambil sampelnya sedalam 30 meter. Terus saya juga bawa sampel itu..

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Assalamualaikum.. Selamat berbuka puasa. Maaf menggangu, mas. Di sumur nenek saya di Bayah keluar minyak, terus sekitar lima hari yang lalu ada orang dari salah satu PT pertambangan minyak ngebor dan diambil sampelnya sedalam 30 meter. Terus saya juga bawa sampel itu..

Woww, info yang menarik. Karena selama ini rembesan-rembesan minyak di Bayah dan Rangkas yang didata waktu jaman Belanda (di laporan-laporan Belanda) pada umumnya sulit dilokalisir lagi di mana keterdapatannya, kalaupun ketemu tinggal bekas-bekasnya saja yang mengering. Kalau benar itu sumur neneknya "dari dulu" keluar minyak kayaknya kecil kemungkinan. Mungkin baru-baru saja. Bayah adalah daerah konsesinya M3-nergy UjungKulon Block, saya akan coba cek apakah orang mereka yang ngebor dan bawa sampel itu...

Mantab mas Andang, inginnya kita dapat bagi hasil produksinya baiknya bagaimana mas ?

Kayaknya kecil kemungkinan itu bisa bagi hasil, karena kalaupun diproduksi, nantinya tidak mungkin diproduksi dari sumur/rembesan tersebut, dan sistim pengusahaan migas Indonesia tidak mengenal milik pribadi dalam hal migas ini: semua migas milik negara dan kontrak pengambilannya secara bagi hasil hanya diberikan eksklusif kepada pemegang kontrak blok. yang dikuasai orang umum adalah tanahnya. Nah, selama kontraktor negara tersebut tidak ngebor di tanah itu, mereka gak perlu nego dengan yang punya tanah untuk beli atau (apalagi) bagi hasil. yang bisa dilakukan oleh pemilik tanah tempat rembesan minyak itu ya paling-paling nego kalau tanahnya akan dibeli untuk dibor produksi (which is less likely, karena seperti yang aku tulis tadi, mereka gak akan mungkin produksi ditempat rembesan)

Wah koq gitu aturan migas di sini ya mas, kalo di Amerika kan bisa hak penuh pemilik sumurnya, koq di Bojonegoro bisa mas? Ya udah deh gapapa, matur nuwun diskusi kita mas Andang

Di Bojonegoro (juga di Babat Sumatera Selatan, di Telaga Said Aceh) sumur-sumur Belanda itu sudah ada di situ, bukan rembesan. Dan rakyat bisa mengusahakan itu berdasarkan Permen 1/2008 tentang sumur-sumur tua, yaitu lewat koperasi. Masalahnya: sumurnya nenek di Bayah tersebut sudah jadi - bekas sumur belanda, atau cuma minyak yang merembes di sumur air? Kalau kasusnya yang pertama, tentu bisa diusahakan sendiri (dan atau melalui kerja sama bisnis bisa dengan pemilik Blok ataupun orang lain) sesuai Permen ESDM 1/2008. Kalau kasusnya yang kedua, sekali lagi dugaan kuatku, gak akan mungkin Perusahaan Minyak tersebut akan ngebor di rembesan yang biasanya berasosiasi dengan rekahan/patahan, mereka akan ngebor di antiklin, mungkin malahan jauh dari rembesan tersebut!

Apapun,.... informasi tentang keberadaan rembesan minyak tersebut beserta hasil analisis sampelnya merupakan informasi yang sangat penting untuk meyakinkan bahwa tiga komponen pertama petroleum system (source rock, maturity, migration) sudah terpenuhi di daerah Bayah tsb. Tinggal nyari tempat yang favourable untuk ketemunya Perangkap, Batuan Reservoir, dan Seal!!

Nilai informasi itulah yang jauh lebih penting bagi perusahaan minyak yang beroperasi-eksplorasi di situ. Mungkin bisa dipertimbangkan untuk mendapatkan "kompensasi" atas pengambilan sampel dan data - informasi rembesannya. Itulah yang paling jauh yang bisa aku usulkan.

Kalau kerja sama bagi hasil pengusahaan, nampaknya masih lebih jauh lagi prosesnya, atau malah tidak mungkin: seperti yang aku uraikan di atas.

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

(Gempa Wingi Opo Ora Terdeteksi Sa'durunge?)

Yang, gempa wingi opo ora terdeteksi sa'durunge? Suwun.

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

(Nanang):

Yang, gempa wingi opo ora terdeteksi sa'durunge? Suwun.

 

(Yayang):

Alat pendeteksi datangnya gempa iku gak onok sing spesifik langsung, Nang. Gak koyok letusan gunung api sing iso dideteksi gejala awal-e beberapa hari-minggu sebelumnya. Memprediksi - mendeteksi aktivitas segmen patahan yang mengakibatkan gempa dilakukan saintis dengan cara mempelajari statistika daur ulang dan besaran kejadian gempa (seismisitas) di suatu segmen patahan tertentu dan kalau ada duit ya dengan pemasangan alat GPS real time untuk mendeteksi anomali pergerakan skala mikro. Nah di segmen onshore Aceh yang bergerak kemarin itu belum ada data khusus GPS tersebut dan tidak ada yang secara khusus mempelajari daur ulangnya. Ada puluhan segmen serupa di sepanjang jalur sesar Sumatra, sementara ahli gempa dan fasilitas riset kita paling bisa meng-handle kurang dari lima segmen saja untuk waktu yang sama. Bisa dibayangkan: setiap saat kita akan selalu "caught by surprise" oleh gempa-gempa serupa!

 

(Nanang):

Cukup memprihatinkan yo ... Suwun infone Yang.

 

(Yayang):

Mangkakno sing luwih penting maneh iku sakjan-e nyiapno awak, keluarga, bangunan, lingkungan supaya pas gempa iku teko: omah-e kuat gak ambruk, awak dewe gak panik, fasiltas-fasilitas umum kuat-aman gak terganggu! Iku ngono kabeh sing disebut: Penguatan kapasitas dan penurunan kerentanan dhadi bagian-e mitigasi. Wong-wong matek iku dhuduk kenek gempa-ne, tapi ke-brugh-an omah, bangunan, plus kesamber tsunami lek ndik pinggir pantai. Dhadi, lek omah-e, bangunan-e wis bener lokasi dan konstruksi-ne, terus wis tersedia bangunan-bangunan penyelamat dari terjangan tsunami, terus sistim-e iso dilatih terus - insyaAllah korban akan berkurang! Iku ngono kabeh tetep hulu-ne: butuh riset tentang gempa di segmen-segmen tertentu tersebut. Tanpa info dari riset tersebut, para insinyur bangunan dan tata ruang gak akan iso bener ngrancang dan nggawe bangunan-bangunan aman tahan gempa!!! Ngono lho, rek!

Read More
Rilisan Online Admin Rilisan Online Admin

Sabtu Sarapan Kipas Aluvial di Tepi Danau

Dirilis pertama di Facebook pribadi.

Kipas aluvial tidak mengalir dan diendapkan setiap hari. Mereka membanjir bandang setiap beberapa puluh hingga ratus tahun sekali. Itu pun hanya sehari hingga dua beberapa hari.

Seperti banjir bandang Wasior 2010 yang lalu, yang dengan atau tanpa pembalakan hutan pun dia akan bergerak men"debris-flow"kan tubuh regolith-nya karena jenuh air hujan berkepanjangan dan sudah melewati "angle-of-repose"nya yang digariskan alam, di zona patahan Ransiki yang mengaktifkan gerakan. Sehari-hari kemudian, hanya alur-alur sungai "kecil" di permukaan kipas aluvial yang akan tertinggal.

Itulah sebabnya kadang kita jumpai bed-stream traksi dengan dasar saluran minor-minor saja menumpang sedikit menggerus di atas endapan-endapan upper-fan dan mid-fan. Jangan kelirukan mereka dengan distal-fan, karena mereka hanya tumpangan minor, sementara distal-fan itu sebenarnya selang-seling sungai-teranyam setengah meandering dengan sisa-sisa turbidit graded-bedding banjir bandang yang lebih regional.

Kipas aluvial dari tinggian granit yang kaya kuarsa: menghasilkan upper-fan, middle-fan, lower-fan, dan bed-stream channel yang kaya kuarsa juga.

Kipas aluvial dari tinggian purba granit yang kaya kuarsa yang berada di pinggiran (dan masuk ke) danau-danau tektonik yang dalam: akan punya kesempatan dialiri pelepasan hidrokarbon dari dapur endapan lakustrin yang matang karena terpendam.

Tinggal cari seal yang bisa menahan.

Read More